Menjalani Ramadan di Negeri Ginseng Kisah Inspiratif Amwalluddin Berpuasa di Korea Selatan

3 weeks ago 18

Muhammad Amwalluddin, mahasiswa Teknik Mesin semester 7 Universitas Nusa Putra, berbagi kisah menariknya dalam menjalani ibadah puasa di Korea Selatan. Mahasiswa asal Cibadak, Kabupaten Sukabumi, ia berkesempatan merasakan atmosfer Ramadan di negeri ginseng berkat program Dual Degree yang ia jalani di University of Gyeongnam Namhae.

Program ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Gyeongnam Namhae dengan pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi, serta dua perguruan tinggi di Sukabumi, yaitu Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) dan Universitas Nusa Putra. Melalui program ini, Amwalluddin mulai menempuh pendidikannya di Korea sejak Februari 2024, menjadikan Ramadan tahun ini sebagai pengalaman keduanya berpuasa di negara dengan mayoritas non-Muslim tersebut.

Widi Fitria — Sukabumi

Menjalani puasa di lingkungan yang berbeda tentu memiliki tantangan tersendiri. Amwalluddin menyadari bahwa ia harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar mampu menjalani ibadah dengan lancar di tengah komunitas minoritas Muslim. Salah satu langkah yang ia lakukan adalah memastikan persediaan makanan untuk satu bulan penuh guna menghindari kesulitan bolak-balik ke supermarket yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Salah satu kekhawatiran terbesar yang sempat ia rasakan adalah aturan asrama yang hanya membuka pintu pada pukul 06.00 pagi. Padahal, sahur harus dilakukan lebih awal. Namun, berkat koordinasi yang baik dengan pihak asrama, ia dan teman-temannya diberikan izin untuk keluar pada pukul 04.00 serta diberi akses ke dapur untuk memasak makanan sahur. Hal ini menjadi kemudahan tersendiri yang sangat ia syukuri.

Meskipun demikian, tak selamanya perjalanan puasa berjalan mulus. Ia pernah mengalami kejadian di mana petugas asrama lupa membuka pintu, sehingga ia dan teman-temannya hanya bisa makan cemilan sebagai pengganti sahur. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam menjalani ibadah puasa.

Berbeda dengan Indonesia yang identik dengan tradisi berburu takjil dan ngabuburit, suasana Ramadan di Korea Selatan jauh lebih sederhana. Terlebih lagi, ia tinggal di daerah pesisir pantai yang tidak banyak menawarkan kegiatan khas Ramadan seperti di tanah air. Namun, di balik perbedaan tersebut, masyarakat Korea menunjukkan sikap yang sangat terbuka dan tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang ibadah puasa. Sikap ramah dan toleransi mereka menjadi hal yang sangat berharga bagi Amwalluddin selama menjalani Ramadan di negeri orang.

Menjalani puasa jauh dari keluarga tentu bukan perkara mudah. Namun, berkat dukungan dari orang-orang terdekat, semangatnya tetap terjaga. Komunikasi dengan keluarga serta dorongan dari sahabat-sahabatnya menjadi sumber kekuatan bagi Amwalluddin dalam menjalani ibadah puasa di perantauan.

Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan Amwalluddin tentang perbedaan budaya, tetapi juga menguatkan mental dan spiritualnya. Ia pun berharap bahwa pengalamannya ini bisa menginspirasi mahasiswa lain yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri, khususnya bagi mereka yang akan menghadapi bulan Ramadan di negara dengan mayoritas non-Muslim.(*)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |