Mengapa Daya Tarik Kamera Klasik Begitu Kuat bagi Gen Z?

7 hours ago 5

ringkasan

  • Gen Z tertarik pada kamera klasik karena estetika vintage yang unik, pengalaman otentik dalam proses kreatif, serta nuansa nostalgia yang ditawarkannya.
  • Ketertarikan ini juga didorong oleh penolakan terhadap kesempurnaan digital yang sering diedit, keinginan akan hidup sederhana, dan pengaruh "vintage hype" dari media sosial.
  • Produsen seperti Fujifilm merespons tren ini dengan menghadirkan kamera hybrid seperti X-T30 III, yang memadukan desain klasik dengan teknologi modern untuk memenuhi kebutuhan Gen Z.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, di tengah derasnya arus teknologi digital yang serba cepat, sebuah tren menarik muncul di kalangan Generasi Z. Generasi yang tumbuh dengan gawai canggih ini justru menemukan pesona mendalam pada pengalaman fotografi yang lebih otentik dan tak lekang oleh waktu.

Mereka kini beralih pada kamera klasik, baik itu kamera analog film maupun kamera digital saku bergaya retro. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran minat dari kepraktisan instan menuju proses kreatif yang lebih mendalam dalam mengabadikan momen.

Lantas, mengapa daya tarik kamera klasik bagi Gen Z begitu kuat dan apa yang membuat mereka terpikat pada perangkat fotografi lawas ini? Mari kita selami lebih dalam alasan di balik tren yang semakin populer ini.

Pesona Estetika dan Pengalaman Fotografi Otentik

Ketertarikan Gen Z terhadap kamera klasik tidak lepas dari estetika visual yang ditawarkannya. Kamera analog, misalnya, mampu menghasilkan foto dengan sentuhan "hangat", warna natural, dan nuansa nostalgia yang khas. Butiran grain pada hasil foto seringkali menambah karakter, menciptakan tampilan vintage yang sulit direplikasi oleh kamera digital atau smartphone modern.

Proses kreatif yang lebih mendalam juga menjadi daya tarik utama. Berbeda dengan hasil instan dari kamera digital, mendapatkan foto dari kamera analog memerlukan waktu dan usaha, mulai dari pengaturan hingga pengembangan film. Keterbatasan jumlah foto per rol film secara tidak langsung mendorong pengguna untuk lebih selektif, membuat setiap jepretan terasa lebih berharga dan penuh makna.

Fenomena ini juga didorong oleh keinginan untuk hidup lebih sederhana dan menolak kesempurnaan digital. Di era di mana foto sering diedit, hasil "tidak dipoles" dari kamera film memberikan kesan alami. Sensasi kejutan saat melihat hasil cetakan foto analog, tanpa pratinjau instan, menambahkan elemen kegembiraan tersendiri bagi para penggunanya.

Selain itu, pengaruh media sosial dan "vintage hype" turut membakar rasa penasaran Gen Z. Banyak influencer menggunakan kamera film, menjadikan kamera klasik sebagai simbol gaya hidup. Ini mencerminkan selera dan prestise, digunakan untuk konten media sosial sekaligus dokumentasi pribadi yang lebih unik.

Pandangan Ahli tentang Tren Fotografi Gen Z

Tren ini tidak luput dari perhatian para ahli dan pelaku industri fotografi. Reynard Neilson, seorang pebisnis kamera analog, mengamati bahwa mayoritas pelanggannya adalah Gen Z. Mereka mencari sesuatu yang berbeda dari kamera digital, menganggap bahwa kamera film memberikan warna autentik dan karakteristik unik yang sulit ditiru filter digital.

Masato Yamamoto, Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, juga menegaskan visi perusahaannya. Melalui produk terbaru seperti Fujifilm X-T30 III, mereka ingin menghadirkan kamera yang dapat menemani perjalanan kreativitas pengguna, termasuk milenial dan Gen Z. Fokusnya adalah pada keautentikan, kecepatan, dan gaya yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda.

"Dengan FUJIFILM X-T30 III yang mudah digunakan dan serba bisa untuk berbagai kebutuhan konten, kami ingin menghadirkan kamera yang dapat menemani perjalanan kreativitas para penggunanya, termasuk para milenial muda dan Gen Z yang mengutamakan keotentikan, kecepatan, dan juga style. Kehadiran dial Film Simulation serta teknologi autofocus yang semakin canggih membantu setiap ide kreatif dapat menjadi karya visual yang ekspresif dan berkarakter. Kami berharap X-T30 III menjadi partner yang dapat diandalkan bagi siapa pun yang ingin bercerita, berkreativitas tanpa batas, dan mengembangkan kemampuan fotografinya,” ungkap Masato Yamamoto, Presiden Direktur FUJIFILM Indonesia.

Pengamatan ini menunjukkan bahwa ketertarikan Gen Z bukan sekadar tren sesaat. Ini adalah refleksi dari kebutuhan mendalam akan ekspresi diri yang lebih personal dan otentik. Mereka mencari pengalaman yang melampaui sekadar mengabadikan gambar, tetapi juga merasakan proses dan emosi di baliknya.

Fujifilm X-T30 III: Perpaduan Klasik dan Modern

Menjawab tren ini, produsen kamera berinovasi dengan menghadirkan perangkat yang menggabungkan estetika klasik dengan teknologi modern. Salah satu contoh nyata adalah Fujifilm X-T30 III, penerus dari seri X-T yang telah legendaris. Kamera ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini dalam dunia fotografi.

Fujifilm X-T30 III mempertahankan desain ikonik seri X-T dengan bodi metalik kokoh dan tampilan viewfinder bergaya klasik. Kamera ini dilengkapi kontrol fisik yang lengkap dan terasa tactile, seperti dial untuk Film Simulation, Shutter Speed, dan Exposure Compensation. Desainnya yang ringkas dan ringan, hanya 378 gram untuk bodi saja, menjadikannya ideal untuk dibawa bepergian.

Meskipun tampil klasik, X-T30 III dibekali teknologi mutakhir. Kamera ini memiliki sensor gambar "X-Trans CMOS 4" back-illuminated 26,1 megapiksel, yang menghasilkan detail dan ketajaman gambar luar biasa. Dipadukan dengan prosesor "X-Processor 5", kamera ini mampu memproses gambar dua kali lebih cepat dari generasi sebelumnya, serta membawa peningkatan signifikan pada kemampuan autofocus.

Fitur-fitur canggih lainnya mencakup kemampuan merekam video hingga 6.2K/30P, autofocus dengan deteksi subjek yang luas, dan dial khusus untuk Film Simulation. Pengguna dapat memilih hingga 20 mode simulasi film, termasuk "REALA ACE" dan "NOSTALGIC Neg.", serta menyimpan "resep" simulasi film favorit. Dengan harga sekitar Rp 15.888.000, Fujifilm X-T30 III menjadi pilihan menarik bagi Gen Z yang menginginkan perpaduan sempurna antara estetika klasik, pengalaman fotografi menyenangkan, dan performa canggih.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Vinsensia Dianawanti

    Author

    Vinsensia Dianawanti
Dok.Diskominfo Kota Bontang)

Info32 Pramuka Bontang Melangkah ke Jamda Kaltim 2025, Duta Muda dengan Semangat Juang Tinggi

Para anggota muda ini membawa nama besar Kota Taman ke ajang provinsi yang digelar di Bumi Perkemahan Stadion Kudungga, Kutai Timur, mulai 26 hingga 30 November 2025.

Dok.Diskominfo Kota Bontang)

InfoHari Guru Nasional 2025 di Bontang: Wujud Nyata Cinta dan Komitmen pada Pahlawan Tanpa Tanda Jasa 

Ratusan peserta hadir dalam suasana penuh rasa hormat dan haru, mulai dari jajaran pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, instansi vertikal, hingga pimpinan perusahaan.

Event Noel Season “Sweetopia” di Central Park./copyright istimewa

InfoCentral Park Hadirkan Noel Season “Sweetopia”: Liburan Akhir Tahun Makin Meriah & Penuh Keajaiban

Nikmati Noel Season “Sweetopia” di Central Park dan Central Park 2, rangkaian liburan akhir tahun penuh dekorasi cantik hingga shopping marathon dan pesta tahun baru.

Penutupan ACEX 2025./copyright istimewa
Hari Guru Nasional 2025

InfoSusunan Upacara Hari Guru 2025 Resmi dan Siap Digunakan di Sekolah, Lengkap Sesuai Prosedur

Dengan mematuhi susunan acara yang telah ditentukan, sekolah-sekolah dapat memberikan penghormatan yang pantas kepada para pendidik.

Read Entire Article
Information | Sukabumi |