Mengatasi Dampak Perceraian Naik, Pemprov Jabar Telah Meluncurkan Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

1 month ago 23

RADAR SUKABUMI — Dalam beberapa waktu lalu, Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat (Jabar) Herman Suryatman, menyebutkan dalam satu dasawarsa (10 tahun) ini, angka perceraian di Jabar meningkat cukup signifikan.

Dengan meningkatnya jumlah perceraian sepanjang 2024 lalu, menimbulkan persoalan baru dalam penanganan angka kemiskinan. Meskipun terdapat berbagai faktor penyebab perceraian. Tetapi masalah ekonomi menjadi alasan utama terjadinya perceraian rumah tangga.

Hal itu termasuk persoalan pinjaman online (Pinjol) yang kerap menjerat himpitan ekonomi dalam sebuah keluarga. “Berdasarkan catatan di tahun 2023 lalu, perceraian di Jabar mencapai angka 90 ribu, padahal 10 tahun lalu hanya 60 ribu,” kata dia.

“Ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan,” ucap Herman menambahkan.

Lebih lanjut dia mengatakan dari jumlah tersebut, sekitar 70 ribu di antaranya adalah gugatan cerai yang diajukan oleh perempuan. Artinya, ini menandakan peran ibu-ibu dalam proses perceraian.

Dia juga menyatakan, masalah ini tidak hanya berdampak pada pasangan yang bercerai, tetapi juga pada anak-anak yang menjadi korban. “Kami juga mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan anak yang berhubungan dengan masalah keluarga,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Herman menekankan pentingnya peran ibu dalam menjaga keharmonisan keluarga. Ibu-ibu harus menjadi agen perubahan agar keluarga tetap utuh dan kualitas hidup mereka terus meningkat.

Menurut Herman, pihaknya juga mencatat bahwa indeks perempuan terhadap pendapatan keluarga di Jabar hanya mencapai 29, jauh di bawah angka nasional yang mencapai 39.

Untuk itu, lanjutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, telah meluncurkan program pemberdayaan ekonomi perempuan yang dinamakan West Java Women and Empowerment sejak 2024.

Program ini, kata dia, untuk mengatasi persoalan perceraian, serta bertujuan untuk memberikan pelatihan ekonomi kepada perempuan di berbagai daerah di Jabar. “Kami sudah melatih 135 perempuan di 27 kota/kabupaten, serta 1.200 perempuan di 627 kecamatan,” tuturnya.

“Kami menargetkan untuk melatih 100 perempuan per desa pada tahun 2025,” ujar Herman menambahkan.

Program ini juga menyediakan akses permodalan yang bekerja sama dengan Bank Jabar Banten (BJB) dengan suku bunga yang sangat kompetitif, yaitu hanya 3-5 persen per tahun. Tujuannya untuk membantu menghindari jeratan Pinjol. “Di Jabar, Pinjol sudah mencapai Rp18,6 triliun, ini sangat meresahkan,” tandasnya.

Herman berharap, perempuan akan semakin memiliki kesadaran akan pentingnya kontribusi ekonomi dalam keluarga serta peran mereka dalam menjaga keharmonisan keluarga. Melalui pelatihan dan dukungan finansial yang kuat, diharapkan pula program ini dapat menurunkan angka perceraian, pungkas Herman. (*/Ron)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |