SUKABUMI – Auditorium Nusa Putra University (NPU) dipenuhi semangat belajar dan diskusi aktif pada Selasa, (29/4/2025), dalam gelaran Workshop PGSD 2025 yang mengangkat tema “Pendampingan Penulisan Instrumen Asesmen Diagnostik Berbasis Pendekatan Deep Learning (Meaningful, Mindful, dan Joyful) pada Anak Usia Sekolah Dasar”.
Kegiatan ini sukses menyedot perhatian lebih dari 150 peserta dari dalam dan luar negeri yang terdiri dari mahasiswa, dosen, praktisi pendidikan, hingga pemerhati teknologi pembelajaran.
Diselenggarakan secara luring oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Nusa Putra University melalui unit internasionalisasi Nusa Putra Global (NUTRAL), workshop ini menjadi panggung penting bagi pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru dalam memahami dan menyusun asesmen diagnostik dengan pendekatan yang lebih dalam dan berdampak, yakni Deep Learning.
Ketua Program Studi PGSD, Utomo, dalam sambutannya menekankan pentingnya workshop ini sebagai bentuk respons konkret terhadap perubahan paradigma pembelajaran di era digital. Menurutnya, metode pembelajaran tradisional perlu mulai ditinggalkan secara bertahap dan digantikan oleh pendekatan yang lebih adaptif, reflektif, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
“Workshop ini adalah langkah awal untuk mengenalkan konsep Deep Learning kepada para calon guru. Ke depan, kami berencana untuk mengintegrasikan pendekatan ini ke dalam struktur kurikulum PGSD, baik sebagai mata kuliah tersendiri maupun bagian dari mata kuliah yang sudah ada, tentu dengan koordinasi dari berbagai pihak,” ujar Utomo.
Konsep Deep Learning yang menjadi fokus utama workshop ini bukan sekadar tren teknologi, melainkan pendekatan pembelajaran yang mengedepankan pemahaman mendalam, keterlibatan emosional, dan pengalaman bermakna. Deep Learning dalam konteks pendidikan dasar, seperti dijelaskan dalam workshop, mencakup tiga elemen penting: meaningful (bermakna), mindful (penuh kesadaran), dan joyful (menyenangkan).
Materi disampaikan oleh pakar psikologi pendidikan dan praktisi asesmen diagnostik, Yusup Buhori Maulana, Psikolog yang mengupas tuntas bagaimana pendekatan ini bisa diimplementasikan dalam proses belajar-mengajar di jenjang sekolah dasar. Ia juga mendampingi para peserta dalam menyusun instrumen asesmen dan memfasilitasi sesi praktik lapangan.
“Nilai praktik peserta sudah bisa dikatakan mencapai 80 hingga 90. Ini capaian yang sangat baik untuk tahap awal. Saya optimistis, bila pelatihan ini dilanjutkan dan diperluas, kualitas asesmen yang disusun mahasiswa bisa jauh lebih kuat dan aplikatif,” ungkap Yusup, seraya berharap agar durasi workshop di masa depan dapat diperpanjang untuk pendalaman sesi praktik.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan transfer ilmu, tetapi juga membangun semangat kolaboratif dan eksploratif di kalangan mahasiswa. Salah satu peserta workshop, Siti Windayani, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan mengikuti kegiatan ini. Ia mengaku mendapatkan perspektif baru dalam melihat proses belajar mengajar, terutama dalam konteks menghadirkan pembelajaran yang lebih manusiawi dan menyentuh emosi anak.
“Saya jadi tahu bahwa Deep Learning itu terdiri dari tiga unsur utama—meaningful, mindful, dan joyful. Di dalam pendekatan ini, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga merancang pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan anak, dilakukan dengan kesadaran penuh, dan tetap menyenangkan,” ujar Siti antusias.
Ia menambahkan bahwa pendekatan ini sangat cocok diterapkan di jenjang pendidikan dasar, karena mampu menjawab tantangan era digital yang menuntut kreativitas, empati, dan fleksibilitas dari seorang pendidik.
Keberhasilan Workshop PGSD 2025 menjadi penanda awal dari upaya serius PGSD Nusa Putra University dalam merancang kurikulum berbasis Deep Learning. Dengan bekal pemahaman yang diperoleh dari workshop ini, mahasiswa calon guru diharapkan tidak hanya kompeten dalam merancang asesmen, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan dalam praktik pendidikan yang lebih inklusif dan transformatif.
Workshop ini juga menjadi bagian dari strategi internasionalisasi kampus yang terus mendorong kolaborasi lintas negara dalam dunia pendidikan. Hadirnya peserta dari luar negeri membuktikan bahwa konsep pendidikan yang bermakna dan menyenangkan telah menjadi isu global yang relevan dan mendesak untuk diimplementasikan.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi inspirasi bagi kampus lain, bahwa transformasi pendidikan tidak hanya bicara teknologi, tapi juga tentang cara berpikir dan pendekatan yang tepat terhadap anak,” pungkas Utomo dalam penutupan acara.(wdy)