Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang Universitas Muhammadiyah Sukabumi Luncurkan Aksi Nyata Ciptakan Desa Anti Kekerasan

3 days ago 14

SUKABUMI – Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat melalui Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA) Desa Jambenenggang Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Kampanye Kesadaran: Stop Kekerasan terhadap Anak”.

Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Sukabumi, angka kekerasan di Desa Jambenenggang, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi mencapai 32 persen atau sekitar 17 orang.

Menanggapi situasi ini, Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI mengambil langkah proaktif dengan berinteraksi langsung dengan tokoh masyarakat setempat untuk memahami isu kekerasan. Dari hasil interaksi tersebut, tim merancang sebuah aksi nyata bertujuan untuk mewujudkan desa yang bebas dari kekerasan.

Kegiatan pengabdian tersebut berlangsung di SMP Negeri (SMPN) 1 Kebonpedes yang diikuti oleh 610 siswa dan siswi. Bahkan, yang terlibat bukan hanya para siswa-siswi saja, tetapi para guru SMP diikutsertakan dan menjadi pendamping murid-muridnya. Hal itu sengaja dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas mereka sebagai agen perubahan, dalam mencegah serta menangani kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah.

 Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang Universitas Muhammadiyah Sukabumi meluncurkan Aksi Nyata untuk Ciptakan Desa Anti Kekerasan di SMP Negeri (SMPN) 1 Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi.(ist)STOP KEKERASAN DI SEKOLAH: Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang Universitas Muhammadiyah Sukabumi meluncurkan Aksi Nyata untuk Ciptakan Desa Anti Kekerasan di SMP Negeri (SMPN) 1 Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi.(ist)

Ketua SBMGI Sukabumi, Jejen Nurjanah mengungkapkan, kekerasan di desa rentan terjadi pada anak dan perempuan. Oleh karenanya, dibutuhkan edukasi tentang kekerasan di sekolah-sekolah.

“Oleh karena itu, kami mengapresiasi kepada TIM PKM-BIMA Desa Jambenenggang Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yang telah berani terjun langsung ke sekolah, melakukan aksi kampanye kesadaran tersebut dan berdampak secara nyata kepada masyarakat,” tegas Ketua SBMGI Sukabumi, Jejen Nurjanah, Senin (8/9/2025).

Dengan begitu, Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI tidak hanya menciptakan kolaborasi antara universitas dan masyarakat. Namun demikian, pihaknya terus mengupayakan pendekatan yang komprehensif, mulai dari pengumpulan data hingga edukasi langsung di sekolah guna mengatasi isu kekerasan terhadap anak.

Adapun  Sepuluh Poin Utama Dikampanyekan TIM PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI:

  1. Pelukan dan ciuman dengan iming-iming.
  2. Adab ke toilet yang tidak tepat.
  3. Mengganti baju sembarang.
  4. Scrolling media sosial yang tidak teratur.
  5. Perilaku seksual yang tidak sesuai usia.
  6. Ketidaknyamanan atau kecamasan saat berinteraksi dengan orang dewasa.
  7. Menghindari tempat atau situasi tertentu tanpa alasan yang jelas.
  8. Perubahan emosi yang drastis atau suasanan hati yang berubah-ubah.
  9. Tidak senang berbicara mengenai pengalaman pribadi.
  10. Keluhan fisik yang tidak jelas di area genital.

Salah satu Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI, Abel Afrisilia menjelaskan bahwa sepuluh poin utama tersebut harus dikampanyekan.

“Benar, kesepuluh poin utama tadi harus dikampanyekan, karena beberapa diantaranya merupakan salah satu gejala timbulnya kekerasan terhadap anak di sekolah,” tutur Abel Afrisilia.

Hal senada juga diungkapkan anggota tim lainnya, Roni Renaldi Pramudita. Menurut Roni, kegiatan kampanye ini dirancang tidak sekadar memberi tahu, tetapi mengajak siswa berpartisipasi aktif.

“Di sini mereka tidak hanya diajarkan untuk mengenali jenis-jenis kekerasan baik yang terlihat seperti kekerasan fisik maupun yang tidak terlihat seperti perundungan verbal dan psikis, tapi juga diajak untuk merasakan dampaknya,” urainya.

Melalui kampanye kesadaran, pihaknya mengajak para siswa untuk melakukan penyebaran poster di setiap sudut sekolah.

“Para siswa diajak menyebarkan poster di setiap sudut sekolah, dan diberi bekal pemahaman praktis mengenal gejala kekerasan yang terdiri dari 10 point utama awal mula kekerasan,” ujarnya.

Di akhir program, Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang membuat petisi bersama sebagai bentuk kesadaran bersama untuk Stop Kekerasan. Seluruh peserta mulai dari siswa, guru, dan tokoh masyarakat, dengan sukarela membubuhkan tanda tangan mereka sebagai komitmen kolektif untuk stop kekerasan. Petisi ini bukan sekadar kertas, melainkan bukti nyata bahwa program edukasi telah berhasil mengubah kesadaran menjadi sebuah aksi nyata yang berani.

Sementara itu, Kesiswaan SMPN 1 Kebonpedes, Dedy Nuryadi menilai bahwa kegiatan ini memberikan dampak positif yang signifikan. Menurutnya, acara tersebut adalah bukti nyata bahwa tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI serius dalam menangani isu kekerasan.

“Dampak positif dari kegiatan pada hari ini, merupakan aksi nyata dari TIM PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI yang membuktikan bahwa isu kekerasan yang diangkat bukan seremonial semata dari pembukaan kegiatan yang saya hadiri waktu bulan lalu,” kata Dedy.

Program “Gerakan Desa Anti Kekerasan” oleh Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI, membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ruang lingkup terkecil. Kegiatan ini menunjukkan bahwa menciptakan lingkungan yang aman adalah tanggung jawab kolektif. Melalui program ini, Tim PKM-BIMA Desa Jambenenggang UMMI mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjadi bagian dari solusi, demi membangun masa depan yang lebih baik dan bebas dari kekerasan bagi anak-anak. (*/sri)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |