Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, tak hanya sebuah peristiwa religius, pelantikan seorang Paus juga merupakan simbol penting bagi jutaan umat Katolik di seluruh dunia. Momen ini sarat akan tradisi, ritual, dan pesan mendalam tentang arah Gereja Katolik kedepannya. Pada 18 Mei 2025 lalu, Vatikan menjadi saksi sejarah ketika Kardinal Robert Francis Prevost secara resmi diangkat sebagai Paus Leo XIV—menggantikan mendiang Paus Fransiskus.
Upacara pelantikannya cukup menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia. Tidak hanya karena statusnya sebagai Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat, tetapi juga karena makna-makna simbolis yang terkandung dalam setiap elemen prosesi. Dari pemilihan nama hingga penyampaian homili perdana, semua mengandung pesan kuat tentang misi dan semangat kepemimpinan yang akan ia bawa selama masa pontifikatnya.
Berikut Fimela rangkum lima fakta unik—dilansir dari berbagai sumber termasuk people.com—dari pelantikan Paus Leo XIV yang—tidak hanya menarik secara historis—tetapi juga menggambarkan wajah baru Gereja Katolik di era modern.
1. Paus Pertama dari Amerika Serikat dengan Latar Belakang Multikultural
Paus Leo XIV lahir dengan nama Robert Francis Prevost di Chicago, Illinois, pada 14 September 1955. Yang menarik, ia juga memiliki kewarganegaraan Peru karena pernah lama menetap dan melayani di negara tersebut sebagai misionaris dan uskup. Latar belakang multikultural ini menjadi sorotan karena mencerminkan keterbukaan dan keberagaman dalam kepemimpinan Gereja Katolik saat ini.
2. Pelantikan Berlangsung dalam Misa Ekaristi, Bukan Penobatan
Berbeda dengan pelantikan Paus di masa lampau yang menggunakan tiara dan penobatan megah, Paus Leo XIV menjalani upacara pelantikan dalam bentuk Misa Ekaristi terbuka di Lapangan Santo Petrus. Ini mencerminkan semangat baru Gereja yang lebih bersahaja dan dekat dengan umat.
Dalam momen tersebut, ia menerima pallium, yakni sehelai kain wol yang melambangkan otoritas gembala, dan Cincin Nelayan, simbol penerus Santo Petrus. Dua simbol ini mengingatkan bahwa jabatan Paus bukan soal kekuasaan, melainkan soal pelayanan kepada umat di seluruh dunia.
3. Seruan untuk Persatuan dan Kepemimpinan yang Melayani
Dalam homili perdananya sebagai Paus, Leo XIV menyampaikan pesan yang kuat, yakni Gereja Katolik harus menjadi rumah bagi semua—terutama mereka yang tersisih. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak akan memimpin sebagai seorang “raja”, melainkan sebagai pelayan.
Tak hanya itu, Ia juga menyerukan persatuan, baik di dalam Gereja maupun dalam masyarakat luas yang saat ini terpecah oleh berbagai isu sosial, politik, dan ekonomi. Nada bicara dan pilihan katanya menggambarkan kerendahan hati dan niat untuk merangkul semua pihak, termasuk mereka yang selama ini merasa jauh dari Gereja.
4. Dihadiri oleh Pemimpin Dunia dan Tokoh Internasional
Upacara pelantikan ini dihadiri oleh lebih dari 200.000 orang, termasuk berbagai tokoh penting dunia. Wakil Presiden Amerika Serikat—JD Vance, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, serta perwakilan dari Kanada, Australia, Spanyol, dan negara-negara lain turut hadir menyaksikan langsung momen sakral ini. Kehadiran para pemimpin dunia ini menunjukkan bagaimana Vatikan tetap memiliki pengaruh besar dalam diplomasi internasional.
5. Memberkati Bayi di Tengah Kerumunan
Salah satu momen paling menyentuh dalam pelantikan Paus Leo XIV adalah ketika ia memberkati seorang bayi yang diangkat dari kerumunan oleh pengawal Vatikan. Dengan senyum hangat, Paus menggendong bayi tersebut dan memberinya berkat di tengah sorak sorai umat.
Tindakan sederhana ini memperlihatkan sisi humanis dari seorang pemimpin spiritual. Ia tidak sekadar hadir di atas altar, tetapi juga menyapa dan menyentuh kehidupan nyata umatnya—sebuah gestur yang sangat mengingatkan pada gaya kepemimpinan Paus Fransiskus yang dikenal penuh kasih dan dekat dengan masyarakat.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.