Mitos Malam Suro, Benarkah Gerbang Dunia Gaib Terbuka

4 days ago 13

ringkasan

  • Malam Satu Suro dipercaya sebagai waktu ketika energi gaib sangat kuat dan batas antara dunia manusia dan alam gaib menipis.
  • Tradisi dan ritual seperti tirakat, jamasan pusaka, dan upacara adat dilakukan untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
  • Terdapat larangan menggelar hajatan besar, berbicara kasar, keluar malam, serta pindah atau membangun rumah baru di bulan Suro.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, malam Satu Suro adalah momen sakral bagi masyarakat Jawa, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Malam ini sarat akan mitos, tradisi, dan larangan yang diwariskan turun-temurun. Apa saja mitos yang dipercaya?

Malam Satu Suro diyakini memiliki energi gaib yang kuat. Banyak yang percaya bahwa pada malam ini, kekuatan gaib dan makhluk halus sangat aktif. Oleh karena itu, sebagian masyarakat memilih untuk tidak keluar rumah, terutama ke tempat-tempat yang sepi.

Selain itu, malam Satu Suro dianggap sebagai waktu di mana batas antara dunia manusia dan alam gaib menjadi tipis. Interaksi antara keduanya dipercaya lebih mudah terjadi pada malam ini. Beberapa orang juga percaya bahwa weton (hari dan pasaran kelahiran) seseorang memengaruhi tingkat kerentanan mereka terhadap energi gaib pada malam Satu Suro.

Kepercayaan lain menyebutkan bahwa arwah leluhur turun ke dunia pada malam Satu Suro. Tujuannya adalah untuk memberikan berkah dan perlindungan kepada keturunannya. Hal ini menjadi alasan mengapa ziarah kubur menjadi salah satu tradisi yang umum dilakukan.

Tradisi dan Ritual Malam Satu Suro

Selain mitos, malam Satu Suro juga identik dengan berbagai tradisi dan ritual. Salah satunya adalah tirakat, yaitu melakukan puasa dan laku spiritual. Tujuannya adalah untuk memohon keselamatan dan berkah di tahun baru.

Jamasan pusaka juga menjadi tradisi yang dilakukan pada malam Satu Suro. Tradisi ini berupa membersihkan pusaka keraton dan benda-benda pusaka lainnya. Tujuannya adalah untuk membersihkan energi negatif dan menghormati warisan leluhur. Kirab pusaka juga sering dilakukan sebagai bagian dari tradisi ini.

Di berbagai daerah di Jawa, upacara adat juga digelar untuk memeriahkan malam Satu Suro. Upacara ini dapat berupa arak-arakan, karnaval, dan ritual khusus yang bervariasi tergantung wilayah. Salah satu contohnya adalah Kirab Kebo Bule (kerbau putih) yang diadakan di Solo.

Selain tradisi-tradisi tersebut, shalawatan (membaca shalawat Nabi Muhammad SAW) juga sering dilakukan secara massal di beberapa tempat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Larangan yang Dipercaya pada Malam Satu Suro

Selain mitos dan tradisi, malam Satu Suro juga memiliki berbagai larangan yang dipercaya oleh masyarakat. Salah satunya adalah larangan menggelar hajatan besar seperti pernikahan atau pindahan rumah. Hal ini diyakini dapat membawa nasib buruk.

Mengucapkan kata-kata kasar atau mencela orang lain juga dilarang pada malam Satu Suro. Hal ini dipercaya dapat mendatangkan balasan spiritual yang tidak baik. Banyak juga yang menghindari keluar rumah di malam hari karena takut akan gangguan makhluk halus atau kesialan.

Selain itu, ada juga larangan untuk pindah rumah atau membangun rumah baru di bulan Suro. Larangan ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini.

Sejarah dan Asal Usul Malam Satu Suro

Malam Satu Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Nama "Suro" sendiri berasal dari kata "Asyura" dalam bahasa Arab, yang berarti sepuluh, merujuk pada tanggal 10 Muharram. Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram, berperan penting dalam penyebaran kalender Jawa yang menggabungkan unsur Islam dan budaya lokal, sehingga Malam Satu Suro menjadi perayaan yang penting dan dirayakan secara luas.

Perlu diingat bahwa kepercayaan dan praktik seputar Malam Satu Suro bervariasi antar daerah dan individu. Beberapa tradisi dan mitos mungkin lebih kuat di beberapa wilayah daripada yang lain. Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai tradisi budaya yang kaya, penting untuk tetap bersikap bijak dan tidak terlalu mempercayai mitos yang bersifat takhayul.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Anisha Saktian Putri

    Author

    Anisha Saktian Putri
Read Entire Article
Information | Sukabumi |