Iman Adinugraha Hibahkan Lahan Pribadi Untuk Bangun Gedung PGRI

7 hours ago 5

SUKABUMI – Di Rumah Aspirasi H. Iman Adinugraha di Palabuhanratu, percakapan tentang pendidikan mengalir tanpa sekat. Ruang itu sederhana, jauh dari kesan formal. Tak ada podium, tak ada pidato panjang. Yang hadir hanyalah cerita tentang sekolah, tentang guru, dan tentang pengabdian yang kerap dijalani dalam senyap.

Di ruang itulah H. Iman Adinugraha, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, duduk berhadapan dengan para kepada sekolah dan Ketua PGRI Cabang Palabuhanratu, pada Rabu (24/12).

Bagi Iman Adinugraha, Rumah Aspirasi bukan hanya sekadar tempat untuk menerima tamu, melainkan ruang mendengar dan memahami denyut persoalan termasuk persoalan pendidikan di daerah.

Baginya, pertemuan dengan para guru maupun kepala sekolah selalu lebih dari agenda serap aspirasi.

“Saya ini anak guru. Ayah saya almarhum Haji Sadeli adalah seorang guru dan pernah menjadi Ketua PGRI. Jadi setiap bicara tentang guru, ini selalu menyentuh sisi pribadi saya,” kata Iman pelan.

Ia mendengarkan satu per satu keluhan kesah dari para pendidik tentang regulasi, tentang bangunan sekolah yang renta, hingga tentang tanggung jawab mengajar di tengah keterbatasan. Dari percakapan itulah, sebuah keputusan lahir tanpa banyak basa-basi.

“Apa yang saya lakukan hari ini saya dedikasikan untuk almarhum ayah saya. Tapi lebih dari itu, ini untuk para guru yang terus menjaga nyala pendidikan,” ujarnya.

Iman kemudian menyampaikan kado yang tidak terduga, hibah lahan pribadi seluas 300 meter persegi di Palabuhanratu untuk pembangunan Kantor PGRI Cabang Palabuhanratu.

Dirinya juga menyerahkan bantuan dana awal Rp100 juta serta berkomitmen menghadirkan satu unit ambulans untuk kebutuhan darurat para guru.

“Guru itu sering lupa pada dirinya sendiri. Saat sakit pun, masih memikirkan murid. Ambulans ini kami siapkan supaya guru-guru tidak sendirian saat darurat,” katanya.

Sementara itu, bagi M. Udep Suherdi, Ketua PGRI Cabang Palabuhanratu, bantuan itu lebih dari sekadar fasilitas. “Ini bukan hanya soal gedung atau kendaraan, tapi tentang rasa dihargai. Kami merasa didengar,” ungkapnya haru.

Dalam pertemuan tersebut, PGRI menyampaikan kegelisahan atas penerapan Permendikdasmen Nomor 7 Tahun 2025, yang membatasi masa jabatan kepala sekolah hanya satu periode.

Menurut para guru, kebijakan ini kerap mengakhiri pengabdian kepala sekolah yang masih dibutuhkan sekolah.

“Masukan dari daerah seperti ini penting. Tidak semua kebijakan bisa satu ukuran untuk semua wilayah,” kata Iman menanggapi.

Persoalan lain yang disampaikan adalah kondisi sarana dan prasarana sekolah di wilayah rawan bencana Sukabumi selatan. Sejumlah bangunan dinilai sudah tidak layak dan membutuhkan penanganan cepat.

Iman menegaskan Rumah Aspirasi bukan sekadar tempat bertemu, melainkan ruang merawat kepercayaan.

“Kalau guru percaya suaranya sampai ke Senayan, itu sudah menjadi energi besar bagi pendidikan kita,” tegasnya.

Di atas lahan yang akan dihibahkan itu, kelak akan berdiri kantor PGRI tempat guru berkumpul, berkeluh, dan menguatkan peran mereka. Bagi Iman, bangunan itu bukan simbol politik.

“Ini soal menghormati profesi yang membentuk bangsa. Kalau guru kita jaga, masa depan Indonesia akan ikut terjaga,” katanya.

Di Palabuhanratu, kado itu mungkin tampak sederhana. Namun dari sudut pandang para guru, perhatian itu menjadi pengingat bahwa di balik kebijakan dan angka, masih ada empati yang hidup. (ris)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |