Sederet Kisah Remaja Terobsesi Menggunakan iPhone untuk Meningkatkan Status Sosial

2 days ago 9

Fimela.com, Jakarta Mengenakan barang-barang fashion seperti Hermes atau Chanel tentu bisa menjadi memerlihatan status sosial bagi penggunannya. Namun kini di awal tahun 2025 khususnya gen Z, melainkan status sosial bisa dilihat dari penggunaan gadget. 

Melansir berbagai sumber seperti Medium dan Times of India, banyak gen Z terobsesi menggunakan iPhone. Bukan hanya untuk kebutuhan komunikasi, namun para remaja memamerkan iPhone terbaru di tangan sambil berpose untuk Instagram story. Fenomena tersebut pun disebut dengan The iPhone Obsession atau iPhone Culture, di mana obsesi bukan hanya tentang memiliki smartphone, tetapi lebih tentang status sosial dan identitas.

Sayangnya, fenomena ini tanpa memikirkan kantong atau stabilitas finansial mereka, kaum muda India, khususnya Gen Z, menggembar-gemborkan tren ini. Mulai dari mengambil pinjaman. Bahkan di Indonesia kini jasa rental iPhone di India sudah mudah ditemukan. Banyak remaja yang siap melakukan apa saja untuk memiliki iPhone sehingga menghasilkan budaya pamer. 

Menurut laporan terbaru oleh Counterpoint Research, pengiriman iPhone Apple di India tumbuh hingga 60% pada tahun 2024, yang sebagian besar didorong oleh kaum muda kelas menengah yang bercita-cita tinggi.

Platform media sosial seperti Instagram dan Snapchat memainkan peran besar dalam fenomena ini. Tekanan untuk mengikuti perkembangan teman sebaya, dan mengunggah gambar yang "estetika", telah menciptakan lingkungan yang toxic. Gagasan bahwa "jika Anda tidak memiliki iPhone, Anda akan kehilangan banyak hal" mendorong banyak orang untuk mengambil risiko finansial yang tidak mampu mereka tanggung.

Gaya hidup glamor yang ditunjukkan oleh para influencer seringkali berdampak besar. Bagi banyak remaja, memiliki iPhone berarti menjadi bagian dari kelompok elit, yang mengarah pada siklus perbandingan yang konstan

Kisah-kisah Para Remaja Terobsesi iPhone

Kisah Priya, seorang mahasiswa di Mumbai, yang meminjam uang dari teman-temannya untuk membeli iPhone untuk permainan media sosialnya. Ini bukanlah insiden yang terisolasi, tetapi bagian dari tren yang berkembang di mana para remaja lebih mengutamakan kemewahan daripada logika.

Anjali, seorang wanita berusia 20 tahun dari Bengaluru, bekerja paruh waktu di sebuah kafe sambil belajar. Ia menabung selama berbulan-bulan untuk membeli iPhone 14, tetapi ternyata ia kekurangan dana. Alih-alih menunggu, ia mengambil pinjaman pribadi dengan suku bunga tinggi, dan kemudian menyadari bahwa cicilan bulanannya menggerogoti tabungannya. Tekanan dalam mengelola keuangan membuatnya berhenti dari pekerjaannya, sehingga keadaan menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Lalu ada kasus Mayank, seorang remaja berusia 17 tahun dari Lucknow, yang mencuri uang dari tabungan orang tuanya untuk membeli iPhone. Saat dikonfrontasi, ia mengakui bahwa ia ingin "menyesuaikan diri" dengan teman-temannya yang semuanya memiliki gadget terbaru.

Seorang remaja berusia 17 tahun dari Nagpur, seorang putus sekolah diduga melakukan pencurian untuk membeli iPhone Apple baru dengan uang hasil curian. Khususnya, ibu anak di bawah umur tersebut, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, telah membelikan iPhone bekas senilai Rs18.000 untuknya melalui pinjaman bank beberapa bulan yang lalu.

Bukan hanya remaja, karyawan perusahaan muda juga menjadi mangsa budaya ini. Di kantor, memiliki iPhone sering kali dianggap sebagai tanda status dan kesuksesan.

Meskipun memiliki ponsel Android yang berfungsi dengan sempurna, seorang insinyur perangkat lunak berusia 25 tahun dari Pune, Rohan membeli iPhone 15 Pro untuk "mengikuti perkembangan" rekan-rekannya. Sekarang ia menghabiskan sebagian gajinya untuk cicilan bulanan, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk menabung.

Rental iPhone di Indonesia

Kini, rental iPhone pun menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Misalnya saja melansir liputan6.com, rental iPhone di Boyolali, Jawa Tengah omzet jasa iPhone naik hingga lebih dari 50 persen jelang lebaran tahun ini.

Banyak orang rela untuk menyewa iPhone seri terbaru demi gengsi sesaat, misalnya untuk acara buka puasa bersama. Hingga menggunakannya untuk membuat konten lebaran. 

“Mau buat konten untuk lebaran bersama teman dan keluarga, karena kamera iPhone jernih,” ujar Naila Penyewa iPhone.

Apalagi iPhone seri 16 terbaru yang memiliki kamera utama 48 MP, memberikan detail lebih tajam, bahkan saat di-zoom. Lebih baik dalam kondisi low-light (cahaya minim)

Mode pemotretan 24MP default yang hemat memori tapi tetap tajam. iPhone 16 Pro punya ultra-wide 48 MP, hasil foto lanskap & grup jadi lebih tajam dan minim distorsi.

5x Optical zoom, cocok untuk foto jarak jauh tanpa kehilangan detail (seperti konser, traveling, dll). Kamera Depan 12 MP dengan Autofocus, foto selfie lebih tajam, bahkan dari jarak berbeda. Bagus untuk video call, TikTok, atau Instagram Live. 

Gerry Setiawan Pemilik Penyewaan iPhone Boyolali mengatakan saat lebaran banyak permintaan. Sampai-sampai harus menambah unit. “Awal hanya ada 30 unit, tapi ditambah jadi total 40 unit. Paling laku disewa iPhone 11 dan 13. Biasanya kalau hari biasa pinjam hanya perjam, kalau lebaran sampai harian,” katanya. 

Solusi Agar Tidak terbawa fenomena iPhone

Mendidik Anak Muda tentang Literasi Keuangan: Sekolah dan perguruan tinggi harus memasukkan pendidikan keuangan dalam kurikulum mereka. Remaja perlu memahami implikasi pinjaman dan suku bunga.

Mendorong Pembelian Berbasis Nilai: Daripada menuruti tuntutan, orangtua harus mengajari anak-anak untuk mengevaluasi pembelian berdasarkan kebutuhan, bukan tekanan teman sebaya. Membahas keuangan keluarga secara terbuka dapat membantu remaja memahami gambaran yang lebih besar.

Mendobrak Cangkang Media Sosial: Influencer dan kreator harus mempromosikan perilaku yang bertanggung jawab alih-alih mendorong budaya aspiratif.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Information | Sukabumi |