SIMPENAN – Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi dari komisi II Hamzah Gurnita berkomitmen akan memperjuangkan insentif guru ngaji.
Hal itu diungkapkan Hamzah Gurnita sesaat bertemu dengan ratusan masyarakat dalam acara reses ke satu sebagai anggota DPRD periode tahun 2024 – 2029 mendatang.
“Alhamdulillah hari ini melaksanakan reses di desa Cidadap dua lokasi, antusiasnya masyarakat sangat luar biasa, sekalian silaturahmi juga ini,” ujar Hamzah saat diwawancara. Selasa, (19/11/ 2024).
Di dua lokasi resesnya, Hamzah mengaku banyak beberapa pekerjaan rumah yang harus dilakukan sebagai anggota dewan kedepannya, salah satunya terkait infrastruktur jalan, sumur bor, serta insentif guru ngaji.
“Insentif guru ngaji, ini menjadi PR juga bagi kami dari fraksi PKB, ada intruksi dari pimpinan untuk membuat Perda inisiatif insentif guru ngaji, dan akan kami perjuangkan di parlemen,” jelasnya.
“Juga ada beberapa program yang harus saya jalankan sebagai wakil rakyat, saya menampung aspirasi dari masyarakat, sehingga bisa menjadi asas manfaat untuk masyarakat,” imbuhnya.
Hamzah menegaskan, sebagai langkah awal dalam upaya memperjuangkan aspirasi masyarakat khususnya di desa Cidadap, kecamatan Simpenan tersebut, terlebih dahulu akan menyesuaikan dengan tema pembangunan di kabupaten Sukbumi untuk tahun depan yakni persoalan Infrasturktur.
“Jadi ya kemungkinan infrastruktur harus baik, layak, sehingga masyarakat bisa mendapatkan jalan jalan yang baik,” terangnya.
Persoalan lain yang menjadi pekerjaan rumah dan harus segera mendapat penanganan, kata Hamzah lagi yakni isu yang saat ini tengah menjadi perbincangan di masyarakat desa Cidadap persoalan penanganan sampah yang masih ditemukan menumpuk di ujung jembatan Bagbagan.
“Persoalan sampah menjadi PR kita bersama, kebetulan terkait sampah selalu ada, secepatnya saya akan kordinasi dengan DLH, agar mencari solusi terbaik untuk penanganan sampah disini,” paparnya.
Hal yang dikeluhkan masyarakat, tegas Hamzah, pengangkutan sampah oleh dinas terkait dilakukan berjeda waktu yakni satu sampai dua hari sekali, sehingga mengakibatkan sampah sampah tersebut di ujung jembatan Bagbagan menumpuk dan menimbulkan bau.
“Ini tidak layak juga dipandang wisatawan, kita sebagai pribumi sehingga harus lebih cepat lagi, sehari sekali angkut, harus ada mobil khusus, kebetulan DLH ini mitra komisi II saya akan kordinasi dengan pak kadis terkait penanganan sampah ini,” tegasnya.
“Iya penanganan sampah seperti di ujung jembatan bagbagan nanti kita kordinasi dengan dinas, apakah mereka mampu menyiapkan tempat, atau saya menginisiasi bak sampah piramid yang besar, minimal di desa Cidadap satu ke RW an ada satu atau dua, sehingga nanti mobil pengangkut sampah fokus tidak dibuang dipinggir jalan oleh warga,” tandasnya. (Ndi)