Radarsukabumi.com – Setelah dilanda banjir bandang pada 10 September 2025, kondisi di Provinsi Bali kini berangsur normal. Hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Denpasar, Jembrana, dan Badung menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, rumah warga, serta fasilitas umum. Bencana ini merenggut sedikitnya 14 nyawa dan memaksa ratusan warga mengungsi ke titik aman.
Namun, per Kamis (11/9), genangan air telah surut di sebagian besar wilayah terdampak. Aktivitas masyarakat mulai kembali berjalan, termasuk layanan publik, sekolah, dan transportasi. Pemerintah daerah bersama BNPB, BPBD, TNI-Polri, dan relawan telah melakukan evakuasi, distribusi bantuan, serta pembersihan area terdampak banjir.
Banjir Bali kali ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di daerah wisata yang padat penduduk. Faktor pemicu banjir antara lain curah hujan ekstrem akibat gelombang ekuatorial Rossby, sistem drainase yang tidak memadai, serta alih fungsi lahan yang mengurangi daya serap tanah.
Pemerintah Provinsi Bali pun dinilai sigap, dengan mempercepat pemulihan dan memperbaiki tata ruang serta infrastruktur drainase. Warga diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem lanjutan, mengingat BMKG memprediksi hujan lebat masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan berbagai pihak, Bali perlahan bangkit. Peristiwa ini menjadi momentum untuk memperkuat sistem mitigasi bencana demi masa depan yang lebih aman dan tangguh.
Kepala Prodi Sekolah Vokasi IPB, DR Hudi santoso, yang mengikuti seminar Perhimpunan ahli penyuluhan pertanian Indonesia (PAPPI) di Swissbel Hotel Denpasar, Bali melaporkan kondisi terkini Kota Denpsar pascabanjir.
Kepada wartawan ia menceritakan bahwa genangan air yang sempat merendam sebagian wilayah di Bali sudah terkendali.
Aktifitss masyarakat, turis dan kegiatan perekonomian berjalan normal. “Penanganan pascabanjir di Denpasar cukup baik. Pihak BPBD menggunakan mesin pompa air untuk menyedot sisa genangan,” ujar Hudi yang juga pernah menjadi seorang jurnalis.
Hudi mengatakan, saat perjalanan dari Gilimanuk ke Denpasar, jalanan sekitar tmTabanan masih digenangi air setinggi 20 sampai 25 sentimeter. Kendaraan roda dua dan roda empat tidak mengalami hambatan hingga Kota Denpasar.
Sementara itu, salah seorang pemandu wisata Bli Wayan menambahkan banjir di Bali yang paling parah itu daerah Denpasar Tukad Badung, Pasar Badung, Jalan Sulawesi Denpasar, dan beberapa area Denpasar lainnya yang kena dampak tapi tidak merusak bangunan.
“Paling parah di Pasar Badung dimana semua barang pasar terbawa aliran air, motor dan mobil parkir di area basment pasar terendam,” ungkapnya.
Semua barang yang terendam sudah dinaikan ke atas oleh aparat dan masyarakat sekitar. “Banyak pedagang yg menangis karena barang dagangannya hancur,” kata Wayan.
Iya juga menjelaskan, bangunan yang roboh akibat banjir, saat ini bangunan disekitarnya ikut dirobohkan. ” Bangunan tersebut sudah tua dan memakan aliran sungai,” ujarnya.
Terpisah, Pendiri Yayasan Negeri Satu Bangsa, Hazairin Sitepu, merasa turut prihatin atas musibah banjir yang terjadi di Bali kemarin. Menurutnya peristiwa langka ini menjadi pengingat bahwa ekosistem alam perlu dipelihara dan dijaga.
Yayasan sosial yang dikenal dengan nama Gerakan Anak Negeri ini, siap terjun ke lokasi jika masyarakat Bali masih membutuhkan bantuan dan pertolongan. Gerakan Anak Negeri pernah terlibat langsung dalam berbagai bencana.
Mulai dari peristiwa Tsunami Aceh, gempa di Palu, gempa di Cianjur sampai pada aktifitas pemberian tabung oksigen gratis pada saat awal pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. “Kami akan terus memantau perkembangan di Bali,” tukas Hazairin.(*)