Main Kayu

5 hours ago 5

Adakah curah hujan di Sumatera bagian utara/Aceh bagian selatan akhir November lalu Main Kayu  yang tertinggi dalam sejarah? Juga yang terlama? –tujuh hari tujuh malam hampir terus-menerus?

Saya kesulitan mencari data soal itu. Lebih mudah mencari data berapa persen kenaikan orang yang berpoligami di Amerika Serikat.

Tapi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq sudah memutuskan: akan menjadikan curah hujan terakhir itu sebagai base line untuk menentukan kebijakan ke depan. Begitulah keterangannya kepada media saat menyikapi banjir bandang di tiga provinsi di Sumatera itu.

Artinya, ke depan, kebijakan yang akan dilakukan, dengan curah hujan yang sama tidak akan terjadi bencana. Secara tidak langsung Menteri Hanif mengatakan bahwa hujan terakhir itulah yang terparah dalam sejarah di sana.

Jepang juga mengalami hal yang sama: saat bencana nuklir Fukushima. Anda masih ingat tanggal itu: 11 Maret 2011.

Perlu genset darurat untuk menjaga agar reaktor nuklir tidak panas. Yakni di saat listrik padam akibat apa pun –termasuk akibat terkena tsunami.

Dalam kasus Fukushima, Genset darurat itu ditempatkan di ketinggian enam meter. Agar kalau terjadi tsunami masih tetap aman. Tsunami tertinggi yang pernah terjadi adalah sedikit di bawah enam meter.

Ternyata ketinggian gelombang tsunami tahun 2011 itu sampai sembilan meter. Genset darurat itu pun terkena tsunami. Hancur. Tidak bisa berfungsi. Akibatnya reaktor kian panas. Meleleh.

Jepang sudah terlatih menangani bencana. Pengungsian besar-besaran dilakukan. Akhirnya tidak satu pun ada yang meninggal akibat bencana nuklir Fukushima.

Di Sumatera yang meninggal menjadi 758 –angka ini masih terus bergerak. Padahal sudah tahu bahwa curah hujan di kawasan itu selalu tinggi dan tinggi sekali. Hujan yang terakhir itu mencapai 500 mm. Tapi curah hujan rata-rata di Tapanuli sudah 300mm. Itu rata-rata. Berarti sering di atas itu. Menurut catatan BMKG sering juga hujan di Tapanuli sampai 400 mm. Pernah juga 500 mm tapi tidak sampai tujuh hari tujuh malam.

Dengan demikian Menteri Hanif akan mengevaluasi: apakah selama ini kehilangan hutan di kawasan itu sudah terlalu luas. Atau masih boleh dikurangi lagi asal jangan ada orang hidup di sana.

Misalnya di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Tapanuli. Sudah berapa hutan yang hilang di sana. Sudah sekitar 250.000 hektare.

Main Kayu

Proses evakluasi dan pencarian korban banjir bandang di Sumatra.-Dok. BNPB-

Sungai Batang Toru adalah sungai terpenting di Tapanuli. Sungai ini tergolong pendek: 85 km. Tapi bisa ganas.

Hulu sungai Batang Toru ada di Humbang Hasundutan. Sering disingkat Humbas. Ketinggian hulu di kabupaten Humbas sekitar 1.500 meter. Maka air sangat deras. Berbahaya bagi daerah hilirnya. Sekaligus sangat ideal untuk pembangkit listrik tenaga air.

Tahun 2015 mulailah dibangun PLTA Batang Toru. Lokasinya di kecamatan Marancar. Ada kota kecil bernama Marancar Godang di dekat PLTA itu.

Mengingat lokasi itu terjal pembangunannya amat sulit. Biayanya besar: Rp 21 triliun. Pinjaman dari Tiongkok.

Proyek itu sudah 96 persen selesai. Sebelum Natal nanti harusnya bisa diresmikan. Tapi saya tidak dapat kabar apakah curah hujan yang berat di sana pekan lalu mengganggu penyelesaiannya.

Ini proyek besar: 510 MW. Tinggi bendungannya saja 110 meter. Tentu curah hujan tertinggi kemarin itu juga ujian bagi teknologi bendungannya: apakah cukup kuat.

Awalnya proyek ini juga penuh kontroversi: dianggap merusak lingkungan. Tapi di seluruh dunia PLTA awalnya hampir pasti ditentang. Barat pernah menentang habis-habisan pembangunan PLTA terbesar di dunia: Lembah Tiga Ngarai di dekat Chongqing. Setelah proyek selesai semua mengakui justru itu menyelamatkan lingkungan.

Saya juga tidak mendengar lagi penentangan terhadap PLTA Batang Toru. Memang lahan yang digunakan ‘hanya’ 101 hektare. Artinya, lahan seluas itu akan digenangi air.

Harusnya ini justru bisa mengurangi jumlah air yang langsung menderas ke hilir. Bahwa ada pohon seluas 100 hektare yang hilang harus ada perhitungan: proyek harus menanam pohon sebanyak yang hilang. Harusnya itu tidak sulit.

Yang sulit adalah hilangnya hutan seluas 1.300 hektare yang beralih menjadi perkebunan swasta. Mau diapakan. Lebih sulit lagi hilangnya 3.000 hektare hutan yang menjadi perkebunan rakyat. Dan yang jadi tambang: 130.000 hektare. Belum lagi yang jadi hutan konsesi: 17.000 hektare.

Sebenarnya DAS Batang Toru sudah ada yang mengurus: Badan Pengelola DAS Asahan Barumun. Lembaga inilah yang paling bertanggung jawab untuk menjaga DAS seluas 350.000 hektare di sana.

Yang jelas siapa pun sudah tahu: kawasan itu tergolong sangat tinggi curah hujannya. Siapa pun juga tahu: di bagian tengah kawasan itu gunung bergunung. Air akan lebih mudah menghantam wilayah bawah. Berarti permainan hutan di sana juga tidak boleh sama sembrononya dengan di Kalteng atau Kaltim.

Tapi main kayu rupanya bisa di mana saja. (Dahlan Iskan)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |