RADAR SUKABUMI — Usai rekaman video curhatan dari dua siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Kota Cirebon ramai di jagat media sosial (Medsos). Akhirnya kedua siswi itu diundang secara khusus ke kediaman Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat terpilih.
“Video yang kemarin itu viral loh dihampir semua media. Kamu gak takut? (gak pak-jawab siswi). Apa yang membuat kamu berrani ?,” demikian petikan pertanyaan Dedi Mulyadi, saat kedatangan kedua siswi itu, dikutip rekaman video di Instagram @dedimulyadi71, Senin (10/2/2025).
Alasan yang membuat kedua siswi itu berani membongkar permasalahan di sekolahnya (SMAN 7) Cirebon, karena kalau “Speak-Up” terus (tidak dibicarakan – red) menurutnya kasihan dengan adik-adik kelasnya.
“Kan awalnya ada masalah PDSS-SNBP terus ke hal lain. Lagi pula aku ngerasa nggak ada salahnya kalau. Karena kan sudah ada peraturan pemerintah, kalau pihak sekolah itu gak boleh melakukan pungutan, kayak uang SPP, uang Gedung,” tutur siswi itu.
Meski demikian, Dedi Mulyadi mengaku bangga dengan anak-anak Indonesia, saat ini khususnya pada anak-anak di Jawa Barat, yang punya daya kritis. Dan menurutnya, yang seperti ini dibutuhkan oleh bangsa.
“Hari ini saya kedatangan/bertemu anak-anak Indonesia, anak-anak Jawa Barat yang punya daya kritis dan objektif tidak fitnah,” ujar Dedi Mulyadi.
Dihadapan Dedi Mulyadi kedua siswi itu dengan lugas menceritakan soal dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP). Seperti diketahui bahwa PIP adalah bantuan berupa uang tunai untuk perluasan akses pendidikan dan kesempatan belajar.
Program ini (PIP) merupakan bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada peserta didik (siswa-siswi) yang berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin dengan tujuan untuk membiayai pendidikan.
Selanjutnya kedua siswi tersebut menyampaikan kepada Dedi Mulyadi, bahwa bantuan PIP dipotong oleh pihak sekolah sebesar Rp200.000 per siswa. “Kan bantuan PIP itu dari pemerintah sebesar Rp1.800.000 per tahun, namun dipotong Rp200.000. Jadi kami hanya menerima Rp1.600.000,” ungkap siswi.
“Itu pun kami tidak menerima uang dalam bentuk tunai, karena uang tersebut masuk ke rekening sekolah dan oleh pihak sekolah langsung di pakai untuk membayar tuggakan SPP serta tunggakan/iuran lainnya,” tambah dia.
Terkait hal itu, dikatakan Dedi Mulyadi, bahwa berdasarkan penjelasan dari pihak sekolah (SMAN 7) Cirebon, bahwa uang pemotongan bantuan PIP itu diserahkan kepada pihak lain bukan untuk sekolah.
“Uang pemotongan bantuan PIP itu untuk diserahkan ke pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan,” kata Dedi Mulyadi, dalam video unggahannya.
Kesimpulan dari pertemuan dengan dua siswi itu, Dedi Mulyadi, menyatakan bahwa dirinya memimpin Jawa Barat agar seluruh anak-anak di Jabar ini sekolah. Kemudian pemerintah juga ingin memenuhi seluruh kebutahan sekolah.
“Kita ingin memenuhi kebutuan ruang kelasnya, teknologinya, sistemnya dan kita juga ingin memenuhi kebutuhan tenaga pendidiknya,” terang Dedi Mulyadi.
Namun demikian, Dedi Mulyadi berharap peran aktif orang tua siswa dalam memajukan pendidikan. “Jangan sampai negara sudah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak Indonesia, tetapi orang tua siswa malah tidak ikut berperan. Sehingga menimbulkan budaya malas bagi anak untuk sekolah,” tandasnya. (Ron)