Berkat BPJS Kesehatan, Anak Saya Bisa Sembuh Tanpa Khawatir Biaya

2 hours ago 3

SUKABUMI — Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan telah membawa perubahan besar dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Melalui program ini, masyarakat dapat memperoleh jaminan pembiayaan kesehatan yang komprehensif dan berkeadilan tanpa harus memikirkan besarnya biaya yang timbul. Dengan semangat gotong royong, JKN telah menjadi wujud nyata hadirnya negara dalam melindungi setiap warganya agar dapat mengakses layanan kesehatan yang berkualitas.

Salah satu masyarakat yang telah merasakan langsung manfaat besar dari hadirnya program JKN adalah Nana Sutisna (30), warga Sukabumi. Ia telah menjadi peserta BPJS Kesehatan sejak tahun 2015 dan saat ini terdaftar sebagai peserta segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) dengan hak kelas perawatan Kelas 2. Bagi Nana, memiliki BPJS Kesehatan bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi juga bentuk perlindungan penting bagi keluarga kecilnya, (30/10).

Kisah berkesan itu bermula ketika anaknya harus menjalani operasi pada tahun 2024 akibat adanya benjolan di area anus. Kondisi tersebut sempat membuat Nana panik karena tidak menyangka sang anak harus menjalani perawatan serius di rumah sakit.

Meski begitu, ia segera membawa anaknya ke Instalasi Gawat Darurat agar segera mendapatkan penanganan medis.

“Saya sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan sejak tahun 2015. Tahun 2024 lalu, anak saya harus dioperasi karena ada benjolan di lubang anus. Awalnya anak saya dirawat selama dua hari, lalu dioperasi, tapi ternyata muncul infeksi bakteri di usus yang menyebabkan bengkak di wajah dan sekujur tubuhnya akibat Hipokalemia,” cerita Nana.

Setelah kondisi anaknya memburuk, dokter memutuskan untuk memindahkan sang anak ke ruang ICU guna mendapatkan perawatan intensif. Nana mengaku, selama di ICU, tenaga medis memberikan perhatian penuh dan informasi perkembangan kondisi anaknya setiap hari. Ia merasa sangat terbantu karena seluruh proses pengobatan berjalan cepat dan profesional.

“Anak saya dirawat di ICU selama seminggu, dan setelah itu masih menjalani perawatan di ruang pasien selama satu hari. Selama masa pengobatan sepuluh hari itu, alhamdulillah pelayanannya sangat baik. Tidak ada perbedaan antara pasien BPJS Kesehatan dengan pasien umum seperti yang kadang diberitakan,” tuturnya.

Bagi Nana, pengalaman itu menjadi bukti nyata bahwa program JKN benar-benar memberikan perlindungan kesehatan bagi masyarakat. Ia merasa tenang karena semua biaya pengobatan anaknya selama dirawat di rumah sakit ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan. Rasa syukur pun tak henti-hentinya ia sampaikan.

“Kalau tidak ada BPJS Kesehatan, saya tidak tahu bagaimana bisa membayar semua biaya pengobatan anak saya. Dari awal dirawat sampai pulang dan kontrol, semua ditanggung penuh. Saya benar-benar bersyukur sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan,” ujar Nana.

Selain mendapatkan manfaat dari layanan kesehatan langsung di rumah sakit, Nana juga memanfaatkan layanan digital BPJS Kesehatan. Ia mengetahui adanya aplikasi Mobile JKN dari informasi yang dibagikan petugas rumah sakit saat proses kontrol. Dari situlah, ia mulai mencoba fitur-fitur di aplikasi tersebut untuk mempermudah berbagai urusan administrasi kepesertaan.

“Waktu kontrol ke rumah sakit setelah anak saya sembuh, saya coba pakai fitur Antrean Online di Aplikasi Mobile JKN. Enaknya, kita nggak perlu datang pagi-pagi banget untuk ambil nomor antrian. Cukup dari rumah, saya bisa pilih jadwal dan tahu perkiraan jamnya, jadi nggak menunggu terlalu lama di rumah sakit,” jelasnya.

Pengalaman positif itu membuat Nana semakin percaya bahwa inovasi digital dari BPJS Kesehatan telah memberikan efisiensi bagi peserta. Ia pun kemudian mencoba fitur lain seperti Skrining Riwayat Kesehatan, yang menurutnya sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan secara mandiri. Ia mengisi pertanyaan di fitur tersebut dan mendapatkan hasil yang mendorongnya untuk memperbaiki gaya hidup.

“Saya juga pernah coba fitur skrining riwayat kesehatan. Setelah isi beberapa pertanyaan, saya jadi tahu kondisi kesehatan saya masuk kategori risiko sedang. Dari situ saya mulai memperbaiki pola makan dan lebih rutin olahraga,” katanya.

Tidak berhenti sampai di situ, Nana juga sempat menggunakan fitur Perubahan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Alasannya sederhana, ia ingin mendapatkan pelayanan yang jam operasionalnya lebih pasti. Ia menilai fitur tersebut sangat membantu karena prosesnya bisa dilakukan sepenuhnya tanpa datang ke kantor BPJS Kesehatan.

“Dulu FKTP saya sering tutup lebih cepat, kadang jam operasionalnya nggak menentu. Tapi setelah saya pindah lewat fitur di Aplikasi Mobile JKN, sekarang lebih enak karena FKTP yang baru buka setiap hari dan pelayanannya bagus. Semua proses pindahnya juga cepat, nggak perlu datang ke kantor BPJS Kesehatan,” ujarnya.

Selama menjadi peserta JKN, Nana merasa semakin memahami pentingnya memiliki jaminan kesehatan. Ia menyadari bahwa program ini hadir bukan hanya untuk membantu masyarakat yang sakit, tetapi juga untuk menjaga keberlangsungan sistem kesehatan nasional yang adil dan inklusif.

“Saya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan yang sudah membantu keluarga saya. Semoga program ini terus ditingkatkan, terutama dari segi kemudahan akses digital dan pemerataan fasilitas di semua daerah. Karena dengan BPJS Kesehatan, seluruh lapisan masyarakat bisa merasakan layanan kesehatan yang layak,” tutupnya. (*/adv)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |