KTT Peradaban Islam 2025: Sukabumi Cetuskan Jihad Digital dan Diplomasi Tanpa Senjata

8 hours ago 7

SUKABUMI – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peradaban Islam dan Pondok Pesantren 2025 yang digelar di Universitas Nusa Putra, Sukabumi, pada 21 Oktober 2025, menjadi momentum penting bagi konsolidasi pemikiran dan arah gerakan Islam moderat di era digital.

Diinisiasi oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Cisaat, konferensi ini mengangkat tema “Membangun Jembatan Peradaban Islam 2030: Meneguhkan ASWAJA di Era Digital dan Tantangan Media,” serta dihadiri oleh ulama, akademisi, pimpinan pesantren, dan mahasiswa internasional.

KTT ini lahir sebagai respons terhadap tantangan internal seperti fragmentasi ideologis dan ekstremisme, serta tantangan eksternal berupa perubahan lanskap global di Era 5.0. Forum ini juga menjadi refleksi atas polemik media yang dinilai merendahkan martabat pesantren, sekaligus merespons kerawanan radikalisme di wilayah Sukabumi.

Ketua Tanfidziyah MWCNU Cisaat, Muhammad Azzaam Muttaqie, Lc., menegaskan bahwa KTT bukan ruang kemarahan, melainkan ruang pencerahan. Ia menyampaikan bahwa pesantren harus dikembalikan pada posisinya sebagai sumber ilmu, akhlak, dan peradaban. Menurutnya, Sukabumi harus menjadi teladan dalam memperkuat nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah (ASWAJA) di tengah arus digitalisasi dan tantangan media.

Dari forum ini lahir Visi Peradaban Islam 2030, sebuah cetak biru yang menggabungkan tradisi otentik ASWAJA dengan inovasi Era 5.0. Visi tersebut bertujuan mengubah citra Islam dari kesan otoritarian dan tertinggal menjadi kekuatan etika, intelektual, dan kebangsaan yang dinamis. Dua gagasan utama yang mencuat adalah Jihad Digital dan Diplomasi Tanpa Senjata. Jihad Digital dicanangkan sebagai strategi membangun kedaulatan narasi Islam moderat di ruang siber, dengan pelatihan santri dan kader menjadi garda depan dalam melawan disinformasi dan framing negatif. Sementara itu, Diplomasi Tanpa Senjata menjadi pendekatan geopolitik yang mengedepankan ilmu dan dialog sebagai jalan pembebasan dari penjajahan militer, ekonomi, dan budaya.

Solidaritas terhadap Palestina ditegaskan sebagai ujian moral global, dengan rekomendasi strategis mencakup pembebasan Masjidil Aqsha di Yerusalem dan Masjid Al-Ibrahimi di Hebron. Untuk mendukung implementasi visi tersebut, KTT merumuskan program pendidikan dan kelembagaan seperti Gerakan Satu Desa – Satu Ma’arif, serta kaderisasi Generasi Emas Militan ASWAJA (GEMA). Di bidang riset dan inovasi, dibentuk institusi seperti Al-Farabi Institute dan An-Nur Tech sebagai pusat pengembangan teknologi berbasis nilai-nilai Islam.

Keberlanjutan visi ini akan dijalankan melalui sinergi antara ulama, umaro, dan akademisi, dengan dukungan pendanaan komunitas yang berkelanjutan. Sebagai tujuan akhir, KTT menetapkan pencapaian Kenyamanan Universal pada 2030, yakni penyelarasan nilai moderasi Islam dengan profesionalisme Era 5.0 demi menciptakan kedamaian dan kebahagiaan lintas umat.

KTT Peradaban Islam 2025 ditutup dengan harapan agar Sukabumi menjadi laboratorium peradaban yang mampu menginspirasi dunia. Tradisi pesantren diyakini dapat bersanding dengan kecanggihan teknologi tanpa kehilangan martabatnya, dan narasi agama di ruang publik dapat dipulihkan melalui kecerdasan, etika, serta strategi kebijakan yang bijak.(**)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |