Merekatkan Tiga Pilar: Urgensi Kolaborasi Triple Helix Bagi Masa Depan Pendidikan dan Industri Indonesia

7 hours ago 5

Oleh: Yulianti
Dosen Institut CBI

Di tengah perubahan global yang berlangsung sangat cepat, Indonesia membutuhkan ekosistem inovasi yang kuat dan berkelanjutan. Tantangannya tidak kecil: transformasi digital, revolusi industri 4.0, disrupsi tenaga kerja, dan perubahan ekonomi global menuntut sistem pendidikan tinggi untuk menyiapkan sumber daya manusia yang tidak hanya kompeten, tetapi juga adaptif, kreatif, dan siap menghadapi masa depan. Dalam konteks inilah konsep Triple Helix—kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah—menjadi kian penting dan strategis.

Triple Helix bukan sekadar jargon pembangunan. Ia adalah kerangka kerja yang menempatkan tiga aktor utama pada posisi saling melengkapi. Kampus menyediakan pengetahuan dan riset, industri memberi kebutuhan nyata dan inovasi pasar, sementara pemerintah memastikan regulasi, pendanaan, dan arah kebijakan berjalan selaras. Ketika ketiganya bekerja dalam harmoni, lahirlah inovasi dan ekosistem ekonomi yang berdaya saing. Namun di Indonesia, perjalanan menuju sinergi Triple Helix masih panjang dan penuh tantangan.

KAMPUS: PUSAT INOVASI YANG BELUM OPTIMAL MENYENTUH INDUSTRI

Perguruan tinggi memiliki potensi besar sebagai motor inovasi. Namun kenyataannya, banyak riset kampus masih berhenti pada publikasi jurnal, bukan pada penerapan nyata. Riset lebih sering diarahkan untuk memenuhi tuntutan akademik, bukan kebutuhan industri. Ketika hasil penelitian tidak terhubung dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), dampaknya adalah research gap: riset ada, tetapi tidak digunakan; masalah industri ada, tetapi tidak ditangani.

Selain itu, kurikulum pendidikan sering belum mencerminkan kebutuhan industri terbaru, baik dari sisi keterampilan teknis maupun soft skills. Tanpa jembatan yang kuat, kampus dan industri berjalan di jalur masing-masing, bukan dalam satu irama.

Industri berada pada garis depan perubahan teknologi. Namun sering kali perusahaan kesulitan menemukan talenta dengan kompetensi yang sesuai, terutama dalam bidang digital, kecerdasan buatan, sains data, robotika, energi baru, dan manufaktur cerdas. Mereka membutuhkan lulusan yang siap kerja dan siap belajar ulang (reskilling dan upskilling) secara cepat.
Ironisnya, keterlibatan industri dalam penyusunan kurikulum, kegiatan magang, apprenticeship, hingga proyek riset bersama masih terbatas. Banyak perusahaan memandang kerja sama dengan kampus sebagai beban administratif, bukan investasi strategis. Padahal tanpa keterlibatan aktif industri, kampus sulit menyusun kurikulum yang relevan, dan mahasiswa kehilangan pengalaman nyata dunia kerja.

PEMERINTAH: PENENTU ARAH, REGULATOR, DAN PENYEDIA INSENTIF

Pemerintah memiliki peran krusial dalam memastikan ekosistem Triple Helix berjalan. Regulasi harus mampu mendorong kolaborasi, bukan mempersulit. Kebijakan pendidikan, industri, riset, dan ekonomi harus saling terhubung. Namun selama ini koordinasi antarinstansi kerap tidak sinkron, sehingga program kampus dan industri berjalan sendiri-sendiri.
Insentif riset juga perlu diarahkan pada proyek-proyek terapan yang berdampak langsung pada pembangunan dan kebutuhan nasional. Pemerintah perlu memperkuat link and match melalui kebijakan magang bersertifikat, pusat unggulan riset (CoE), kawasan industri pendidikan, hingga skema pendanaan inovasi yang melibatkan kampus dan industri sebagai mitra sejajar.

MENGAPA TRIPLE HELIX SANGAT PENTING SAAT INI?

1. Menutup Kesenjangan Kompetensi Lulusan; Kolaborasi membuat kampus memahami kebutuhan industri, sehingga kurikulum lebih relevan, magang bermakna, dan lulusan lebih siap kerja.

2. Memperkuat Ekosistem Inovasi Nasional; Sinergi tiga pilar mempercepat hilirisasi riset dan memaksimalkan nilai ekonomi dari inovasi lokal.

3. Mendukung Transformasi Ekonomi dan Daya Saing Bangsa; Negara-negara maju membuktikan bahwa inovasi tumbuh dari kolaborasi—bukan dari kerja terpisah.

4. Menciptakan Sumber Daya Manusia Unggul dan Adaptif Talenta masa depan membutuhkan pembelajaran lintas batas antara akademik, teknologi, dan dunia profesional.

TANTANGAN NYATA YANG MENGHAMBAT KOLABORASI

Meski potensinya besar, terdapat berbagai hambatan; Budaya kerja berbeda: kampus berorientasi pengetahuan, industri berorientasi keuntungan, pemerintah berorientasi regulasi. Kurangnya kepercayaa: industri ragu efektivitas riset kampus; kampus ragu komitmen industri; pemerintah ragu kelayakan proyek. Birokrasi Panjang yang membuat kerja sama lambat dan tidak fleksibel. Minimnya pendanaan riset bersama dan insentif fiskal untuk industri. Kurangnya pusat koordinasi yang menjembatani kebutuhan ketiganya. Jika tantangan ini tidak diatasi, Triple Helix hanya menjadi konsep di atas kertas.

JALAN KE DEPAN: MEMBANGUN SINERGI YANG BERKELANJUTAN

Untuk membuat Triple Helix lebih dari sekadar slogan, beberapa langkah penting perlu diambil: 1. Membentuk Ekosistem Riset dan Inovasi yang Terintegrasi. Kampus dan industri perlu terhubung melalui pusat riset terapan bersama, kurikulum bersama, hingga industrial teaching factory. 2. Memperkuat Program Magang dan Pembelajaran Berbasis Industri. Mahasiswa harus merasakan dunia kerja nyata, bukan sekadar “mengamati”. 3. Mengembangkan Kawasan Inovasi dan Science Techno Park, kawasan ini dapat menjadi tempat bertemunya akademisi, peneliti, industri, dan pemerintah. 4. Mendorong Pemerintah Memberi Insentif Kolaborasi. Insentif fiskal, regulasi fleksibel, serta pendanaan inovasi akan menguatkan kolaborasi. 5. Menumbuhkan Budaya Kolaboratif. Ketiga pihak harus melihat diri sebagai mitra, bukan pelengkap. Komunikasi terbuka, kepercayaan, dan visi bersama menjadi kunci.

TIGA PILAR, SATU TUJUAN

Kolaborasi Triple Helix adalah fondasi bagi masa depan Indonesia yang lebih inovatif dan kompetitif. Ketika kampus, industri, dan pemerintah berjalan sendiri-sendiri, inovasi tidak berkembang dan dunia pendidikan tertinggal. Tetapi ketika ketiganya bersinergi, lahirlah kekuatan baru: SDM hebat, teknologi tepat guna, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Membangun kolaborasi Triple Helix bukan sekadar proyek—ia adalah strategi besar untuk membawa Indonesia menjadi bangsa berdaya saing global. Tiga pilar ini harus bergerak bersama, bukan hanya berdampingan. (*)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |