Foto Pimpinan

16 hours ago 3

TIDAK hanya Anda yang gundah gulana. Foto Pimpinan Juga Quraisy Mathar. Quraisy-lah yang menaikkan pamor perpustakaan itu ke level A. Yang pertama di luar Jawa yang mampu meraih akreditasi A.

Pamor itu kini luluh lantak. Perpustakaan Syekh Yusuf milik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin di Makassar itu kini jadi bulan-bulanan. Jadi berita besar. Jadi berita nasional: jadi percetakan uang palsu.

Kepala perpustakaannya, Andi Ibrahim, kini jadi tersangka bersama 16 orang lainnya.

Saya hubungi Quraisy kemarin. Saya ingin tahu perasaannya. Juga ingin tahu: di mana mesin cetak uang palsu itu ditempatkan.

Ternyata jeli juga Ibrahim menempatkan mesin cetak dua warna itu. Di lantai satu.

Anda sudah tahu: perpustakaan Syekh Yusuf itu empat lantai. Tanpa lift.

Khusus lantai satu tidak ada rak-rak pajangan buku. Lantai satu ini untuk kepala perpustakaan, lembaga bahasa dan ruang identifikasi buku.

Misalkan Anda masuk dari halaman depannya. Begitu membuka pintu terdapat ruangan besar sekali. Ruang kosong. Seperti lapangan. Tidak ada meja. Tidak ada kursi. Bukan lobi. Bukan pula receptionist. Bukan ruang tunggu.

Di pertengahan ruangan itu ada koridor ke kanan dan koridor ke kiri. Ujung koridor kanan adalah pintu menuju fakultas tarbiyah.

Sebelum ujung itu ada toilet. Pun ujung koridor kiri. Ujung koridor adalah pintu menuju kantin. Sebelum pintu juga ada toilet.

Kalau Anda berjalan di koridor itu, Anda akan melewati pintu-pintu ruangan. Di koridor kanan ada ruang kepala perpustakaan, kepala lembaga bahasa, dan ruang identifikasi buku-buku baru.

Di kanan-kiri koridor kiri ada ruang staf lembaga bahasa, lab bahasa, dan ruang CCTV.

Lalu di mana mesin cetak diletakkan?

Ujung koridor kiri!

Koridor itu disekat dengan dinding. Pintu ke kantin di ujung koridor terhalang dinding penyekat.

Koridor ini lebarnya sekitar dua meter. Pas untuk lebarnya mesin yang memang tergolong mesin kecil untuk sebuah mesin cetak.

Dinding penutup koridor itu letaknya di antara dua toilet. Dengan demikian karyawan yang di lantai 1 masih bisa ke salah satu toilet kiri.

Toilet satunya lagi berada di balik dinding penutup koridor. Maka ruang mesin di balik dinding di koridor itu mendapat tambahan ruang toilet.

Keberadaan toilet di di dekat mesin itu penting: limbah-limbah cucian rol yang bercampur tinta bisa dibuang ke toilet. Dengan demikian tidak terlihat ada limbah tinta yang mengalir ke parit.

Untuk masuk ke ruang mesin itu hanya ada satu pintu. Yakni pintu yang menuju kantin. Dulunya karyawan bisa ke kantin lewat pintu koridor kiri. Setelah ujung koridor kiri ditutup dinding pintu tembus itu tidak terlihat. Juga selalu terkunci.

Bagaimana bisa begitu banyak orang bekerja mencetak uang palsu di ruang seluas koridor?

Dari kesaksian staf di situ mereka juga menggunakan ruang kepala perpustakaan. Yakni untuk rapat-rapat. Di ruang kepala perpustakaan itu ada jejeran sofa yang bisa untuk duduk-duduk delapan orang.

Dari cara menempatkan mesin cetak di situ (bukan di lantai tiga seperti disebut Disway, 27 Desember 2024: Uang Suara), perhitungannya cukup matang. Terutama dalam hal menyembunyikan limbah cairan tinta.

Meski sejak 2016 tidak lagi menjabat kepala perpustakaan, Quraisy masih sering ke gedung Syekh Yusuf. Hampir tiap Selasa. Untuk salat duhur. Quraisy memang masih mengajar di UIN tiap Selasa.

Dalam beberapa Selasa ada yang ia rasakan berubah: tidak bisa lagi melihat kantin dari koridor kiri. Sudah tertutup dinding. Tapi tidak menyangka ada mesin cetak di balik dinding penutup itu.

Foto Pimpinan

Barang bukti pembuatan uang palsu di UIN Alauddin, Makassar.-Istimewa-

Dua Selasa terakhir Quraisy masih salat di perpustakaan itu. Di lantai satu. Di ruang sempit calon ruang mesin lift.

Di Selasa pertama ia baru dengar ada kasus pencetakan uang palsu. Tapi sifatnya masih desas-desus. Setelah salat ia bertanya ke banyak staf di situ. Semua menjawab tidak tahu –meski ia yakin mereka hanya pura-pura tidak tahu.

Selasa kedua kemarin semuanya sudah jelas. Pimpinan mereka, Andi Ibrahim, sudah ditahan. Quraisy tidak perlu bertanya lagi. Justru ia menasihati mereka: jalani saja kehidupan di dunia ini.

Quraisy lalu menengok ke dinding deretan foto para kepala perpustakaan dari masa ke masa. Ada foto dirinya. Lalu ada foto wanita penggantinya. Quraisy pun berpikir akankah dipajang foto Andi Ibrahim di sebelah wanita itu.

Syekh Yusuf punya koleksi sekitar 40.000 buku. Sepertiganya buku-buku agama.

Salah satu buku yang “laris” di sana justru buku kedokteran. Judulnya ”Sobotta”. Anda sudah tahu Sobotta: Johannes Sobotta. Orang Jerman. Ahli anatomi legendaris. Meninggal tahun 1945.

Nama Sobotta abadi. Ia penyusun buku Atlas Anatomi Tubuh Manusia. Judul panjangnya: Altas Anatomi Tubuh Manusia Sobotta. Sudah jadi buku babon bagi mahasiswa kedokteran.

Saking larisnya pernah ada yang hilang. Ada juga yang halaman-halaman tertentunya lenyap.

Setelah tinggal lima buku akhirnya Sabotta tidak dipajang di rak lagi. Tetap ada di katalog tapi untuk membacanya pakai prosedur khusus.

Quraisy adalah sarjana perpustakaan pertama yang dimiliki UIN Alauddin. Sarjana pustakanya diraih di Unhas. Lalu S-2 nya di UI. Doktornya di UIN Alauddin.

Quraisy juga pernah jadi ketua jurusan perpustakaan di UIN. Awalnya satu angkatan hanya delapan mahasiswa.

Saat ia mengakhiri jabatan itu mahasiswanya lebih 200 orang. Quraisy pula yang mengusulkan UIN membuka S-2 perpustakaan.

Di perpustakaan itu Quraisy juga bikin revolusi: bakar tumpukan skripsi. Ganti dengan digital. Sejak itu ranking blibiometrik Syekh Yusuf naik dari ranking 200 ke 50.

Kini jangankan ranking. Nama perpustakaan UIN Alauddin masuk comberan.

Kalau toh foto Andi Ibrahim kelak akan dipajang di deretan pimpinan dari masa ke masa sebaiknya disandingkan sekalian dengan foto mesin cetak uang palsunya.(Dahlan Iskan)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |