PALABUHANRATU – Sejumlah rumah warga di kampung Cipatuguran, RW 21, Kelurahan/ Kecamatan Oalabuhanratu, Kabupaten Sukabumi porak poranda dampak diterjang gelombang air laut yang pasang.
Warga yang juga merupakan tokoh masyarakat kampung Cipatuguran RW 21 Ujang Sudira (68) mengatakan sebanyak kurang lebih 10 unit bangunan rumah dan warung rusak diterjang ombak besar yang pasang dampak dari adanya gelombang tinggi air laut yang mulai terjadi sejak 5 Desember 2024 dan terus menerus hingga Rabu, (18/12/2024) lalu.
Ujang Sudira menerangkan sejak awal terjadi ombak besar yang pasang, air laut saat itu naik kedaratan dan masuk ke rumah rumah warga bahkan terdapat beberapa rumah yang terkena dampak, seperti di RT 01 rumah warga rusak berat, juga di RT 02, warung dan rumah dua rusak berat, selanjutnya tiga unit rusak di RT 04.
“Kalau semua dihitung hitung ada 10 bangunan rumah warga dan warung yang mengalami rusak berat. Kalau yang ngungsi banyak, cuman ke rumah rumah keluarga, dikarenakan kalau mengontrak atau ke jauh, mereka khawatir rumah yang disini terjadi apa apa, kalau dirumah keluarga atau tetangganya terdekat, kan bisa terkontrol termonitor tiap hari,” ujar Ujang Sudira.
“Pas besar itu terjadi tanggal 5 desember sampai kemarin, kalau malam tadi Kamis, (19/12/2024) air laut tidak terlalu besar, hanya angin saja yang kencang,” imbuhnya.
Bahkan kata Sudira, barang barang elektronik miliknya pun kini sudah dievakuasi ke rumah anaknya, karena khawatir terjadi gelombang besar susulan yang bisa merendam rumahnya.
“Saya juga barang barang perabotan sebagian dievakuasi ke rumah anak disana, warung saya kan didepan ini hancur. Kalau diterjang terus ombak besar seperti kemarin kemari bukan tidak mungkin rumah saya pasti kena juga, ancur lah, pokoknya ketinggian ombak di pesisir pantai Cipatuguran itu 2,5 sampai 3 meter kemarin kemarin itu,” jelas Ujang Sudira.
“Kan kalau di RT 1 disana itu, jarak antara bibir pantai dengan rumah warga semakin dekat, karena memang sebelumnya juga beberapa bulan antara bulan Februari, terus bulan Septermber lalu sudah terdampak akibat diterjang ombak besar atau ombak pasang, bisa dikatakan banjir rob lah,” sambungnya.
Ujang Sudira berharap kedepan pemerintah ataupun intansi terkait serta perusahaan dapat membuatkan tanggul permanen sebagai oemecah ombak agar saat terjadi pasang air laut tidak langsung berdampak terhadap pemukiman warga.
“Untuk penanganan sementara sudah ada, dari kelurahan, kecamatan pada datang meninjau, memberikan sembako, para relawan, dermawan, para pengusaha. Alhamdulillah untuk makan sehari hari cukup,” tegasnya.
“Iya itu, harapan kami sebagai warga, apabila ini tidak secepatnya dibuatkan tanggul permanen seumur umur masyarakat akan dihantui was was dikarena ini bibir pantai semakin tergerus semakin dengan pemukiman warga” ucapnya.
Masih kata Ujang Sudira, beberapa tahun lalu, sebenarnya dari pihak perusahaan salah satunya PLTU Jabar 2 Palabuhanratu sudah melakukan upaya penanganan dengan pembuatan tanggul sementara, bahkan hingga dua kali pembangunan namun kembali hancur tidak membekas.
“Dulu sudah ada upaya sebelum sebelumnya memasang beronjong tapi rusak hancur, terus pemasangan geo bag rusak lagi hancur, tergerus ombak besar saat pasang, tidak seimbang antara ombak dan tanggul,” paparnya.
“Harapan masyarakat ada pembuatan pemecah ombak yang permanen, masyarakat butuh ketenangan, kenyamanan, disini masyarakat yang nelayan, ketika mereka melaut jauh kalau di perairan Palabuhanratu susah tangkapan ikan, ada yang ke Pacitan jadi saat meninggalkan anak dan istri di rumah itu dihantui rasa was was, takut terjadi ombak besar, ya walaupun itu kejadian alam, cuman kalau sudah semakin terkikis begini mau bagaimana lagi bingung juga,” tandasnya. (Ndi)