Pemuda Masih Pasif, Golkar Jabar Genjot Literasi Politik

4 hours ago 5

SUKABUMI –- Tingkat partisipasi politik pemuda Indonesia dinilai masih rendah, terutama dalam jalur non-konvensional seperti aksi protes dan advokasi publik. Hal ini disampaikan pengamat politik Adi Prayitno dalam kegiatan Pendidikan Politik DPD Partai Golkar Jawa Barat bertajuk “Pemuda Melek Politik: Dari Literasi Menuju Partisipasi Aktif” di Hotel Agusta, Sukabumi, Selasa (30/12/2025).

Adi mengungkapkan, hanya sekitar 3 persen masyarakat yang pernah terlibat dalam aksi protes politik, baik secara langsung maupun melalui media sosial. “Di dalam angka itu tentu ada anak muda, tetapi jumlahnya sangat kecil,” ujarnya.

Menurutnya, sebagian besar generasi muda bersikap pasif selama kebijakan publik tidak mengganggu kehidupan pribadi mereka. Akibatnya, partisipasi politik non-konvensional belum tumbuh sebagai budaya demokrasi yang kuat.

Dalam konteks politik konvensional, partisipasi juga masih minim. Hanya 16 persen responden pernah terlibat dalam kampanye politik, sementara 90 persen mengaku tidak pernah terlibat dalam kerja-kerja pemenangan partai atau calon legislatif.

Adi juga menyoroti peran media dalam membentuk kesadaran politik. Televisi masih menjadi sumber utama informasi politik, disusul internet dan media sosial yang kini mendominasi di kalangan muda.

“Pemuda harus memiliki efikasi politik keyakinan bahwa tindakan sekecil apa pun bisa berdampak. Demokrasi hari ini adalah hasil perjuangan panjang generasi muda di masa lalu,” tegasnya.

Pemuda Harus Jadi Pengemudi, Bukan Penumpang

Wakil Ketua Penggalangan Khusus DPD Golkar Jabar, Deden Nasihin, mendorong pemuda untuk tidak hanya menjadi penonton atau pengikut arus politik. Ia membagi peran pemuda dalam dua kategori: passenger (penumpang) dan driver (pengemudi).

“Pemuda hari ini harus naik kelas menjadi driver politik. Jika tidak, arah politik akan dikendalikan oleh mereka yang tidak peduli pada kepentingan rakyat,” ujarnya.

Menurut Deden, menjadi _driver_ berarti memiliki literasi politik, integritas, dan kemampuan mengubah gagasan menjadi aksi nyata.

Sementara Bupati Sukabumi Asep Jafar turut mengajak pemuda untuk aktif dan kritis dalam kehidupan demokrasi. Ia menekankan pentingnya literasi politik di tengah derasnya arus informasi digital.

“Pemuda jangan hanya jadi penonton. Mereka harus tampil sebagai pelaku dan penggerak perubahan,” kata Asep.

Ia juga membuka ruang bagi kritik dan masukan dari masyarakat, khususnya generasi muda. “Tolong ingatkan saya jika ada kebijakan yang keliru. Saya ingin mendengar suara pemuda,” ujarnya.

Wakil Ketua Bidang Pemilu DPD Golkar Jabar, Rahmat Sulaeman, menegaskan bahwa literasi politik adalah fondasi utama membangun partisipasi yang cerdas dan bertanggung jawab.

“Tanpa literasi politik yang kuat, kemajuan teknologi justru bisa melemahkan daya kritis dan kesadaran kebangsaan,” katanya.

Ia menekankan pentingnya pendidikan politik yang berkelanjutan, tidak hanya seremonial, untuk menanamkan nilai kebangsaan, etika politik, dan pemahaman sejarah perjuangan bangsa.

Kegiatan pendidikan politik ini diikuti sekitar 200 peserta dari kalangan mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan fungsionaris organisasi sayap Partai Golkar se-Jawa Barat.

Ketua Pelaksana, Boogie G. Manggala, menyebut kegiatan ini sebagai respons terhadap tantangan tsunami demografi dan disrupsi informasi.

“Politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tapi kerja teknokratis untuk kemaslahatan rakyat,” ujarnya.

DPD Golkar Jabar berharap kegiatan ini melahirkan generasi muda yang kritis, peduli, dan memiliki peran strategis dalam menjaga kualitas demokrasi Indonesia.(**)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |