PALABUHANRATU – Sebuah kisah menyayat hati dialami oleh Defhisa Abriani Husein (38), warga Kampung Ciwaru, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Bayi merupakan anak keempatnya meninggal dunia saat proses persalinan di salah satu rumah sakit di Palabuhanratu pada Rabu (27/11/2024).
Defhisa mencurahkan kesedihannya melalui unggahan di media sosial. Ia menduga kematian bayinya disebabkan oleh kelalaian petugas medis yang menangani persalinan tersebut. Kepada media, Defhisa menceritakan kronologi kejadian yang membuatnya merasa hancur.
Menurutnya, dokter yang menangani sejak awal telah menyarankan agar persalinan dilakukan secara caesar karena kondisi bayi dalam kandungan lintang (melintang) dan berat badannya kurang. Namun, ketika kontraksi dimulai dan ia meminta operasi caesar, proses tersebut justru dianggap tidak memungkinkan karena sudah terjadi pembukaan.
“Awalnya dokter menyarankan operasi caesar karena posisi bayi lintang dan beratnya kurang. Saya dan suami memutuskan untuk operasi meskipun ada risiko,” ujar Defhisa.
Namun, ketika masuk ke ruang bersalin, ia merasa permintaannya untuk operasi caesar diabaikan oleh perawat atau bidan, bayi tetap dipaksa dilahirkan secara normal meskipun posisinya tidak memungkinkan.
“Saya terus bilang harus operasi karena bayi saya lintang. Tapi petugas bilang tidak bisa karena sudah pembukaan. Saya diminta berjuang sendiri,” imbuhnya.
Defhisa juga mengungkapkan bahwa kehamilannya baru berusia delapan bulan, air ketubannya sudah habis, dan ia memiliki riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya. Situasi semakin sulit ketika bagian tubuh bayi yang keluar pertama kali adalah tangan, yang menandakan kelainan posisi bayi.
Setelah perjuangan panjang dan tekanan yang dirasakannya, akhirnya operasi dilakukan. Namun, proses ini dilakukan dengan persiapan yang dinilai mendadak.
“Saat akan dibius, saya diminta duduk, padahal kontraksi sudah hebat. Saya minta posisi miring, tapi tetap dipaksa duduk,” terangnya.
Ketika operasi selesai, Defisha menyadari bahwa bayinya tidak ada di dekatnya. Perasaan tidak tenang mulai muncul, hingga akhirnya diberitahu bahwa bayinya telah meninggal dunia.
“Saya marah dan ingin melihat bayi saya. Ketika saya lihat, ada banyak luka memar di tubuhnya, tulang rusuknya, dan tangan yang bengkak. Saya hancur,” ujar Defhisa dengan tangis.
Sementara itu saat dikonfirmasi Direktur Rumah sakit Palabuhanratu Dr. Rika Mutiara Sukanda mengatakan saat ini belum bisa memberikan kronologis tersebut versi rumah sakit karena masih harus melengkapi keterangan dengan hasil mediasi dengan pihak keluarga terkait.
“Saat ini kami upayakan penyelesaian dg keluarga nya, mudah mudahan hari ini selesai.mediasi nya kami libatkan unsur humas tentunya,” singkatnya. (Ndi).