PALABUHANRATU – Polemik dugaan dari aktivitas tambang yang mengakibatkan terjadinya bencana alam tanah longsor dan banjir bandang di Kabupaten Sukabumi terus bergulir hingga menjadi perhatian publik.
Menyikapi hal itu, dua perusahaan tambang yakni PT GMB (Generasi Muda Bersatu) dan PT Golden angkat bicara, atas tuduhuan tuduhan yang mengarah pada aktivitas pertambangannya menjadi penyebab bencana alam tersebut.
Rusli Beramsyah direktur PT GMB saat diwawancara usai memenuhi panggilan klarifikasi polres Sukabumi mengatakan, secara pribadi sebagai warga negara dan warga yang juga terkena dampak mengucapkan prihatin, kejadian bencana yang terjadi tidak hanya di wilayah kecamatan Simpenan, kecamatan Ciemas, kecamatan Palabuhanratu dan Jampang, namun menyeluruh di wilayah kabupaten Sukabumi.
“Saya secara pribadi mengucapkan belasungkawa bagi yang meninggal dan yang terkena dampak longsor dan lainnya, berkaitan dengan timbulnya atau diakibatkan oleh pertambangan, saya selaku pengusaha atau perusahaan pertambangan tentunya sangat prihatin atas tuduhan atau fitnah yang beredar di masyarakat atau di media sosial,” ujar Rusli belum lama ini. Minggu, (22/12/2024).
“Tapi apapun itu saya harus jawab, say jelaskan sepengetahuan, sesuai kapasitas saya, berkaitan dengan pertambangan yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di kecamatan Simpenan Desa Cihaur yang telah berdiri dari 2006 sampai hari ini semua sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dan masih berlaku sampai 2030,” imbuhnya.
Lanjut Rusli, pihaknnya melakukan kegiatan pertambangan sesuai dengan arahan, sesuai dengan peraturan, hingga saat ini dalam melakukan kegiatan penambangan dibarengi dengan kegiatan pengihijauan, juga melakukan penambangan open fit dengan persiapan underground serta telah melakukan kegiatan blasting sesuai perizinan yang ada secara terukur da terencana.
“Alhamdulillah meskipun kemarin hujan badai yang cukup tinggi di wilayah kami, yakin tambang kami aman, tidak menimbulkan air bah atau longsoran tanah atau apapun itu, kita juga menerangkan saat diundang klarifikasi oleh Polres,” jelasnya.
“Sampai hari ini kita jelaskan ke media, ke beberapa instansi terakhir ada dari lingkungan hidup terus ada dari pertambangan juga. Kami jelaskan sesuai pertanyaan apa yang kami lakukan, yang terjadi, urusan sampai aliran sungai ke mana hilir dan hulunya, menimbulkan apa, visual per jam berapa, per tanggal berapa, dan mungkin pihak kepolisian juga akan menelusuri apa yang kami sampaikan itu benar atau tidak itu,” sambungnya.
Rusli berharap, dengan informasi informasi yang diedarkan melalui media sosial, klarifikasi beberapa pihak, juga peninjauan-peninjauan beberapa instansi, bisa menenangkan, menjelaskan kepada masyarakat agar tidak beropini liar untuk menyimpulkan secara sepihak.
“Mudah-mudahan dengan beberapa klarifikasi itu cukup bisa menjelaskan kepada publik, yang merasa semua was-was, khawatir, karena curah hujan masih terus terjadi dengan curah tinggi, angin juga cukup tinggi, mudah-mudahan dengan media kepolisian, Dinas Lingkungan Hidup, dinas pertambangan mengklarifikasi, menguji dan mengawasi langsung, itu menjadi menenangkan atau mengklarifikasi isu dilapangan,” paparnya.
Dijelaskan Rusli, izin tambang PT GMB sendiri menacapai 100 hektar, namun Open fit nya saat ini diperkirakan menggunakan lahan sekitar di 7 hektar hingga 8 hektar yang digunakan itupun untuk tambah penampungan sirkulasi air, sehingga Ia meyakini bahwa bencana tidak diakibatkan oleh aktivitas pertambangan khusunya PT GMB, bahkan hal itu telah dilakukan pengecekan secara langsung oleh beberapa intansi terkait.
“Saya tidak bermaksud mengkoreksi atau menyalahkan pernyataan-pernyataan dari pihak-pihak lain, saya hanya menjawab sesuai dengan sepengetahuan yang saya lakukan, yang saya hadapi dan laksanakan di lapangan, kami meyakin kita sesuai dengan aturan tidak berdampak,” tegasnya.
“Tanggapan untuk walhi dan lain-lain mengkoreksi, memberikan pernyataan miring terhadap perusahaan-perusahaan tambang, saya jawab yang saya kuasai,” ucapnya.
Halaman: 1 2