Pengungsi Bencana Retakan Tanah di Cikembar Sukabumi Mulai Terserang Penyakit

2 months ago 28

SUKABUMI – Ratusan penyintas bencana pergerakan tanah yang memporak-porandakan pemukiman penduduk di Kampung Cihonje, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, mulai mengalami berbagai keluhan kesehatan pada Jumat (06/12).

Para korban yang telah tiga hari tinggal di posko pengungsian, yang terletak di halaman kantor Desa Sukamaju dan SDN 2 Tegalpanjang, kini menghadapi masalah kesehatan akibat kondisi yang tidak ideal di pengungsian.

Salah seorang penyintas bencana pergerakan tanah di Kampung Cihonje, RT 01/RW 06, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Ani Sumirat (47) kepada Radar Sukabumi mengatakan, cucunya yang ikut di tenda pengusian, tepatnya di halaman kantor Desa Sukamaju itu, sudah dua hari mengalami demam.

“Tos dua wengi sakit, da tiis meren kulem ditenda (sudah dua hari sakit, karena kedinginan tidur di tenda),” kata Ani kepada Radar Sukabumi pada Jumat (06/12).

Pihaknya mengaku sudah membawa cucunya tersebut, untuk mendapatkan pengobatan yang tersedia di posko pengungsian.

“Beribat atos (berobat sudah), Alhamdulillah, ayeuna mah kondisina sae sareng panasna teu tinggi, (berobat sudah, Alhamdulillah sekarang kondisinya membaik dan panas,” timpalnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Cikembar, Nasihin kepada Radar Sukabumi mengatakan, bahwa jumlah total warga yang mengungsi di posko tersebut mencapai hampir 287 jiwa, yang terdiri dari 87 kepala keluarga (KK). “Dari 287 jiwa yang mengungsi, terdata ada 123 orang yang mengalami sakit,” kata Nasihin kepada Radar Sukabumi pada Jumat (06/12).

Penyakit yang diderita para penyintas ini tercatat berdasarkan laporan medis dari petugas Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan di posko pengungsian. Pada Rabu (4/12/2024), tercatat ada 73 warga yang sakit, sementara pada Kamis (5/12/2024) jumlahnya menurun menjadi 50 orang. “Untuk hari ini, data terbaru belum diperbarui,” tambahnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa sebagian besar para penyintas yang sakit mengeluhkan demam, batuk, pilek, pusing, gangguan lambung, dan tekanan darah tinggi yang kambuh akibat stres dan syok pasca-bencana. Selain itu, kondisi fisik mereka yang lemah juga menjadi faktor pemicu masalah kesehatan.

“Sebagian besar dari 123 penyintas yang sakit ini didominasi oleh lansia, yang mencapai hampir 70 persen, sementara sisanya adalah anak-anak,” timpalnya.

Pihak medis di posko terus berupaya memberikan perawatan dan pengobatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul di tengah pengungsian. Namun, kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat kebutuhan mendesak akan pemulihan fisik dan psikologis bagi para korban bencana. “Intinya, kami membuka layanan kesehatan 24 jam di posko pengusian. Bahkan, untuk obat juga Alhamdulillah mencukupi,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi kepada Radar Sukabumi mengatakan, bahwa pihaknya telah memantau situasi pasca-bencana, baik akibat banjir maupun pergerakan tanah yang terjadi di wilayah Kabupaten.

“Saya sudah memonitor bencana banjir dan musibah pergerakan tanah di sini sejak dua hari yang lalu. Dari sisi kesehatan, saat ini penanganan bisa berjalan dengan baik,” kata Agus.

Pihaknya juga mengungkapkan bahwa ketersediaan obat-obatan di posko pengungsian tidak mengalami kekurangan.

“Alhamdulillah, obat-obatan bisa ditangani dengan baik. Bahkan, dari pemerintah provinsi dan pusat terus mengirimkan pasokan obat-obatan. Kami juga berkoordinasi dengan Sekretaris Dinas Kesehatan untuk segera mendistribusikan obat ke daerah-daerah pengungsian hingga status tanggap darurat bencana dicabut,” tambahnya.

Ia menegaskan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi siap memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam, untuk para penyintas bencana. Namun, Agus juga mengingatkan bahwa karena saat ini sedang musim hujan, penyakit di kalangan penyintas bencana diperkirakan akan meningkat.

“Mayoritas penyintas mengeluhkan batuk, pilek, demam, diare, dan gatal-gatal. Ini wajar karena kondisi pengungsian yang padat dan musim hujan,” imbuhnya.

Meskipun distribusi layanan kesehatan di seluruh posko pengungsian di Kabupaten Sukabumi berjalan lancar, Agus mengungkapkan sedikit kesulitan terkait akses.

“Untuk wilayah Puskesmas VI, meskipun ada jarak cukup jauh, pelayanan tidak ada masalah. Biasanya, dari Palabuhanratu bisa langsung ke Jampangkulon, tetapi karena jalan terputus, kita harus memutar jauh, untuk bisa menjangkau ke wilayah itu,” ujar Agus.

“Intinya, Dinkes terus berupaya memastikan bahwa kebutuhan kesehatan para penyintas dapat terpenuhi seiring dengan upaya pemulihan di daerah terdampak bencana,” pungkasnya. (Den)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |