Rieke Diah Pitaloka, Dari “Oneng” di Bajaj Bajuri ke Politisi Perempuan yang Vokal di DPR

1 day ago 8

Fimela.com, Jakarta Nama Rieke Diah Pitaloka mungkin pertama kali akrab di telinga publik lewat karakter Oneng di sitkom legendaris Bajaj Bajuri. Dengan gaya bicara khas dan karakter yang jenaka, Oneng berhasil menjadikan Rieke sebagai salah satu artis paling diingat pada era 2000-an. Namun, di balik citra kocaknya di layar kaca, Rieke menyimpan kedalaman intelektual dan semangat aktivisme yang kemudian mengantarnya masuk ke panggung politik nasional.

Kini, lebih dari satu dekade duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI, Rieke tampil sebagai salah satu politisi perempuan yang vokal, konsisten, dan berani mengangkat isu yang menyentuh langsung kehidupan rakyat, sekaligus tampil dengan gaya diplomatis yang sederhana.

Dari Panggung Hiburan ke Panggung Politik

Rieke menapaki jalannya di dunia seni sejak muda. Kariernya mencakup akting di sinetron, film, hingga menjadi presenter dan penulis. Puncak popularitasnya hadir saat ia berperan sebagai Oneng dalam Bajaj Bajuri, menjadikannya ikon budaya pop Indonesia.

Namun, jauh sebelum dikenal sebagai artis, Rieke sudah aktif di dunia akademik dan pergerakan mahasiswa. Melansir dari Liputan6.com, Rieke menempuh pendidikan sarjana jurusan Sastra Belanda di Universitas Indonesia (UI). Ia kemudian meraih gelar magister di bidang filsafat dan menyelesaikan doktoral dalam ilmu komunikasi, juga di UI. Kajian kritisnya terhadap pemikiran filsuf Hannah Arendt, khususnya tentang banality of evil, memperlihatkan sisi intelektual yang jarang dimiliki artis lain.

Keputusan Rieke masuk politik pada 2009 lewat PDI Perjuangan bukanlah langkah instan. Ia terdorong oleh keinginan kuat untuk memperjuangkan kelompok yang termarjinalkan, terutama buruh migran dan rakyat kecil.

Politisi dengan Keberpihakan Tegas

Di parlemen, Rieke dikenal sebagai sosok yang tidak segan menyuarakan isu-isu sosial dan ekonomi yang menyentuh rakyat langsung. Perannya dalam merumuskan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia menjadi salah satu tonggak penting dalam karier politiknya.

Keterlibatannya sebagai Duta Buruh Migran ILO dan kerja samanya dengan organisasi masyarakat sipil seperti Migrant Care membuatnya sangat dekat dengan persoalan pekerja. Salah satu keberhasilan besar perjuangannya adalah lahirnya UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, yang menggeser orientasi negara dari sekadar bisnis penempatan tenaga kerja menjadi perlindungan hak buruh migran.

Perjuangan yang Kini Disorot

Belakangan, nama Rieke kembali mencuri perhatian lewat beberapa sikap politiknya yang menyuarakan keresahan rakyat. Dalam forum resmi DPR, ia menyuarakan agar tuntutan rakyat terkait turunnya harga kebutuhan pokok juga diprioritaskan.

Sebagai anggota Komisi VI DPR, Rieke juga mendesak Presiden Prabowo Subianto segera menerbitkan Peraturan Presiden tentang perlindungan pekerja transportasi online. Ia menyoroti kekosongan hukum yang membuat jutaan driver ojol belum memiliki jaminan sosial yang layak.

Usulan ini ia sampaikan dalam audiensi bersama serikat pekerja ojol dan pimpinan DPR. Rieke hadir pula sebagai Ketua Umum Konfederasi Rakyat Pekerja, sekaligus anggota Satgas Perlindungan Pekerja Indonesia.

Tak hanya itu, Rieke juga menerima aspirasi Tuntutan Rakyat 17+8 yang baru-baru ini  tengah menjadi sorotan politik nasional. Dokumen ini memuat 17 tuntutan awal dan 8 tambahan, mulai dari audit independen DPR, reformasi partai politik, hingga penurunan harga kebutuhan pokok. 

“Saya dan Bang @andre_rosiade dan @kawendra insyaAllah akan sampaikan kepada pimpinan DPR RI. Kita perjuangkan bersama, bismillah,” tulis Rieke lewat akun media sosialnya.

Penampilan Sederhana, Citra Diplomatis

Sebagai seorang politisi sekaligus wakil rakyat, Rieke menjaga citra dirinya dengan gaya penampilan yang konsisten sederhana. Ia jarang terlihat mengenakan barang-barang branded atau busana yang berlebihan. 

Gayanya bisa dibilang diplomatis dan profesional. Dalam berbagai kesempatan resmi, Rieke lebih memilih tampil dalam balutan kebaya, batik, atau busana bernuansa etnik Indonesia. Pilihan ini bukan sekadar soal estetika, melainkan bentuk konsistensi sekaligus simbol komitmen untuk mengangkat identitas budaya Indonesia ke ruang publik.

Jika dulu publik mengenalnya lewat peran Oneng yang lugu, kini ia dikenang sebagai sosok politisi yang tegas menyuarakan penurunan harga pangan dan penolakan kenaikan iuran BPJS. Dengan konsistensi dan keberpihakannya, Rieke telah membuktikan bahwa suara rakyat bisa menemukan tempatnya di kursi parlemen, asalkan ada keberanian untuk menyuarakannya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Hilda Irach
Read Entire Article
Information | Sukabumi |