SUKABUMI – Ratusan warga kedusunan Kawungluwuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, kabupaten Sukabumi sejak Kamis (6/3/2025) lalu hingga Rabu (12/3/2025) masih terisolir.
Warga ketika akan bepergian ke kota atau pasar Palabuhanratu atau sekedar ke kantor desa serta kecamatan, harus berjuang melintasi tumpukan material longsor di beberapa titik sepanjang jalur kedusunan Kawungluwuk yang terdiri dari 17 RT dan 3 RW dengan jumlah 263 kepala keluarga.
Kepala dusun Kawungluwuk Bukhari Muslim saat diwawancara mengatakan, ratusan kepala keluarga tersebut terdampak bencana alam banjir bandang dan tanah longsor, dengan kerusakan rumah rusak berat sekitar 20 unit.
“Artinya rusak berat itu hilang bangunannya, di tambah rusak sedang dan ringan belum terdata, korban jiwa satu orang meninggal dunia dari kampung babakan Cisarua atas nama bu Ooy, meninggal akibat tertimbun longsor tanah,” ungkapnya.
Ditegaskan Bukhari Muslim, ratusan kepala keluarga saat ini tidak bisa berbuat banyak, kondisi rumah hilang terbawa banjir bandang sungai Cidadap, mereka lebih memilih mengungsi ke rumah saudara terdekatnya, dan sebagian lagi menyewa rumah yang dianggap aman.
“Bencana banjir dan longsor, itu dari bukit Cisarua, pokoknya setiap titik ada longsor, setiap ada selokan kecil pasti terjadi longsor, warga mengungsi, bukan berarti ada di penampungan, tapi mengungsi ke saudaranya, ada yang sewa rumah di tempat lain, soalnya kan rumahnya tidak ditempati lagi,” jelasnya.
“Warga saat ini kesulitan akses, dari Kawungluwuk menuju pasar, atau kantor desa atau kantor kecamatan, meski tidak semua kampung terdampak, tapi melihat kondisi seperti ini semua jadi terdampak, soalnya aliran listrik mati, mulai dari peristiwa banjir sampai sekarang belum hidup alias menyala,” ucapnya.
Sementara itu, Ujat Sujatna (50) warga kampung Ciseupan, rumahnya ikut terdampak bencana tertimbun tanah longsor dan juga banjir bandang, saat itu Kamis, (6/3/2025) malam setelah berbuka puasa memasuki waktu isya, setelah mendengarkan adzan hendak ke masjid dengan cuaca hujan deras disertai angin kencang, tiba tiba sekitar pukul 19.30 Wib, tiba tiba mendengar suara gemuruh tanah longsor.
Dan setelah itu, kata Ujat Sujatna lagi, tidak berselang lama tiba tiba gemuruh kembali terdengar namun dibarengi dengan terjangan air bah yang menghantam rumahnya dan rumah warga lainnya yang diperkirakan sekitar 10 rumah rusak dan hancur.
“Begitu longsor datang, langsung menyelamatkan diri bersama keluarga. Sebelum longsor ada bunyi batu batu besar pada jatuh, pada lari semua. Saat itu warga semua menyelamatkan diri pas malam itu,” jelasnya..
“Alhamdulillah di kampung sini gak ada korban, kalau rumah sekitar 10 lebih disini hancur semua, ini longsor dari bukit Ciseupan, ada aliran yang sungai yang pindah arah, dan menjebol rumah warga,” sambungnya.
Halaman: 1 2