Catatan: Hudono.
Katua PWI Daerah Istimewa Yogyakarta
SECARA demokratis Hendry Ch Bangun atau akrab disebut HCB, terpilih sebagai Ketua Umum PWI periode 2023-2028 dalam Kongres di Bandung pada 26-27 September 2023 lalu.
Selama 6 bulan pertama masa jabatannya, Pengurus PWI Pusat pimpinan HCB telah berhasil melakukan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) gratis di 20 provinsi, dari Aceh sampai Papua Selatan, dari Sulawesi Utara sampai NTT.
Dibawa kepemimpinan HCB pula, melakukan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) gratis di 6 provinsi. Namun di tengah upayanya menjadikan PWI sebagai organisasi yang semakin berkualitas dengan program peningkatan wawasan, kapasitas, dan kompetensi anggota.
Namun, HCB kemudian digoyang sebuah isu dengan tuduhan penyalahgunaan dana UKW kerjasama PWI Pusat dengan Forum Humas BUMN oleh sekelompok orang tertentu yang tidak suka dengan kepemimpinannya.
Mereka menggalang kekuatan untuk melengserkan HCB secara ilegal dengan menggelar apa yang mereka sebut sebagai Kongres Luar Biasa (KLB), yang jelas-jelas tidak memenuhi syarat PD-PRT PWI. Mereka memaksakan KLB.
Karena, tidak memenuhi syarat yakni sekurang-kurangnya diusulkan oleh 2/3 jumlah provinsi, Ketua Umum ditetapkan sebagai terdakwa, Ketua Umum berhalangan tetap (Pasal 28 ayat 1 PRT). Alasan mereka Ketua Umum sudah diberhentikan dan dianggap merendahkan harkat dan martabat profesi wartawan.
Meskipun telah dilakukan mekanisme organisasi, dengan diadakan rapat pleno lengkap, yakni diperluas, dan masalah dinyatakan sudah selesai oleh Dewan Kehormatan, tetapi sekelompok pengurus ini melaporkan HCB ke Mabes Polri, dengan tuduhan penggelapan dalam jabatan.
Mereka yang memulai kegiatan ‘makar’ itu akhirnya dilaporkan oleh HCB ke polisi untuk membuktikan dirinya tidak bersalah dan kini dalam proses penyidikan setelah kepolisian mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) ke kejaksaan.
Mengapa ini jadi urusan polisi?. Karena mereka melakukan tindakan pidana yakni membuat keterangan palsu. Selain itu dilaporkan pula terkait pidana membuat keterangan palsu dalam Akte Notaris yang menyatakan KLB itu didukung 20 provinsi, yang ternyata itu bohong belaka, dan saat ini prosesnya masih berlangsung di Mabes Polri.
Upaya ‘kelompok makar’ ini nampaknya telah berhasil mempengaruhi opini publik, sehingga seolah-olah terjadi dualisme kepemimpinan PWI. Dewan Pers yang seharusnya netral dan tidak ikut campur malah ikutan mengakui keabsahan KLB, padahal konstituen Dewan Pers yang sah, haruslah organisasi berbadan hukum sementara PWI KLB hanya bermodalkan Akte Notaris yang belakangan terbukti berisi keterangan palsu.
PWI yang dipimpin HCB telah disahkan melalui Menteri Hukum dan HAM nomor AHU 0000946.AH.01.08 tahun 2024, tanggal 9 Juli 2024 yang mencantumkan Hendry Ch Bangun sebagai Ketua Umum PWI.
Sampai saat ini SK tersebut tidak dicabut, sehingga secara de facto /de jure masih berlaku, meski diblokir secara “kongkalikong” dengan unsur pemerintah karena kedekatan?. Bahkan, mereka coba meyakinkan pemerintah bahwa merekalah PWI yang sah.
Kampanye buruk mereka share secara masif di media-media online yang mereka kuasai maupun grup WA. Banyak media terbukti melanggar Kode Etik Jurnalistik (KEJ) setelah diadukan ke Dewan Pers, melakukan pelanggaran KEJ khususnya dalam uji informasi, tidak berimbang, dan partisan.
Anehnya, mereka para pelaku itu adalah orang yang menganggap mereka wartawan senior yang lama menjabat sebagai pengurus di Dewan Kehormatan PWI. Mereka terang-terangan melanggar kode etik yang selama ini mereka anjurkan ke para anggota PWI.
Bagaimana HCB Merespons Tuduhan
Seperti diketahui, semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya (HCB), terutama terkait tuduhan penyalahgunaan dana sponsorsip UKW hasil Kerjasama/MoU PWI Pusat dengan Forum Humas BUMN yang terbukti tidak benar itu?.
HCB nampak tenang karena sangat yakin kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Fakta-fakta mulai terungkap dan kebenaran mulai menemukan jalannya. Hasil audit akuntan publik independen Haryo Tienmar Nomor 008/HT/LAI/VII/24 yang dikeluarkan pada Juli 2024 lalu, menyatakan tidak ada penyimpangan di dalam penggunaan anggaran BUMN untuk UKW.
Tak hanya itu, laporan mereka ke polisi yang menuduh HCB menyalahgunakan dana sponsorship UKW dari Forum Humas BUMN tidak terbukti dan hanya fitnah belaka. Secara legal formal, hal itu dibuktikan dengan terbitnya Surat Pemberitahuan Penghentian Penyelidikan (SP2Lid) Polda Metro Jaya, No B/1609/VI/RES.1.11/2025/Direskrimum tertanggal 10 Juni 2025.
Mengapa Polisi Menerbitkan SP2Lid?
Karena tidak ditemukan bukti terjadinya tindak pidana sebagaimana dituduhkan mereka. Sebenarnya HCB dapat melaporkan mereka yang telah menuduh menyalahgunaan dana UKW dari BUMN ke polisi, namun hal itu tidak atau belum ia lakukan.
HCB lebih memilih merangkul kelompok yang berseberangan dengannya. Tanpa jiwa besar dan keikhlasan, hal itu tak mungkin dilakukan seorang pemimpin. Bahkan, dalam konteks itu, HCB rela masa jabatannya sebagai Ketua Umum PWI Pusat dipangkas, yang seharusnya ia pimpin hingga 2028 mendatang.
Namun terhenti pada 2025 sehingga dapat digelar Kongres Persatuan yang akan diadakan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 29-30 Agustus 2025.
Ini ia (HCB) lakukan demi persatuan PWI, merangkul mereka yang memusuhinya. Agar PWI yang terpuruk selama satu tahun, dapat bangkit kembali, memajukan anggotanya, berpartisipasi untuk memberi dukungan kepada program pemerintah yang pro rakyat, dan ikut memperjuangan kemerdekaan pers.
HCB adalah korban fitnah dan penzaliman secara luar biasa, massif, dan terstruktur. Namun ia tetap tegar dan mencalonkan diri dalam kongres yang bertujuan mempersatukan kembali PWI yang dicabik-cabik para penghianat.
Ia melawan narasi-narasi negatif dengan kerja nyata dan bukti. Jadi, dalam konteks kontestasi Kongres Persatuan, kita kembalikan pada akal sehat dan hati nurani, untuk memilih kembali HCB sebagai Ketum PWI periode 2025-2030. Ia bukanlah kaleng-kaleng, dan itu sudah teruji. ***