SUKABUMI – Jargon kebanggaan “Nyongcolang: Nyomplong Competitif dan Gemilang” ternyata bukan sekadar semboyan tanpa makna bagi SD Negeri (SDN) Nyomplong Kota Sukabumi. Semangat itu dibuktikan dengan torehan prestasi gemilang yang diraih para siswanya, dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025.
Dimulai dari tingkat Kecamatan Warudoyong pada (9/9/2025), sebanyak 11 siswa SDN Nyomplong berkompetisi dengan penuh semangat. Hasilnya, delapan di antaranya sukses pulang membawa piala kemenangan. Slogan “Nyomplong Ngaborong” pun kembali menggema, menjadi bukti bahwa sekolah ini konsisten melahirkan generasi berprestasi.
Tak berhenti di sana, empat siswa terbaik terpilih melaju ke tingkat Kota Sukabumi. Dari ajang bergengsi yang digelar di SMPN 6 Kota Sukabumi pada (17/7/2025) tersebut, SD Nyomplong kembali mengukir tinta emas dengan raihan tiga medali yakni Juara 2 Maca Sajak Putra, serta Juara 1 Putra dan Juara 1 Putri dalam cabang Borangan (Ngabodor Sorangan). Capaian ini otomatis mengantarkan SDN Nyomplong ke tingkat Provinsi Jawa Barat, sebuah prestasi membanggakan yang mengangkat nama baik sekolah sekaligus Kota Sukabumi.
Kepala SDN Nyomplong, Sri, tak dapat menyembunyikan rasa syukurnya atas prestasi luar biasa ini. Dalam wawancara, ia menyampaikan bahwa keberhasilan anak didiknya adalah hasil dari kerja keras, kolaborasi, dan kepercayaan penuh terhadap para guru pembimbing.
“Saya yakin sepenuhnya, guru pembimbing tahu apa yang terbaik untuk siswa. Maka sejak awal saya berikan keleluasaan penuh untuk mempersiapkan lomba ini. Hasilnya terbukti, bahkan sampai ke tingkat Provinsi. Saya ucapkan terima kasih atas dedikasi dan perjuangan guru maupun siswa. Harapan saya, di tingkat provinsi nanti anak-anak bisa tampil lebih matang, lebih siap, dan bisa membawa pulang gelar juara untuk mengharumkan nama Sukabumi,” ujarnya penuh harap.
Sosok di balik keberhasilan ini adalah Tresna, guru sekaligus pelatih yang mendampingi siswa sejak tahap seleksi di sekolah. Menurutnya, proses persiapan berjalan lancar tanpa kendala berarti, bahkan justru menjadi momen untuk menemukan bakat terpendam siswa.
“Saat seleksi, saya kaget sekaligus bahagia. Ada bakat-bakat luar biasa yang baru terlihat. Tugas guru adalah jeli melihat potensi itu, lalu mengarahkan ke bidang yang tepat. Termasuk memberikan pembinaan yang sesuai dengan karakter siswa,” ungkapnya.
Sebagai mantan juara Borangan tingkat Provinsi tahun 2021, Tresna merasa pengalaman pribadinya menjadi bekal berharga dalam membimbing murid. Ia menambahkan bahwa Borangan bukan hanya soal lomba, tetapi juga cara kreatif untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap bahasa Sunda.
“Melalui Borangan, anak-anak belajar mengapresiasi bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Ini sejalan dengan program revitalisasi bahasa daerah di Jawa Barat. Jadi prestasi hanyalah bonus, yang terpenting adalah menumbuhkan rasa bangga pada bahasa ibu,” katanya.
Dua nama yang paling bersinar dalam FTBI tahun ini adalah Nelson dan Shafa, peraih Juara 1 Putra dan Putri cabang Borangan. Keduanya mengaku terharu sekaligus tak menyangka bisa keluar sebagai pemenang, terlebih harus berhadapan dengan juara-juara dari tujuh kecamatan lainnya.
“Saya sampai sujud di atas panggung waktu menerima piala,” kata Nelson penuh haru.
“Kalau saya, langsung menangis sambil peluk Mama,” timpal Shafa dengan senyum bahagia.
Kesuksesan mereka tak datang begitu saja. Keduanya mengaku rajin berlatih, bahkan saat hari libur. Guru pembimbing pun tak segan melatih melalui video call di akhir pekan, sementara orang tua terus mendukung dengan mengingatkan anak-anaknya untuk tetap berlatih di rumah.
Kolaborasi apik antara guru, orang tua, dan wali kelas yang memberikan kelonggaran waktu latihan di sekolah, menjadi kunci keberhasilan ini. Setiap hari, Nelson dan Shafa bisa berlatih dua hingga tiga kali, sehingga materi lebih dikuasai dan performa semakin mantap.
Keberhasilan Nelson dan Shafa bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga inspirasi bagi teman-teman mereka di SDN Nyomplong. Melalui prestasi ini, sekolah berharap semakin banyak siswa yang tertarik mempelajari bahasa Sunda serta turut melestarikannya.
“Prestasi itu bonus dari kerja keras. Yang terpenting, anak-anak mencintai bahasa daerahnya, menggunakan bahasa Sunda dalam keseharian, dan menjadi generasi penerus yang bangga pada budayanya” tegas Tresna.(wdy)