Jejak Cemerlang Mia Diop, Wakil Gubernur Gen Z Punya Pendapatan Miliaran dan Jadi Simbol Keberanian dan Keberagaman di Tuscany

15 hours ago 3

Fimela.com, Jakarta Seorang sosialis berusia 23 tahun yang dikenal sebagai pengagum Zohran Mamdani baru saja mencetak sejarah sebagai wakil Gubernur termuda di Tuscany. Perjalanan politiknya ternyata penuh dinamika, layaknya wali kota terpilih New York yang baru terpilih. 

Mia Bintou Diop, perempuan muda generasi Gen Z asal Livorno ini, ditunjuk menempati posisi strategis tersebut oleh Presiden Tuscany dari kubu tengah-kiri, Eugenio Giani. Penunjukan ini datang hanya setahun setelah dia terpilih sebagai anggota dewan kota di kampung halamannya, seperti dilaporkan La Stampa.

“Generasi saya hidup dengan tekanan sewa rumah yang tak terjangkau, pekerjaan yang jauh dari stabil, dan orang tua yang tak ingin kami repotkan meski kami belum mampu benar-benar mandiri. Saya pun merasakannya. Karena itulah, saya ingin membawa suara generasi kami dalam setiap pilihan dan keputusan,” ujar politisi muda Partai Demokrat itu, dikutip Ultima.

Mahasiswi jurusan politik di Universitas Pisa itu menegaskan bahwa anak muda tak harus menunggu giliran yang entah kapan datangnya. “Kenyataannya, giliran itu tak akan pernah tiba jika kita tidak merebutnya,” katanya, menurut Wanted in Rome.

Kemenangan Zohran Mamdani pada 4 November lalu juga menginspirasi Diop. Ia bahkan menyamakan gerakan politiknya dengan kebangkitan tokoh sosialis tersebut.

“Kemenangan Zohran Mamdani di New York adalah sinyal yang kuat,” tulisnya di Instagram pada 5 November.

Suara Generasi Z dalam Politik Italia

Dalam setiap pernyataannya, Mia tidak pernah jauh dari kisah generasinya—Generasi Z yang hidup di tengah, sewa rumah yang makin tak terjangkau, pasar kerja yang penuh ketidakpastian, beban finansial yang memaksa banyak anak muda tetap bergantung pada orang tua. 

“Generasi saya tidak boleh menunggu giliran. Karena kenyataannya, giliran itu tidak akan pernah datang jika kita tidak merebutnya sendiri,” ujarnya tegas.

Kata-kata itu bukan hanya slogan, tetapi refleksi perjalanan hidupnya yang tumbuh di antara ketidakpastian, namun selalu memilih untuk melangkah maju. Diop dikenal, aktif berbicara di media sosial, pandai membangun narasi politik, dan mampu menciptakan momentum publik. 

Meski tengah naik daun, Diop sempat menuai kontroversi pada 2023, tak lama setelah tragedi 7 Oktober di Israel. Ia mengunggah gambar bendera bertuliskan “Anti-Fasis – Anti-Zionis” tanpa mengutuk kekejaman Hamas, seperti dilaporkan Il Giornale.

Setelah dikecam partainya sendiri, Diop berupaya memberi klarifikasi, menyebut unggahannya merujuk pada demonstrasi politik — bukan tragedi 7 Oktober.

Ia juga diketahui tergabung dalam Asosiasi Livorno-Palestina yang ikut dalam aksi September memprotes aktivitas perusahaan pengiriman barang Israel melalui pelabuhan Livorno, menurut Progressive.

Asal Usul Mia Bintou Diop Hingga Kini Punya Penghasilan Miliaran

Mia lahir pada tahun 2002 di Livorno, sebuah kota pelabuhan yang kosmopolit dan beragam. Dari kota inilah identitasnya dibentuk: gabungan antara warisan Afrika dari sang ayah dan nilai-nilai progresif dari ibunya.

Ayahnya, Mbaye Diop, adalah sosok penting dalam komunitas Senegal di Livorno—seseorang yang menjadi rujukan banyak keluarga imigran yang mencari tempat bernaung dan saling mendukung. Sementara sang ibu, Laura Paolini, berasal dari keluarga Italia dengan akar Jerman dan aktif dalam gerakan politik kiri.

Mia tumbuh di tengah percakapan tentang kesetaraan, hak imigran, dan budaya solidaritas; sebuah lingkungan yang tanpa sadar membentuknya menjadi aktivis sejak dini.

Tak heran jika ia memiliki kewarganegaraan ganda, Italia dan Senegal, yang kemudian menjadi simbol jembatan antara dua komunitas yang membesarkan jiwanya.

Tidak banyak anak berusia 10 tahun yang berdiri di panggung publik membahas isu kewarganegaraan. Namun Mia berbeda.

Sejak masih kecil, ia sudah berbicara tentang Ius Soli, tentang pentingnya memberikan ruang yang adil bagi anak-anak keturunan imigran agar diakui sebagai bagian dari Italia. Ia berbicara bukan hanya untuk dirinya—tetapi untuk teman-temannya yang tumbuh dengan pergulatan identitas yang sama.

Masa remajanya semakin memperkuat panggilan hatinya. Mia bergabung dalam: Parlamento degli Studenti (Parlemen Pelajar), Giovani Democratici (organisasi pemuda Partito Democratico), Aktivisme komunitas lokal Livorno

Pada 2019, saat usianya baru 17 tahun, Mia resmi masuk Partito Democratico. Sejak itu, langkah politiknya berjalan cepat, konsisten, dan semakin berpengaruh.

Mia menempuh pendidikan di Liceo Classico Niccolini Palli, salah satu sekolah klasik paling bergengsi di Livorno. Lingkungan akademiknya memperkuat kemampuan berpikir kritis dan retorika politik yang kini menjadi ciri khasnya.

Saat masuk Universitas Pisa untuk mempelajari Ilmu Politik, Mia semakin yakin bahwa ruangnya ada di jalur aktivisme dan pembangunan kebijakan publik.Kini, posisinya yang baru membawa pendapatan tahunan sekitar USD 100.642 atau sekitar Rp1,68 miliar per tahun. Jauh di atas rata-rata gaji warga Italia yang berada di kisaran USD 38.422, berdasarkan data Statista.   

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Information | Sukabumi |