Asal Usul Ular Cabai Besar, Si Penghuni Hutan yang Cantik tapi Berbahaya

3 days ago 11

Fimela.com, Jakarta Ular Cabai Besar, yang secara ilmiah dikenal sebagai Calliophis bivirgata, adalah salah satu reptil paling menakjubkan sekaligus berbahaya yang menghuni hutan-hutan tropis di Asia Tenggara. Dengan corak warna yang mencolok, terutama pada bagian kepala dan ekor yang merah menyala, ular ini mampu memukau siapa saja yang melihatnya. Namun, di balik keindahan tersebut, tersembunyi bisa yang sangat kuat dan unik, berbeda dari kebanyakan ular berbisa lainnya.

Sebagai anggota famili Elapidae, yang juga mencakup kobra dan krait, Ular Cabai Besar tersebar luas di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ular ini memiliki karakteristik fisik dan perilaku yang khas, menjadikannya subjek penelitian yang menarik bagi para herpetolog dan menjadi perhatian penting bagi masyarakat yang tinggal di dekat habitatnya.

Memahami seluk-beluk Ular Cabai Besar sangatlah penting, tidak hanya untuk tujuan konservasi tetapi juga demi keselamatan manusia. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai identitas, ciri-ciri fisik, habitat alami, tingkat bahaya bisanya, hingga tips praktis untuk mencegah dan mengusir ular ini dari area pemukiman. Berdasarkan berbagai sumber, simak ulasan informasinya berikut ini.

Seekor buaya di Padang Pariaman, memangsa ular piton di pinggir Sungai Batang Nareh. Keberadaan reptil bertubuh besar ini pun menjadi tontonan warga.

Apa Itu Ular Cabai Besar?

Ular Cabai Besar, yang dikenal secara ilmiah sebagai Calliophis bivirgata, merupakan salah satu spesies ular berbisa dari keluarga Elapidae. Ular ini khas di Asia Tenggara, menjadikannya bagian penting dari keanekaragaman hayati di kawasan tersebut. Di dunia internasional, ular ini lebih dikenal dengan nama Blue Coral Snake atau Blue Malayan Coral Snake.

Nama "Cabai Besar" tampaknya terinspirasi dari warna merah cerah yang menghiasi kepala, ekor, dan bagian perutnya. Warna-warna mencolok ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga berfungsi sebagai tanda peringatan bagi predator dan mangsa. Penampilan yang unik ini membuat Ular Cabai Besar mudah dikenali di antara spesies ular lainnya.

Sebagai bagian dari keluarga Elapidae, Ular Cabai Besar memiliki taring depan yang tetap dan mampu menyuntikkan bisa dengan efektif. Namun, ular ini cenderung pemalu dan lebih memilih menghindari manusia, sehingga jarang terlibat dalam insiden gigitan, kecuali jika merasa terancam atau terpojok.

Ciri-ciri Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar memiliki penampilan yang sangat khas dan mudah dikenali, membuatnya menonjol di antara reptil lain di habitatnya. Ular dewasa dari spesies ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1,8 meter, dengan tubuh yang relatif ramping. Ukuran ini menempatkannya dalam kategori ular berukuran sedang, namun tetap terlihat anggun dengan proporsi tubuh yang seimbang.

Salah satu daya tarik utama dari Ular Cabai Besar adalah skema warnanya yang mencolok. Kepala, ekor, dan bagian perutnya dihiasi dengan warna merah atau jingga cerah yang sangat menarik perhatian. Sementara itu, sebagian besar punggungnya berwarna biru gelap hingga hitam, seringkali dihiasi dengan garis biru atau putih besar yang membentang di setiap sisi tubuhnya. Kombinasi warna ini menciptakan tampilan yang unik dan membedakannya dari spesies lain.

Secara internal, Ular Cabai Besar memiliki kelenjar bisa yang sangat panjang, bahkan bisa mencapai seperempat dari total panjang tubuhnya. Kepalanya relatif kecil dan tidak memiliki transisi yang jelas dengan leher, memberikan kesan tubuh yang menyatu. Meskipun penampilannya unik, ular ini seringkali disalahartikan dengan spesies lain seperti ular reed berkepala merah (Calamaria schlegeli) atau ular krait berkepala merah (Bungarus flaviceps) karena kemiripan habitat dan corak warna tertentu. Namun, perlu dicatat bahwa Calamaria schlegeli jauh lebih kecil, hanya mencapai panjang maksimal 50 cm.

Habitat Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar adalah penghuni daratan yang mempesona di hutan hujan tropis. Mereka dapat ditemukan di berbagai jenis hutan, mulai dari hutan primer yang masih alami hingga hutan sekunder yang telah pulih kembali. Habitat favorit ular ini mencakup dataran rendah hingga pegunungan rendah, dengan ketinggian antara 100 hingga 1100 meter di atas permukaan laut.

Ular ini memiliki gaya hidup semi-fossorial, artinya mereka sering kali bersembunyi di antara serasah daun atau celah-celah di lantai hutan. Kebiasaan ini membantu mereka dalam berburu mangsa dan melindungi diri dari ancaman predator. Selain itu, Ular Cabai Besar adalah makhluk nokturnal, yang berarti mereka paling aktif setelah matahari terbenam, saat mereka keluar untuk mencari makan.

Secara geografis, Ular Cabai Besar adalah spesies endemik di Asia Tenggara. Mereka tersebar di negara-negara seperti Brunei dan Indonesia, termasuk di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, dan Jawa, serta pulau-pulau kecil seperti Nias, Mentawai, Riau, dan Bangka-Belitung. Di Malaysia, mereka ditemukan di Semenanjung Melayu, Sarawak, dan Sabah, serta di Singapura, Thailand, dan Myanmar. Keberadaan mereka di berbagai wilayah ini menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap beragam kondisi lingkungan hutan tropis.

Tingkat Bahaya Ular Cabai Besar

Ular Cabai Besar dikenal sebagai salah satu ular yang sangat berbisa dan berpotensi berbahaya. Berbeda dengan sebagian besar anggota famili Elapidae yang umumnya memiliki neurotoksin, ular ini memiliki bisa yang mengandung sitotoksin unik bernama calliotoxin. Racun ini bekerja dengan cara yang sangat spesifik dan merusak, menargetkan saluran natrium pada mangsanya.

Dampak dari calliotoxin sangatlah dramatis; bisa ini dapat memicu seluruh saraf korban untuk aktif bersamaan, mengakibatkan kejang otot parah, kelumpuhan mendadak, hipotensi, serta peradangan. Dengan mekanisme ini, sistem saraf mangsa seakan terbakar, menyebabkan paralisis total. Karena makanan utamanya adalah ular lain, termasuk ular berbisa seperti kobra muda, Ular Cabai Besar sering dijuluki sebagai "pembunuh para pembunuh". Selain itu, mereka juga memangsa kadal dan katak.

Walaupun bisa mereka sangat kuat dan berpotensi mematikan, insiden kematian manusia akibat gigitan Ular Cabai Besar sangat jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh sifat alami ular ini yang pemalu dan cenderung menghindari interaksi dengan manusia. Ketika merasa terancam atau terpojok, Ular Cabai Besar memiliki cara pertahanan diri yang unik: mereka akan mengangkat ekor merahnya tinggi-tinggi sebagai tanda peringatan. Jika peringatan ini diabaikan dan ancaman tetap ada, barulah mereka akan menggigit sebagai upaya terakhir.

Dalam konteks konservasi, Ular Cabai Besar saat ini terdaftar dalam kategori Risiko Rendah (Least Concern) oleh IUCN Red List. Namun, tren populasi mereka belum diketahui secara pasti, dan ancaman utama bagi kelangsungan hidup spesies ini adalah hilangnya habitat akibat deforestasi yang terus terjadi di wilayah Asia Tenggara.

Cara Mengusir Ular Cabai Besar

Meskipun Ular Cabai Besar dikenal pemalu dan jarang menyerang, tetap penting bagi kita untuk mencegah ular ini memasuki area pemukiman. Meskipun tidak ada metode khusus untuk mengusir Ular Cabai Besar, kita dapat menerapkan cara-cara umum yang efektif untuk semua jenis ular.

Salah satu langkah utama adalah menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Pastikan untuk menyingkirkan tumpukan daun, kayu, batu, atau puing-puing yang bisa menjadi tempat persembunyian ular, karena mereka menyukai tempat yang lembap, dingin, dan gelap. Rutin memotong rumput dan membersihkan semak-semak di pekarangan juga sangat bermanfaat. Selain itu, menghilangkan genangan air yang dapat menarik mangsa ular seperti katak, juga akan mengurangi daya tarik area tersebut bagi ular.

Menggunakan bahan-bahan beraroma kuat bisa menjadi cara efektif untuk menjauhkan Ular Cabai Besar. Anda bisa menaburkan cabai di sekitar rumah, karena ular tidak menyukai baunya. Bawang merah dan bawang putih juga efektif karena ular tidak tahan dengan asam sulfonat yang terkandung di dalamnya. Minyak peppermint dan serai mengandung senyawa yang mengiritasi ular, sementara bubuk belerang dapat diletakkan di sudut-sudut rumah karena bau menyengatnya. Cuka putih juga dapat dituangkan di area yang sering dilalui ular untuk mengusir mereka.

Terakhir, pastikan untuk menutup retakan atau celah di dinding, pondasi, atau pintu yang bisa menjadi jalan masuk ular ke dalam rumah. Penting untuk diingat bahwa garam tidak efektif untuk mengusir ular, karena ular tidak memiliki lendir seperti hewan lain yang terpengaruh oleh garam. Jika Anda menemukan Ular Cabai Besar, jangan mencoba mendekati atau menangani sendiri. Segera hubungi ahli penanganan hewan atau petugas pemadam kebakaran setempat untuk penanganan yang aman dan tepat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ricka Milla Suatin
Read Entire Article
Information | Sukabumi |