JAKARTA – Retakan pada dinding rumah sering dianggap sepele. Padahal bisa jadi itu adalah tanda awal fondasi bermasalah. Bila dibiarkan, kerusakan bisa meluas. Menyebabkan rumah miring, pintu tak bisa ditutup rapat, bahkan membahayakan keselamatan penghuni.
Kenali Jenis Retakannya
Tak semua retakan pada dinding menandakan masalah serius pada pondasi. Retak rambut atau retak halus pada permukaan acian biasanya hanya masalah kosmetik. Namun, bila retakannya besar, dalam, membelah dinding bata, atau membentuk garis diagonal panjang, itu patut dicurigai sebagai dampak dari pergeseran fondasi.
“Tanda lainnya, perubahan pada posisi pintu dan jendela. Misalnya, pintu tiba-tiba susah ditutup, atau terlihat celah besar di antara kusen dan dinding. Jika sebelumnya berfungsi normal lalu jadi macet atau miring, kemungkinan besar ada pergeseran di bagian bawah struktur bangunan,” ungkap Bani Adlan Tedja.
Solusi Awal: Dokumentasikan dan Amati
Langkah pertama yang bisa dilakukan pemilik rumah adalah memotret dan mengukur lebar serta panjang retakan. Amati apakah retakan bertambah panjang dari minggu ke minggu. Jika iya, segera konsultasikan ke ahli struktur atau kontraktor berpengalaman untuk pemeriksaan lapangan.
Evaluasi Struktur: Panggil Tenaga Profesional
Kontraktor atau insinyur sipil akan melakukan pengecekan menyeluruh. Pemeriksaan biasanya meliputi dinding, lantai, kusen pintu, dan kemiringan bangunan. “Jika perlu, mereka akan melakukan tes tambahan seperti sondir tanah untuk mengetahui kondisi tanah di bawah bangunan,” lanjutnya.
Underpinning: Memperkuat Fondasi dari Bawah
Solusi perbaikan pondasi berbeda tiap kasus. Pada kerusakan lokal, salah satu teknik yang paling sering digunakan adalah underpinning. Metode ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan epoxy atau material khusus ke bagian fondasi yang bermasalah. Lalu, membuat tumpuan baru di bawahnya tanpa perlu membongkar seluruh rumah.
Saat Membangun Baru: Gunakan Data Sondir
Pondasi yang kuat dimulai sejak awal pembangunan. Selalu lakukan uji sondir sebelum membangun, terutama di daerah dataran rendah, bekas sawah, atau tanah urug. Dengan mengetahui letak tanah keras, fondasi bisa dibuat pada kedalaman yang tepat, tidak hanya mengandalkan perkiraan.
“Penting untuk memastikan tanah dalam kondisi padat dan kering. Kalau di lahan bekas sawah, perlu dilakukan proses pengeringan dan pemadatan sebelum mulai fondasi,” sarannya.
Gunakan Material Berkualitas dan Tukang Berpengalaman
Pastikan semua material konstruksi berkualitas baik dan sesuai standar. Mulai dari pemakaian besi tulangan SNI, beton dengan campuran yang benar, agregat berkualitas, hingga tenaga kerja berpengalaman sangat menentukan ketahanan pondasi. “Karena material berkualitas juga jadi penentu seberapa kuat dan awet fondasi rumah dalam jangka panjang,” tegas Bani. (jpg)