Kalau ada CREW 8 jangan keburu menilai itu bagian dari program NASA-nya Amerika Serikat. CREW Beras. Indonesia punya CREW 8-nya sendiri. Cita-citanya juga tidak kalah tinggi: menjadi pendukung utama swasembada pangannya Presiden Prabowo Subianto. Lebih lagi ketika target itu dimajukan dari tahun 2029 ke 2027.
Menurut keterangan CREW 8 Indonesia, dukungan itu segera dideklarasikan: bulan ini juga.
Yang menarik adalah siapa saja partner CREW 8 di bidang itu: Wilmar Padi, pabrik pupuk hayati Biotek, dan organisasi swadaya masyarakat Seknas Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
Anda sudah tahu Wilmar. Grup usaha raksasa di bidang kelapa sawit dan minyak goreng. Sejak tahun 2018 Wilmar membentuk anak perusahaan: Wilmar Padi. Sejak itu Wilmar masuk ke usaha tani padi.
Yang dilakukan Wilmar Padi adalah menyerap gabah hasil petani. Operasi pertamanya di Mojokerto Jatim. Belum terlalu kelihatan di lapangan. Mungkin maih harus belajar memahami ekosistemnya.
Misalnya saat panen tiba. Wilmar harus hati-hati. Wilmar harus menunggu dulu penetapan patokan harga beli dari pemerintah.
Kadang ketika harga patokan keluar kenyataan di lapangan sudah lebih tinggi. Wilmar ragu apakah ikut harga pasar atau harga yang ditetapkan pemerintah.
Di lapangan, tahun-tahun terakhir pedagang gabah juga aktif melakukan pembelian langsung ke petani. Mereka adalah ”pedagang mandiri”. Pedagang kelas menengah. Pakai uang mereka sendiri. Mereka bisnis beras dengan cara membeli gabah.
TP Rachmat juga terjun ke bisnis beras. Pengusaha terkemuka ini bisnis beras lewat bendera PT Belitang Panen Raya (BPR). Itu bagian dari PT Sumber Energi Pangan (SEP) di bawah naungan Triputra Group.
Dalam kerja sama itu kelihatannya Wilmar Padi akan bertindak mirip Bulog-nya swasta. Di saat panen Wilmar membeli gabah, digiling di pabriknya jadi beras. Itulah beras merk Sania.
Sukarto Bujung juga terjun ke beras. Awalnya ia pedagang beras di Palembang. Lalu mendirikan PT Buyung Poetra Sembada Tbk, bergerak di beras premium. Kode emitennya HOKI. Merk berasnya Topi Koki.
Demikian juga Joko Mogoginta. Perusahaannya, PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) juga terjun ke sawah.
Saya tidak terlalu tahu partner CREW 8 yang akan menangani pupuk: Biotek. Di zaman ini terlalu banyak produk pupuk hayati di pasaran. Ibaratnya semua orang bisa bikin pupuk hayati.
Semua merek mengaku yang terbaik. Saya sudah mencoba banyak jenis pupuk hayati namun hasilnya, rasanya, kurang lebih sama.
“Semua merek itu pada dasarnya punya komposisi yang sama. Sudah standar,” ujar sahabat Disway yang juga memproduksi pupuk hayati.
Komposisi pupuk hayati adalah bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut phosphate dan bakteri pengurai. “Paling ditambah hormon-hormon tumbuh dan enzim tertentu,” katanya.
Saya saya tahu Biotek punya pabrik di Solo. Juga di Bogor. Tapi saya belum pernah berkunjung ke sana.
Partner CREW 8 satunya saya juga kenal baik dengan ”pemiliknya”: Dr Ir Sugeng Edi Waluyo lah yang mendirikan Sekretariat Nasional Badan Usaha Milik Petani (Seknas BUMP).
Dr Edi memang gigih memperjuangkan nasib petani. Ia ingin agar petani mau membuat badan usaha. Lalu mengelola pertaniannya secara bisnis.
Saya hubungi Dr Edi hari Minggu kemarin. Sore hari. Ia masih dalam perjalanan dari Samarinda ke Balikpapan. Ia baru saja tiba dari pedalaman Kaltim. Dari Barong Tongkok. Ia mendirikan dua BUMP di sana.
Barong Tongkok, Kutai Barat, sepotong wilayah di Kaltim yang cocok untuk pertanian. Pertanian sayur mayurnya kini bisa memenuhi kebutuhan Samarinda dan Balikpapan –yang dulu didatangkan dari Jawa atau Sulawesi.
Halaman: 1 2