Finkan Ramadhanti Putri, Pustakawan Muda yang Mengubah Perpustakaan Menjadi Ruang Hidup Literasi

Perpustakaan Rasa Kafe dan Sepuluh Inovasi Literasi Karya Finkan yang Mengantarnya ke Panggung Jawa Barat

Di tengah derasnya arus digital dan menurunnya minat baca generasi muda, seorang pustakawan muda dari SMAN 1 Kota Sukabumi justru membuktikan bahwa perpustakaan dapat menjadi ruang yang hidup, kreatif, dan dinantikan siswa.

Widi Fitria – SUKABUMI

Ia adalah Finkan Ramadhanti Putri, pustakawan yang berhasil meraih Juara 3 Transformatif Tenaga Perpustakaan Sekolah (TPS) Tingkat Provinsi Jawa Barat.

“Alhamdulillah, saya bersyukur dan senang sekali menerima penghargaan ini. Secara pribadi ini sebagai apresiasi atas seluruh proses dan tantangan yang sudah dijalani untuk mengubah pandangan bahwa perpustakaan bukan sekadar tempat penyimpanan buku, tetapi pusat pembelajaran, inovasi, dan kolaborasi,” ujar Finkan.

Baginya, penghargaan ini bukan hanya capaian pribadi, tetapi pintu untuk memperluas jejaring dan memperkenalkan Perpustakaan SMAN 1 Sukabumi ke masyarakat yang lebih luas. Kecintaan Finkan pada dunia literasi tumbuh sejak SMA. Ia terbiasa menghabiskan waktu membaca di perpustakaan sekolah, mengikuti lomba menulis, hingga mencari tahu peluang karier di bidang perpustakaan melalui internet.

“Saya melihat beberapa kampus memiliki jurusan perpustakaan. Lalu saya menemukan bahwa peluang kariernya sangat luas. Ketika ada program beasiswa di Universitas Terbuka untuk jurusan Ilmu Perpustakaan, saya semakin mantap memilih jalan ini,” tuturnya.

Keputusan itu kini terbukti tepat. Di tangan Finkan, perpustakaan sekolah bukan lagi sekadar rak-rak buku, tetapi ruang yang hidup dan selalu dirindukan.

Salah satu inovasi mencolok di SMAN 1 Kota Sukabumi adalah konsep perpustakaan bernuansa kafe. Menurut Finkan, ini lahir dari kebiasaan siswa yang lebih nyaman menghabiskan waktu di kafe.

“Kami ingin membuat perpustakaan seperti tempat favorit mereka. Ruang yang nyaman, homey, dan membuat mereka betah. Alhamdulillah guru dan siswa sangat antusias,”jelasnya.

Antusiasme itu terlihat dari meningkatnya jumlah pengunjung setiap hari. Program-program perpustakaan pun selalu ditunggu.

10 Program Inovasi yang Menghidupkan Literasi

Finkan bersama timnya menghadirkan serangkaian inovasi yang membuat perpustakaan menjadi pusat kegiatan literasi yang kreatif. Di antaranya: Coffee Drink Day, Readathon, Gebyar Literasi, Podcast Perpustakaan, Permainan Edukasi, Thematic Literacy, QR Code DPL, SIPADI (Sistem Perpanjangan Buku Digital),Berbagai Pelatihan Literasi dan Keranjang Buku Literasi (KEBULI)

Inovasi Thematic Literacy menjadi salah satu yang menarik karena selaras dengan konsep sekolah: “Semua sudut adalah perpustakaan.”

Di green house ada Botanical Literacy, di ruang BK ada Counselling Literacy, sementara ruang UKS menjadi pusat Health Literacy.

“Tidak ada batas untuk mengakses perpustakaan. Siswa bisa menikmati literasi dari setiap sudut sekolah,” ujarnya.

Di tengah tantangan digital, Finkan justru melihat peluang besar. Ia aktif memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kegiatan, program, serta konten literasi agar menjangkau lebih banyak pihak.

“Dengan digitalisasi, program kami bisa diketahui lebih luas dan lebih cepat. Ini membuat perpustakaan semakin dekat dengan siswa,”terangnya.

Ke depan, Finkan berharap dapat membawa inovasi perpustakaan agar tidak hanya dinikmati guru dan siswa, tetapi juga warga sekitar sekolah. Ia juga menyampaikan harapan mendalam untuk profesi pustakawan.

“Walaupun pustakawan belum terlalu dilirik kesejahteraannya, tetapi kami adalah kunci utama dalam literasi siswa. Tugas kami adalah menciptakan inovasi agar siswa memiliki ruang untuk mengembangkan bakat dan minat literasinya,” tuturnya penuh semangat.

Dalam perjalanan ini, Finkan tidak berjalan sendiri. Ia menyampaikan terima kasih kepada keluarga, kepala sekolah, kepala perpustakaan, rekan tim, guru, tenaga administrasi, dan seluruh siswa. Menurutnya penghargaan ini tidak mungkin ia dapatkan tanpa dukungan semua pihak yang selalu percaya bahwa dirinya bisa melangkah lebih jauh.

Bagi Finkan, perpustakaan adalah jantung sekolah. Selama siswa masih membutuhkan ruang untuk belajar, tumbuh, dan bermimpi, perpustakaan akan selalu relevan.

“Semoga siswa tetap perlu perpustakaan, karena literasi adalah kunci utama dari semuanya. Dan itu ada di perpustakaan,” pungkas Finkan. (*)