SUKABUMI — Aksi unjuk rasa dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Sukabumi (ABSI) di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sukabumi, berujung ricuh, Senin (24/3).
Berdasarkan pantauan Radar Sukabumi, aksi dimulai sekitar pukul 15.00 WIB. Massa yang berjumlah ratusan mahasiswa turun ke jalan menyuarakan tuntutan terhadap kebijakan pemerintah yang mereka nilai tidak berpihak kepada rakyat, khususnya terkait isu TNI, demokrasi, dan transparansi pemerintahan.
Dalam aksinya, mahasiswa berupaya merangsek masuk ke dalam halaman Gedung DPRD. Namun, mereka dihadang pengamanan ketat dari aparat kepolisian. Situasi semakin panas ketika massa aksi membobol dan merusak gerbang Gedung DPRD.
Sekitar pukul 16.37 WIB, polisi terpaksa menyemprotkan water cannon untuk membubarkan demonstran, tetapi mereka tetap bertahan. Puncak kericuhan terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, saat massa mulai melemparkan air kemasan dan cat ke arah aparat kepolisian. Bentrokan pun tak terhindarkan.
Ketua DPRD Kota Sukabumi, Wawan Juanda menyayangkan terjadinya kericuhan di penghujung aksi. Ia menyebut bahwa dirinya sudah menunggu mahasiswa sejak pukul 12.00 WIB untuk berdialog, sesuai dengan surat pemberitahuan yang menyatakan aksi dimulai pukul 13.00 WIB.
“Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Saya yakin mahasiswa yang hadir adalah mahasiswa sejati yang tulus menyampaikan aspirasi. Namun, saya menduga ada penyusup atau pihak yang menunggangi aksi ini sehingga terjadi kericuhan,” ungkap Wawan kepada Radar Sukabumi, Senin (24/3).
Sepengetahuannya, lanjut Wawan, dalam insiden ini kepolisian mengamankan 10 orang demonstran. Awalnya, hanya empat orang yang diamankan, namun jumlah tersebut bertambah menjadi 10 orang.
“Kami serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk menangani dugaan pelanggaran yang terjadi. Itu bukan wewenang kami di DPRD, melainkan tugas aparat penegak hukum. Adapun, sepengetahun saya ada 10 orang yang diamankan dan ada juga yang mendapatkan perawatan di rumah sakit,” terangnya.
Menurutnya, DPRD Kota Sukabumi selalu terbuka bagi mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi. “Ini rumah rakyat. Jika ingin audiensi, kami dengan senang hati menerima. Bahkan, saya sudah menawarkan pertemuan besok pukul 8.00 pagi,” tambahnya.
Ia juga mengapresiasi mahasiswa yang peduli terhadap kondisi bangsa, terutama terkait kebijakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat. Namun, ia menegaskan bahwa penyampaian pendapat harus tetap mengikuti prosedur yang berlaku.
“Saya lihat pengamanan dari kepolisian juga telah melakukan pengamanan dengan prosedur. Beberapa korban yang mengalami luka langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” tandasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Radar Sukabumi belum mendapatkan keterangan resmi dari pihak kepolisian. (Bam)