Kooptasi sebagai Strategi Manajerial

3 days ago 16

Oleh: Rina Nurulya

(Dosen Luar Biasa AKPAR CBI Sukabumi)

Makna kooptasi memiliki dua persfektif, pertama, kerjasama dengan pihak lain atau SDM tertentu untuk menutupi berbagai kelemahan sehingga tujuan menjadi lebih mudah dicapai. Kedua, kooptasi merupakan strategi merangkul untuk berbaur agar pihak pihak yang opisisi ,pihak yang mengkritisi, pihak pihak yang vocal bisa diajak berdamai dengan cara dikasih porsi. Jadi pada pengertian yang kedua ini kooptasi lebih kepada tujuan menjaga stabilitas.

Ko-opsi, juga dikenal sebagai ko-optasi dan terkadang dieja koopsi atau kooptasi, adalah istilah dengan makna umum. Istilah ini dapat merujuk pada: Proses penambahan anggota ke dalam kelompok elit atas kebijakan anggota kelompok, biasanya untuk mengelola oposisi dan menjaga stabilitas kelompok.

Kooptasi untuk menutupi kelemahan atau kebutuhan sudah cukup dikenal dan berlaku umum.Namun kooptasi untuk menjaga stabilitas mengandung unikum tertentu. Tidak semua orang mampu melakukannya. Membutuhkan jiwa besar serta tingkat legowo yang tinggi. Artinya pihak yang diajak berkooptasi tidak terkait langsung dengan goals, namun ada tujuan tujuan tertentu yang bersifat khusus.

Kooptasi untuk menjaga stabilitas atau bahasa singkatnya kooptasi stabilitas sangat mencolok pada dunia politik. Presiden Jokowi yang notabene saingan politik Prabowo, namun Presiden Jokowi merangkul Prabowo hingga dikasih posisi sebagai menteri. Istilah tidak ada musuh abadi dalam dunia politik mendeskripsikan bahwa seseorang mampu merangkul termasuk terhadap musuh atau saingan politiknya.

Salah seorang pejabat politik di Kota Sukabumi walau sudah wafat masih dikenang dan dicirikan sebagai pimpinan kooptasi stabilitas. Beliau adalah Walikota bernama Muslich. Masyarakat menyebutnya sebagai walikota yang berkemampuan merangkul semua pihak dan berbaur dengannya, termasuk kemampuannya merangkul preman. Sosok Muslich membawakan kooptasi stabilitas tidak saja tercermin pada kebijakannya yang mengandung daya rangkul yang kuat,namun ciri itu lahir ke permukaan secara visible. Muslich sering berbaur makan bersama dengan berbagai LSM ,wartawan, dan pemuda makan bersama di pinggir jalan.

Banyak kasus menunjukkan stabilnya posisi perusahaan oleh sebab kemampuan kooptasi stabilitas. Lahan parkir perusahaan dan petugas sekuriti diberi kewenangan dikelola oleh preman masyarakat sekitar. Jadi pihak sekitar yang diasumsikan sebagai potensi gangguan tidak dilawan melalui kekuatan tetapi dikondisikan agar ikut membaur bersama.

Pada perusahaan keluarga maka kooptasi stabilitas juga cukup mencolok. Anak dan beberapa SDM yang terkait hubungan darah mendapat posisi pada perusahaan. Bahkan terkadang cenderung dipaksakan pengkondisian posisi jabatan walaupun terkadang jabatan itu kurang relevan dengan potensinya. Namun ada tujuan yang lebih penting dari sekedar asesmen skill dan kompetensi yaitu kooptasi stabilitas demi menghindari konflik antar hubungan saudara.Orang sebagai owner perusahaan tidaklah cukup tugasnya dengan hanya fokus ke manejerial formal tetapi harus pula berkemampuan menjaga stabilitas perusahaan dengan cara menerapkan kooptasi stabilitas di tubuh keluarga.

Entah disadari atau tidak bahwa sejak lama terbentuk dan menjadi kebiasaan kooptasi stabilitas di sebuah perusahaan besar di Indonesia. Pensiunan jenderal, mantan menteri, mantan gubernur diakomodir menjadi komisaris perusahaan. Jadi jangan heran bila mantan pejabat yang belum tentu berpengalaman dalam dunia usaha tiba tiba menjabat komisaris pada perusahaan tertentu. Fakta ini tidak bisa ditafsirkan sebagai kebutuhan manejerial dari sudut keilmuan manajemen secara de facto tetapi lebih ke pada kebutuhan akan hal hal bersifat khusus. Dari ranah manajemen bisa disebut sebagai tindakan management is art. Sebab berjalan suatu menejerial tidak bisa hanya mengandalkan management sebagai sciense saja tetapi membutuhkan seni seni tertentu sebagai gaya mengelola SDM.

Sudut pandang lain tentang kooptasi stabilitas lebih ke pada strategi yang merupakan bentuk manipulasi dan partisipasi . Kooptasi bertujuan untuk menyuap para pemimpin kelompok perlawanan dengan memberi mereka peran kunci dalam keputusan perubahan. Saran para pemimpin dicari, bukan untuk mencari keputusan yang lebih baik, tetapi untuk mendapatkan dukungan mereka ( Oreilly, 2025 )

Ada kandungan dramaturgis pada kooptasi stabilitas yang bertujuan untuk partisipasi dan manipulasi. Memposisikan kelompok perlawanan berpartisipasi pada posisi strategis. Namun dibalik itu bukan ide dan keputusannya yang dimanfaatkan tetapi lebih ke pada dukungannya. Kelompok oposisi itu dikendalikan secara hidden untuk berdampak pada dukungan massa, ekonomi, politik dan berbagai hal lain yang dibutuhkan.

Strategi bernuansa akal akalan yang cenderung dramaturgis ini dimana seseorang atau kelompok yang memiliki kekuasaan formal mencoba mempengaruhi perilaku dan keputusan organisasi agar sesuai dengan kepentingannya. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melibatkan anggota kelompok perlawanan dalam pengambilan keputusan, menyerap elemen-elemen baru ke dalam organisasi, atau mengadopsi bahasa dan simbol dari kelompok tersebut.

Kooptasi bisa dianggap sebagai bentuk manipulasi jika digunakan untuk mengabaikan kepentingan kelompok yang menentang atau hanya bertujuan untuk mendapatkan dukungan tanpa memberikan keuntungan nyata.

Namun, kooptasi juga bisa menjadi bentuk kerja sama yang produktif jika dilakukan dengan transparan dan adil, serta mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat.

Sampai disini dapat disimpulkan bahwa kooptasi yang riil akomodatif atau kerjasama untuk menutupi kelemahan untuk memudahkan mencapai tujuan ataupun kooptasi stabilitas adalah strategi yang kompleks dan multi-dimensi. Meskipun bisa menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi, penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dan sosiologisnya. Kooptasi yang efektif melibatkan kompromi yang adil dan pertimbangan kepentingan semua pihak yang terlibat.  (*)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |