Di balik ketenangan kampus Nusa Putra University, tersimpan semangat luar biasa dari seorang mahasiswi semester enam bernama Hasna Iftikhar S. Ia baru saja menorehkan prestasi membanggakan terpilih sebagai salah satu Young Teacher Advocate dalam program prestisius UNESCO Education Youth Advocate – Young Teacher Network 2025.
Widi Fitria — SUKABUMI
Program yang diselenggarakan oleh UNESCO Regional Office Jakarta ini menjadi wadah eksklusif bagi para calon guru muda terpilih dari lima negara—Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Timor Leste—untuk menyuarakan gagasan dan aksi nyata dalam isu pendidikan. Hasna menjadi salah satu dari sedikit perwakilan Indonesia yang lolos seleksi dan akan terlibat dalam program ini selama enam bulan ke depan, baik secara daring maupun luring.
“Saya sangat bangga dan senang karena dipercaya mengikuti program ini. Ini kesempatan besar bagi saya untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan dan menjadi agen perubahan,” ujar Hasna dengan penuh antusias saat diwawancarai.
Sebelum berhasil menembus program UNESCO, Hasna sempat mengalami kegagalan. Pada awal tahun 2025, ia mencoba mendaftar program Youth Activist Incubator dari UN Women Indonesia, namun gagal di tahap seleksi. Alih-alih patah semangat, kegagalan itu justru menjadi bahan bakar motivasi baru baginya.
Pada bulan April, ia menemukan informasi di Instagram tentang program UNESCO Young Teacher Advocate dan langsung merasa ini adalah peluang yang selaras dengan passion-nya di bidang pendidikan dasar.
“Saya kuliah di jurusan PGSD dan saya sangat peduli dengan krisis pendidik yang terjadi, terutama di tingkat dasar. Ketika melihat program ini, saya merasa terpanggil untuk ikut serta dan berkontribusi,” jelas Hasna.
Setelah melalui proses seleksi, pada tanggal 23 Mei 2025, kabar baik pun datang: Hasna dinyatakan lolos sebagai salah satu dari 20 guru muda terpilih. Pencapaian ini tak hanya membanggakan dirinya sendiri, tapi juga seluruh civitas akademika Universitas Nusa Putra.
Dalam perannya sebagai Young Teacher Advocate, Hasna akan fokus menyuarakan isu-isu pendidikan dasar di Sukabumi. Ia juga akan membangun jejaring dengan para praktisi pendidikan dari negara-negara Asia Tenggara, serta berpartisipasi dalam kegiatan internasional yang digelar oleh UNESCO dan PBB.
Menurut Hasna, motivasi terbesarnya datang dari pengalaman langsung saat menjalani PPL dan KKN di beberapa sekolah dasar di Sukabumi. Di sana, ia melihat sendiri kondisi krisis pendidik dan keterbatasan guru dalam menangani siswa dengan kebutuhan khusus, termasuk anak-anak dengan keterbelakangan mental.
“Ini bukan hanya masalah teknis, tapi juga menyangkut kemanusiaan. Kita sebagai generasi muda harus bergerak, jangan hanya diam melihat kenyataan,” ungkap Hasna penuh semangat.
Tak hanya krisis pendidik, Hasna juga menaruh perhatian besar pada isu kesehatan mental siswa dan guru, serta pentingnya pencegahan pelecehan seksual di lingkungan sekolah. Ia ingin mendorong pendidikan yang lebih inklusif dan aman bagi semua anak.
“Mengadvokasi pendidikan yang berkualitas berarti juga menjaga ruang belajar agar tetap sehat, aman, dan mendukung tumbuh kembang peserta didik secara holistik,”jelasnya.
Meski saat ini forum bersama guru muda dari lima negara belum terwujud, Hasna berharap akan ada forum internasional yang mempertemukan para peserta. Sementara itu, ia telah menyiapkan rencana untuk membentuk forum mahasiswa PGSD dan berkolaborasi dengan komunitas yang bergerak di bidang SDG 4 (Pendidikan Berkualitas).
“Saya ingin menjadi penggerak dan menjadikan ilmu yang saya dapat dari UNESCO sebagai bahan bakar untuk mendorong perubahan konkret di komunitas saya sendiri,” ujarnya penuh tekad.
Hasna juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Universitas Nusa Putra, yang menurutnya sangat mendukung mahasiswa untuk melangkah ke level internasional. Program seperti Ambassador Talk yang rutin diadakan kampus, membuatnya lebih termotivasi untuk berani menembus batas.
Dia pun mengungkapkan sosok-sosok yang menginspirasi langkahnya, di antaranya Alya Zahra Sabira, aktivis muda asal Sukabumi yang juga Youth Partner UN Women, serta Stella Christine, Wakil Menteri Pendidikan RI, yang menurut Hasna sangat jenius dan progresif.
Perjalanan Hasna adalah bukti bahwa suara dari kota kecil pun bisa menggema hingga ke panggung dunia. Dengan dedikasi, kepekaan sosial, dan semangat belajar yang tinggi, Hasna telah membuktikan bahwa mahasiswa PGSD juga bisa berkiprah dalam jejaring global dan menjadi agen perubahan bagi masa depan pendidikan.
“Harapan saya, pengalaman ini bisa memberi dampak nyata bagi kemajuan pendidikan dasar di wilayah kami, dan mendorong lebih banyak guru muda untuk aktif, peduli, dan terlibat dalam gerakan pendidikan global,” tutup Hasna dengan senyum penuh harapan.
Sementara itu, Ketua Program Studi PGSD Nusa Putra University Utomo menyambut gembira pencapaian yang diraih mahasiswinya. “Kami sangat bangga Hasna bisa membawa nama kampus di kancah internasional. Ini membuktikan kualitas lulusan PGSD kami,” tuturnya Pencapaian ini semakin mengukuhkan reputasi PGSD juga Nusa Putra sebagai pencetak pendidik profesional yang berdaya saing global. (*)