Maksimalkan Pertanian Modern, Polbangtan Kementan Kembangkan Contract Farming

1 month ago 23

BOGOR – Dalam rangka mendukung pengembangan pertanian modern, Millennial Agriculture Forum berhasil menghadirkan diskusi interaktif bertema “Contract Farming, Unit Bisnis Pertanian Modern” pada Sabtu (21/12/2024).

Acara ini melibatkan pemangku kepentingan di bidang pertanian, termasuk koperasi, pelaku agribisnis, dan pendamping pertanian modern, untuk membahas strategi peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani melalui pendekatan agribisnis terkini.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan melalui kolaborasi antara petani, koperasi, penyuluh, dan berbagai pemangku kepentingan, konsep pertanian modern dapat diimplementasikan secara optimal.

Dengan pendekatan berbasis teknologi, penguatan kapasitas sumber daya manusia, serta kepastian pasar, dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti menegaskan bahwa Millennial Agriculture Forum adalah salah satu inisiatif strategis yang mendukung pengembangan pertanian berbasis teknologi dan inovasi, sejalan dengan visi Kementerian Pertanian dalam mewujudkan regenerasi petani dan modernisasi pertanian.

Forum ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk memahami pentingnya peran agribisnis dalam menciptakan pertanian yang produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Milenial Agriculture Forum (MAF) Vol 5 Edisi 47 ini mendatangkan narasumber yang langsung berkiprah di dalam proses contract farming, diantaranya Ketua Koperasi Kencana Derma Ayu, Direktur Pengembangan Agribisnis Paskomnas Indonesia, serta Petani Milenial Alumni Polbangtan Bogor.

Yoyon Haryanto, Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor sendiri mengatakan, pangsa pasar selama ini menjadi salah satu kendala bagi para petani yang melakukan usaha tani.

“Yang lupa mencari pangsa pasar. Padahal pasar itu penting. Materi yang akan disampaikan kali ini cukup menarik. Semoga bisa menambah informasi dan inovasi bagaimana mengelola jejaring dan kemitraan bagi para milenial di pertanian”, ujar Yoyon.

Ketua Koperasi Kencana Derma Ayu, H. Taryono, memaparkan materi bertema “Potensi Produksi Beras di Koperasi Pertanian Modern”.

Ia mengungkapkan bahwa koperasi mampu mengelola gabah dari anggota kelompok tani di seluruh kecamatan Petani ke Rice Milling Unit (RMU) dengan kapasitas pengolahan hingga 10 ton gabah per hari. “Dari setiap 100 kg gabah kering, dihasilkan 63–65 kg beras premium yang dipasarkan ke daerah Cianjur, Bogor, dan Karawang”, terang Taryono.

Harga beras medium saat ini berkisar Rp11.500–Rp12.000 per kg, sementara harga beras premium mencapai Rp13.000–Rp14.000 per kg. Dalam skala produksi 10 ton beras, biaya operasional penggilingan mencapai Rp2.500.000, ditambah biaya transportasi Rp2.500.000 dengan tenaga kerja lima orang.

Soekam Parwadi membahas mengenai Potensi Pasar Produk Beras. Direktur Pengembangan Agribisnis Paskomnas Indonesia, menyampaikan pentingnya pendekatan agribisnis berbasis pasar.

Dengan tema “Potensi Pasar Produk Beras”, ia menekankan bahwa pertanian modern tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada pengelolaan bisnis yang berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan petani.

“Agribisnis modern harus didukung oleh sistem berbasis korporasi yang terstruktur dan terintegrasi. Kunci keberhasilannya terletak pada standar pertanian modern yang mengedepankan kepastian, teknologi Agriculture 4.0, dan peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator,” ujar Soekam.

Terakhir, Nuralisa Ratna Dewi sebagai Alumni Polbangtan Bogor menjelaskan terkait Target dan Operasionalisasi Pertanian Modern.

Pendamping Pertanian Modern Indramayu ini memaparkan tema “Target dan Operasionalisasi Unit Bisnis pada Pertanian Modern”. Ia menjelaskan bahwa konsolidasi lahan mencapai 63,83%, dengan 68,94% petani telah bergabung sebagai anggota koperasi.

Selain itu, pengelolaan alat mesin pertanian (alsintan) menunjukkan pencapaian signifikan, seperti 73,91% combine harvester dan 79,45% pompa air telah terkonsolidasi.

Unit bisnis koperasi, seperti UPJA, perbenihan, perbengkelan alsintan, dan Rice Milling Unit (RMU), menjadi kunci penguatan manajemen koperasi. “Kolaborasi petani, koperasi, dan penyedia alsintan mampu meningkatkan efektivitas operasional dan pendapatan koperasi,” tambah Nuralisa.

Diskusi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan dalam mewujudkan pertanian modern yang berbasis teknologi, efisien, dan berorientasi pasar.

Dengan pendekatan agribisnis yang sistematis, diharapkan dapat tercipta stabilitas pangan, peningkatan kesejahteraan petani, dan pengendalian inflasi daerah secara berkelanjutan. (wsd)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |