SUKABUMI — Perkembangan teknologi dan arus digitalisasi yang begitu cepat mendorong dunia pendidikan untuk terus beradaptasi. Namun, di tengah derasnya gelombang perubahan tersebut, Wali Kota Sukabumi, Ayep Zaki, mengingatkan pentingnya menjaga akar budaya lokal sebagai fondasi dalam memimpin dan mengelola pendidikan.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota dalam sambutannya saat membuka Lokakarya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang diselenggarakan di Gedung PGRI Kota Sukabumi pada Sabtu (21/6/2025). Kegiatan ini mengangkat tema “Strategi Implementasi Permendikdasmen No. 8 Tahun 2025 untuk Efektivitas Program Sekolah,” dan dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai unsur pendidikan, seperti kepala sekolah, pengawas, ketua lembaga pendidikan, serta jajaran pengurus PGRI Kota Sukabumi.
Dalam pidatonya, Ayep Zaki menyampaikan bahwa kepala sekolah saat ini harus bertransformasi menjadi instructional leader atau pemimpin pembelajaran yang adaptif terhadap era digital, namun tetap berpijak kuat pada nilai-nilai kearifan lokal. Menurutnya, perubahan zaman telah membawa berbagai tantangan baru yang tidak bisa dihindari, tetapi harus direspons secara bijak dan berimbang.
“Kita hidup di zaman digital yang sangat dinamis. Kepala sekolah harus paham teknologi, mampu mengelola data dan mendigitalisasi proses pembelajaran. Tapi, jangan sampai tercerabut dari akar budaya kita sendiri. Sebagai warga Sukabumi, kita punya warisan nilai-nilai kasundaan seperti silih asah, silih asih, silih asuh yang harus tetap dijaga dan dijadikan landasan dalam kepemimpinan sekolah,” tegasnya.
Wali Kota menekankan bahwa implementasi Permendikdasmen No. 8 Tahun 2025 tentang efektivitas program sekolah tidak hanya sebatas pada aspek administratif dan teknis, melainkan juga harus mencakup pendekatan nilai, karakter, dan budaya. Ia mendorong agar kebijakan tersebut diinternalisasi secara mendalam melalui gaya kepemimpinan yang berjiwa lokal, namun memiliki wawasan global.
Mengutip filosofi Sunda, ia menyampaikan pentingnya prinsip ngigelan zaman sabari henteu ngaleungitkeun tatapakan, yang berarti mengikuti kemajuan zaman tanpa melupakan akar dan identitas budaya.
“Inilah tantangan sekaligus tanggung jawab kita bersama. Kita ingin sekolah di Kota Sukabumi tidak hanya maju secara teknologi, tapi juga mampu menumbuhkan karakter dan jati diri siswa yang kuat, santun, dan mencintai budayanya,” ujarnya.
Ayep Zaki juga mengapresiasi PGRI Kota Sukabumi atas inisiatif menyelenggarakan lokakarya ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini sangat penting sebagai ruang diskusi strategis untuk memperkuat kapasitas kepala sekolah, berbagi praktik baik, serta menyelaraskan visi dan misi pendidikan dengan tantangan zaman.
Ia berharap lokakarya ini tidak berhenti pada forum diskusi semata, tetapi mampu menghasilkan rekomendasi-rekomendasi konkret dan aplikatif yang dapat mendongkrak kualitas kepemimpinan pendidikan di wilayahnya.
“Saya ingin kepala sekolah di Sukabumi menjadi sosok yang inovatif, punya integritas tinggi, dan mampu menjembatani nilai-nilai modernitas dengan akar budaya lokal. Sekolah masa depan harus menjadi ruang yang membekali anak-anak dengan keterampilan digital, sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi jati diri mereka,” ujar Ayep Zaki penuh harap.
Meurutnya, lokakarya ini juga menjadi momentum refleksi sejauh mana kepemimpinan kepala sekolah telah berkembang dan sejauh mana nilai-nilai budaya telah diintegrasikan dalam proses pendidikan. (wdy)