Demo Hari Ultah Putri Aiko dan Desakan Reformasi Monarki Jepang

5 hours ago 2

Fimela.com, Jakarta Pada hari ulang tahun ke-24 Putri Aiko pada Senin, 1 Desember 2025, terjadi aksi dukungan publik yang mencuri perhatian internasional. Beberapa pendukung turun ke jalan, memanfaatkan momentum hari kelahirannya untuk menyuarakan tuntutan perubahan sistem pewarisan takhta di Jepang — agar wanita, termasuk Putri Aiko, bisa memperoleh hak bertakhta. Tuntutan ini muncul di tengah sorotan terhadap Imperial House Law 1947, yang secara tegas melarang perempuan — termasuk Putri Aiko — menduduki tahta kaisar. Akibatnya, meskipun ia adalah anak tunggal dari Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako, ia tidak berpeluang menjadi penerus. 

Mengapa Tuntutan Reformasi Muncul Sekarang

Popularitas Putri Aiko: Sejak debut resmi sebagai anggota keluarga kekaisaran dewasa pada 2021, Putri Aiko mendapat sambutan hangat — dianggap dekat, cerdas, serta memiliki citra hangat dan humanis. Kekhawatiran terhadap masa depan monarki: Dengan sedikitnya pewaris laki-laki muda — dan masa depan keluarga kekaisaran Jepang yang menipis — banyak pihak melihat bahwa mempertahankan larangan terhadap pewarisan wanita membawa risiko kelangsungan monarki. Dukungan publik luas: Beberapa survei dan polling menunjukkan bahwa mayoritas warga Jepang mendukung hak wanita untuk menjadi kaisar — menunjukkan perubahan sikap di masyarakat.

Bentuk Aksi dan Upaya Dari Pendukung

Para pendukung reformasi tidak hanya mengandalkan aksi jalanan — tetapi juga berbagai cara advokasi:

Penyebaran komik, selebaran, serta penggunaan media sosial dan kanal YouTube untuk menyuarakan pentingnya perubahan hukum agar pewarisan takhta bisa lintas gender. Dorongan ke legislatif agar membuka kembali pembahasan untuk revisi Imperial House Law — demi memberi ruang bagi perempuan untuk naik takhta, bukan hanya sebagai simbol, tetapi sebagai pewaris resmi. Tantangan dan Resistensi dari Konservatif

Meski dorongan luas muncul, meniadakan larangan pewarisan wanita bukan tanpa hambatan:

Ada penolakan keras dari kalangan konservatif di Jepang — mereka yang ingin mempertahankan tradisi monarki berakar laki-laki, serta menolak perubahan struktur pewarisan secara radikal. Perdebatan bukan hanya soal gender, tetapi juga soal identitas tradisional dan stabilitas institusi monarki — sehingga perubahan dianggap sensitif dan kompleks.

Signifikansi Peristiwa Ini

Aksi dukungan terhadap Putri Aiko dan tuntutan reformasi ini bukan semata soal monarki, tetapi juga cerminan perubahan pandangan publik Jepang terhadap gender dan pembaruan institusi. Jika berhasil, reformasi ini dapat membuka jalan bagi generasi baru monarki — lebih inklusif gender — sekaligus menjaga kelangsungan takhta dalam menghadapi krisis pewarisan.Momen ulang tahun Putri Aiko sekaligus menjadi katalis untuk debat nasional dan global tentang bagaimana tradisi dan nilai lama harus menyesuaikan dengan perubahan zaman — tanpa mengorbankan identitas, tetapi tetap adaptif terhadap realitas sosial.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Information | Sukabumi |