Melihat Semangat Abah Sidin Membuat Arang, Manfaatkan Kayu yang Terbawa Banjir

6 hours ago 2

SUKABUMI – Di tengah kesunyian pagi di pelosok Kampung Cikadaka, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi suara desisan kayu yang digergaji dengan semangat oleh Abah Sidin (74) menyadarkan setiap orang yang melihat.

Bagaimana tidak, seorang lelaki lanjut usia yang tidak lagi muda, masih terlihat semangat berusaha mencari nafkah untuk kebutuhan keluarganya dengan membuat arang secara tradisional. Abah Sidin, membuktikan dan menjadi contoh nyata bahwa usia hanyalah angka.

“Proses bikin arang ini sudah saya jalani lebih dari 10 tahun,” ungkap Abah Sidin dengan mata yang berkilau penuh semangat saat diwawancara Radar Sukabumi. Jumat, (10/1/2025).

Abah Sidin mengaku, nyaris setiap hari tetap harus bekerja mempersiapkan potongan potongan kayu dari kebunnya, maupun membeli dari warga yang kemudian dikumpulkan dan dipotong potong kembali dengan ukuran yang lebih pendek serta kecil dengan menggunakan gergaji untuk selanjutnya di bakar di pengapian yang telah disediakan dengan menggunakan sekam padi yang juga diambilnya dari penggilingan.

Kayu kayu yang dikumpulkan Abah Sidin tidak semua jenis dijadikan arang, Ia memiliki kayu- kayu yang terdiri dari pohon mangga, asem, dan pohon keras lainnya.

“Kayu-kayu hari ini yang abah kumpulkan ini banyak macam dan jenisnya, maklum sisa-sisa yang terbawa banjir kemarin, kalau dulu, saya ambil kayu dari kebun,” jelasnya.

Dalam kali pembakaran pembuatan arang, Abah Sidin dapat memproduksi 80 hingga 100 kantong arang yang siap dijual dengan berat 1 kg per kantong yang dijual dengan harga bervariasi antara Rp 2.500, Rp 3.500 hingga Rp 4.200 per kantong.

“Alhamdulillah, pelanggan saya sudah banyak yang tetap. Mereka percaya pada kualitas arang yang saya buat,” terangnya.

Dalam proses pembuatan arang tersebut, Abah Sidin menjelaskan, bukan perkara mudah, mengingat mulai kayu – kayu dikumpulkan kemudian dipotong kecil-kecil dan disusun seperti membuat api unggun membutuhkan ketekunan, keuletan, ketelitian serta kecermatan, dan tentunya dibutuhkan waktu yang tidak singkat yakni mulai pagi hingga sore hari menjelang malam.

“Jadi setelah semua bahan bahan kayu dikumpulkan dibakar, api menyala membakar semua kayu, nah sekam padi ini ditumpahkan di atasnya, menutup semua pembakaran kayu, juga saya harus memastikan tidak ada kobaran api, karena bisa jadi abu semua, jadi harus di cek secara berkala selama proses ini,” paparnya.

Meskipun memiliki delapan anak yang sudah menikah dan merantau, Abah Sidin tidak pernah ingin merepotkannya, terkecuali anak anaknya memberi tanpa diminta olehnya.

“Alhamdulillah, kebutuhan rumah saya cukup dari hasil ini. Saya ingin menunjukkan, meski fisik saya tidak sekuat dulu, semangat untuk bekerja tidak pernah padam,” ucapnya.

“Alhamdulillah sama pelanggan pelanggan di pasar dipercaya dari dulu sampai sekarang, disini sekarang yang masih eksis bikin arang Abah, kalau dulu banyak, abah juga bisa dari orang lain bikin arang ini, alhamdulillah masih di percaya sama pelanggan di pasar,” tandasnya. (ndi/d)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |