Presiden Prabowo pasti bangga dengan anak muda satu ini: Seafood Sukhoi mampu memproduksi bom pesawat tempur. Juga sudah mampu memproduksi roket. TKDN-nya sudah lebih 80 persen.
Pabriknya di dekat bandara milik TNI-AU yang sekarang juga dipakai pesawat komersial: Abdurrahman Saleh. Di Malang.
Nama perusahaan itu akan Anda kira rumah makan seafood di pinggir jalan atau mungkin warung Tegal: Sari Bahari.
“Saya tahu itu. Banyak yang bertanya seperti itu,” ujar pimpinan perusahaan tersebut: Putra Prathama. Ia anak pertama dari tiga bersaudara. Umurnya baru 33 tahun.
Putra adalah putra mahkota di Sari Bahari. Ayahnya masih menjabat direktur utama tapi operasional sehari-hari sudah di tangan Putra –sebagai wakil direktur utama.
TNI-AU tentu perlu banyak bom. Utamanya untuk latihan. Sebagian menggunakan bom kosongan. Sebagian lagi bom beneran. Baik yang kosongan maupun yang beneran tidak beda: harus bisa dipasang di pesawat tempur, bisa ditembakkan, dan bisa mencapai sasaran.
Bedanya, bom yang kosongan diberi lampu LED kecil-kecil. Tujuannya: agar ketika ditembakkan bisa diketahui: tepat sasaran atau tidak. Sedang untuk bom beneran akan langsung terlihat dari ledakan di sasaran.
“Kami sudah bisa membuat bom untuk dua jenis pesawat Tempur yang dimiliki TNI-AU,” ujar Putra. Yakni bom untuk dipasang di pesawat Sukhoi bikinan Rusia dan bom untuk F-16 bikinan Amerika Serikat.
Sari Bahari sudah memproduksi lebih 10.000 bom seperti itu. Kekuatan ledak terbesarnya sampai 350 ton. Itu besar sekali. Bom jarak jauh Israel yang dikirim untuk menghancurkan rumah bertingkat yang dihuni Hasan Nasrullah di Lebanon kekuatannya 83 ton.
Nasrullah adalah pemimpin tertinggi Hisbullah yang anti Israel di Lebanon. Haul pertamanya diperingati tepat saat saya berada di Beirut bulan lalu. Konvoi besar dilakukan di jalan-jalan raya. Saya sampai takut telat tiba di bandara.
Sorenya, saya sengaja ingin tahu di mana pusat peringatan satu tahun tewasnya Nasrullah: di pemakamannya. Di tengah kota Beirut. Orang antre bersujud di makam itu. Dengan sedikit bersilat lidah saya diizinkan masuk. Diizinkan pula memotret. Tapi saya diharuskan bersujud di pinggir makam itu.
Saya membayangkan betapa besar kekuatan bom produksi Sari Bahari itu. Waktu bom yang menghancurkan bangunan Nasrullah itu getarannya ke seluruh kota. Bangunan yang rusak pun begitu banyak.
Bom bikinan Sari Bahari juga bisa diluncurkan untuk sasaran sejauh 50 km. Bom itu juga bisa mencari sasarannya sendiri. Bahkan sudah diekspor ke Vietnam. Pernah juga ekspor ke Amerika Latin.
Dahlan Iskan bersama Wakil Direktur Sari Bahari, Putra Prathama.–
Sebenarnya bom Sari Bahari sudah memenuhi standar NATO. Putra sudah ikut pameran persenjataan pesawat tempur di berbagai negara. Termasuk di Eropa. Tapi belum ada negara anggota NATO yang memesannya.
“Yang mendirikan perusahaan ini ayah saya,” ujar Putra. “Saya tinggal meneruskan,” tambahnya.
Waktu itu, sang ayah sangat prihatin. Indonesia punya satu skuadron pesawat tempur Sukhoi. Tapi tidak ada persenjataannya.
Tentu sia-sia latihan pakai Sukhoi tapi tidak pernah menembakkan senjata dari pesawat itu.
Anda sudah tahu mengapa Indonesia punya Sukhoi tanpa perlengkapanmya: Indonesia kena embargo Amerika Serikat.
Anda juga masih ingat bagaimana sejarah kita memiliki Sukhoi: dibarter dengan ketan dan karet. Di zaman Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sang ayah, Ir Ricky Hendrik Egam, dulunya supplier industri senjata, Pindad. Punya teman-teman di TNI-AU. Lalu ia belajar ke berbagai tempat untuk bisa bikin bom yang bisa dipasang di Sukhoi. Berhasil. Tidak hanya bisa bikin bom. Juga bisa membuat ”rumah”-nya di bagian bawah Sukhoi –tempat bom ditempelkan.
Nama perusahaannya pakai kata “Bahari” untuk menghormati kakek Putra yang ikut berjuang di Trikora membebaskan Papua. Sang kakek orang Manado, yang menyekolahkan Ricky ke Malang. Putra sendiri lahir di Malang. Tamat SMA-nya di Dempo. Lalu kuliah di Maranatha Bandung. Setelah lulus S-2 di Universitas Pertahanan, Putra diserahi sang ayah untuk memimpin perusahaan. Dua adiknya pun terjun ke Sari Bahari.
Sang ayah kini lebih punya waktu untuk menunggang kuda. Ia punya delapan kuda berikut stable-nya.
Tidak menyangka sudah ada perusahaan swasta yang mampu memproduksi bom dan roket untuk pesawat tempur.
“Apakah tidak berniat memproduksi peluru pistol dan senjata laras panjang?”
“Tidak. Itu wilayah kemampuan Pindad di Turen, Malang Selatan,” ujar Putra.
Putra melihat peluang di bidangnya saat ini masih besar. Impor kita masih jauh lebih besar dari kemampuan Sari Bahari. Sekali lagi masih banyak bisnis yang bisa dipakai lahan ekspansi lembaga perbankan nasional. Sekaligus mengurangi pemakaian devisa untuk impor.
Disangka restoran seafood tidak apa-apa. Yang penting Sukhoi dan F-16 bisa memakannya.(Dahlan Iskan)






























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5304440/original/011493200_1754271410-emas_3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/957870/original/076978800_1439802056-jokowi-3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4692327/original/076878600_1703038223-Ilustrasi_ibu_dan_anak_laki-lakinya.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5283839/original/070148500_1752566379-hl3.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4078820/original/073317100_1656988242-pexels-j__shoots-4277.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4263593/original/054502900_1671185465-T_albo_041109_011_resize.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3239343/original/059385600_1600230916-photo-1566004100631-35d015d6a491.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5253791/original/032620300_1750061407-baby-boy-striped-shirt-is-sleeping-bed.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1685071/original/033301100_1503235651-Chrysopelea_ornata.jpg)





