SUKABUMI – SMKN 1 Cibadak, Kabupaten Sukabumi, kembali menegaskan komitmennya sebagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang adaptif terhadap perkembangan dunia kerjasama antara SMK dan Dunia Usaha serta Dunia Industri (DUDI) di bidang pangan, yang digelar pada Selasa (14/10/2025) di Gedung A, Kantor Kemendikdasmen, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan itu, SMKN 1 Cibadak menandatangani kerja sama dengan PT Akasha Wira Internasional Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang food & beverage, serta Indokopi Makmur Sentosa, pelaku industri kopi, cokelat, dan cookies. Penandatanganan tersebut turut disaksikan oleh Deputi LAN RI, Deputi Bapanas, dan jajaran pimpinan Kemendikdasmen.
Kepala SMKN 1 Cibadak, Iwan, menjelaskan bahwa sinergi antara SMK dan dunia industri merupakan hubungan yang saling menguatkan.
“Kerja sama antara sekolah dan industri itu ibarat dua sisi mata uang. Dunia industri membutuhkan tenaga kerja terampil, sementara sekolah membutuhkan lingkungan nyata agar siswa dapat belajar secara kontekstual,” ujar Iwan.
Melalui kerja sama ini, SMKN 1 Cibadak menghadirkan konsep Teaching Factory dan Teaching Industry — model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar langsung di lingkungan industri nyata yang dihadirkan di dalam sekolah.
Sejak diterapkan pada tahun 2022, model ini sudah berjalan hampir tiga tahun dan terbukti memberikan hasil signifikan. Siswa tidak hanya belajar teori dan praktik di laboratorium, tetapi juga terlibat langsung dalam proses produksi dan manajemen industri.
“Pembelajaran kami bukan lagi simulasi. Proyek yang dikerjakan siswa merupakan produksi nyata dengan standar industri. Mereka belajar tentang target produksi, budaya kerja, dan pengoperasian mesin industri yang sebenarnya,” jelas Iwan.
Salah satu dampak positif dari model ini adalah berkurangnya beban ekonomi bagi orang tua. Dengan adanya industri di lingkungan sekolah, siswa tidak perlu lagi melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ke luar daerah.
“Dulu, orang tua harus mengeluarkan biaya transportasi, akomodasi, bahkan uang makan selama anaknya PKL di luar kota. Sekarang, siswa cukup datang ke sekolah seperti biasa karena industrinya sudah ada di dalam sekolah,” kata Iwan.
Menariknya, sekolah lain kini juga mengirimkan siswanya untuk PKL di SMKN 1 Cibadak, terutama yang memiliki kompetensi keahlian serupa. Hal ini menjadikan SMKN 1 Cibadak sebagai salah satu sekolah rujukan dalam implementasi pendidikan berbasis industri di Jawa Barat.
Dalam kerja sama dengan dua industri tersebut, siswa SMKN 1 Cibadak terlibat dalam berbagai tahap produksi. Untuk produk Mi Wonhae, misalnya, para siswa ikut dalam proses pengemasan produk, sedangkan untuk Woca Cokelat, mereka sudah mulai belajar proses pembuatan produk, meski tahap produksi utama masih dilakukan di pabrik pusat.
Dengan cara ini, siswa tidak hanya memahami teori manajemen produksi, tetapi juga mengenal siklus bisnis dari hulu ke hilir — mulai dari riset produk, produksi, pengemasan, hingga pemasaran.
Hasil penerapan pembelajaran berbasis industri ini terlihat jelas. Berdasarkan data internal sekolah, 60 persen lulusan SMKN 1 Cibadak telah bekerja di industri, 40 persen menjadi wirausahawan, sementara sebagian lainnya melanjutkan pendidikan atau magang di luar negeri, seperti ke Jerman dan Jepang.
Menurut Iwan, keberhasilan ini menunjukkan bahwa lulusan SMK tidak hanya siap kerja, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha dan daya saing global.
“Kami tidak lagi mencetak lulusan yang siap dilatih, tapi lulusan yang siap bekerja dan siap berinovasi,” tegasnya.
Keberhasilan SMKN 1 Cibadak dalam menghadirkan model pendidikan industri membuat popularitas sekolah ini terus meningkat. Setiap tahun ajaran baru, sekolah ini selalu dipadati pendaftar hingga harus menolak ratusan calon siswa karena keterbatasan sarana dan prasarana.
“SMKN 1 Cibadak tidak pernah kekurangan peminat. Masyarakat tahu bahwa prestasi kami bukan hanya di atas kertas, tapi nyata—lahir dari proses dan hasil kerja industri di sekolah,” ujar Iwan dengan bangga.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikdasmen, Hafidz Muksin, yang hadir meninjau stan SMKN 1 Cibadak, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian sekolah tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi SMKN 1 Cibadak yang telah berhasil memproduksi berbagai varian makanan dengan standar industri. Produk mereka tidak hanya diterima di pasar nasional, tetapi juga mulai menembus pasar internasional,” ujarnya.
Hafidz menambahkan, keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa SMK bisa unggul jika kurikulumnya selaras dengan kebutuhan industri, guru-gurunya kompeten dan adaptif, serta terjalin kemitraan yang kuat antara sekolah dan dunia usaha.
“SMKN 1 Cibadak telah menjadi sekolah percontohan. Kami berharap model seperti ini dapat menginspirasi SMK lain di Indonesia untuk berinovasi dan bertransformasi menjadi sekolah berbasis industri yang menghasilkan SDM unggul dan berdaya saing global,” pungkasnya. (wdy)