Fimela.com, Jakarta Lebaran di Papua bukan sekadar sebuah perayaan keagamaan, tetapi juga merupakan momen istimewa yang dipenuhi dengan tradisi lokal yang kaya akan makna. Setiap tahunnya, masyarakat Papua mengadakan berbagai kegiatan unik yang mencerminkan budaya, kepercayaan, dan nilai kebersamaan yang sangat kuat. Salah satu yang paling menarik adalah tradisi-tradisi yang dijalankan selama perayaan Idul Fitri, yang menggambarkan bagaimana keberagaman budaya dan agama di Papua dapat hidup berdampingan dengan harmonis.
Di Papua, Lebaran dirayakan tidak hanya dengan ibadah dan pertemuan keluarga, tetapi juga dengan tradisi yang melibatkan silaturahmi antar umat beragama, berbagi kebahagiaan, serta melestarikan kearifan lokal. Mulai dari tradisi salam rebana yang meriah hingga pembuatan kue lontar khas, semua ritual ini menunjukkan semangat kebersamaan yang terus dijaga. Keunikan-keunikan ini menjadikan Lebaran di Papua semakin istimewa.
Mari kita eksplorasi lebih lanjut mengenai tujuh tradisi khas Lebaran di Papua yang menarik untuk diketahui dan dipelajari. Tradisi-tradisi ini terus berlanjut menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Papua, seperti yang dirangkum oleh Fimela.com.
Sepekan setelah idulfitri tradisi unik digelar di Desa Sruni, Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi ini disebut bakda sapi, dimana seluruh sapi yang dipelihara warga ini akan dikeluarkan dan diarak keliling kampung.
Silaturahmi Rebana: Meriahkan Lebaran dengan Musik dan Kunjungan
Silaturahmi Rebana adalah tradisi unik yang dilaksanakan oleh pemuda Muslim di Abepantai, Jayapura, Papua. Pada Hari Raya Idul Fitri, para pemuda ini mengunjungi rumah warga diiringi dengan musik rebana sebagai simbol saling memaafkan. Kegiatan ini diadakan pada hari pertama hingga kedua Lebaran dan melibatkan sekitar 50 pemuda yang berkeliling desa, membawa nuansa keceriaan dan kebersamaan. Tradisi ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga merupakan bentuk penguatan hubungan antar sesama warga.
Para pemuda yang terlibat dalam silaturahmi ini mengunjungi rumah-rumah sanak saudara dan tokoh masyarakat, sambil melantunkan musik rebana. Aktivitas ini telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Abepantai yang dirayakan setiap tahunnya.
Masyarakat pun menyambut antusias kehadiran para pemuda ini, bahkan banyak yang mengabadikan momen tersebut sebagai kenang-kenangan. Menurut Rizky Waroy, koordinator kegiatan, silaturahmi rebana adalah tradisi yang perlu dilestarikan agar tetap hidup dalam kehidupan masyarakat Abepantai.
"Tradisi ini kami laksanakan setiap tahun dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri dan pemuda masjid Abepantai sangat antusias dalam kegiatan ini," kata Ketua Remaja Masjid Abepantai, Rizky Waroy, mengutip ANTARA.
Tradisi Peta (Pegang Tangan): Menjaga Kerukunan Antarumat Beragama
Tradisi Peta, yang berarti "Pegang Tangan," merupakan tradisi yang dilakukan di Biak Numfor dan beberapa daerah lainnya di Papua. Pada saat Lebaran, umat Muslim dan non-Muslim saling mengunjungi rumah satu sama lain untuk mengucapkan selamat hari raya.
Tradisi ini sangat sederhana namun bermakna besar, karena menampilkan kedekatan antar umat beragama yang saling menghormati. Anak-anak maupun orang dewasa berpartisipasi dalam saling berjabat tangan dan berbagi makanan ringan.
Peta menjadi bukti nyata betapa pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Papua. Semua orang, tanpa memandang agama, berpartisipasi dalam tradisi ini, mempererat ikatan sosial dan membangun rasa kebersamaan. Dengan berbagi ucapan selamat dan makanan, masyarakat di Papua menunjukkan bagaimana agama tidak menjadi penghalang dalam mempererat hubungan antar sesama.
"Mungkin kalau ditempat lain ada juga tradisi seperti ini, tapi di Biak ini sangat unik dan peta merupakan sebuah tradisi silaturahmi antara muslim dan non muslim ataupun sebaliknya berkunjung di hari besar keagamaan, dan saya cukup salut dengan tradisi seperti ini," ujar warga di sana, Bela, mengutip RRI.
Membuat Kue Lontar: Sajian Spesial untuk Lebaran
Kue lontar merupakan salah satu hidangan khas Papua yang sangat digemari saat perayaan Lebaran. Dibuat dari tepung sagu, kue ini dimasak dengan cara dikukus, sehingga menghasilkan tekstur yang kenyal dan cita rasa yang lezat.
Kue lontar memiliki rasa manis yang menggoda dan sering disajikan sebagai hidangan penutup di meja makan. Proses pembuatannya melibatkan partisipasi masyarakat setempat, dengan resep yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Lebih dari sekadar makanan, kue lontar memiliki makna simbolis dalam budaya Papua. Kehadirannya saat Lebaran melambangkan rasa syukur dan kebersamaan. Biasanya, kue ini dibagikan kepada para tamu yang berkunjung, menjadi simbol perayaan yang meriah. Dengan cita rasanya yang khas, kue lontar selalu dinantikan sebagai sajian istimewa saat Lebaran di Papua.
Hadrat di Kaimana: Pawai Meriah dengan Salawat dan Musik Tradisional
Tradisi Hadrat adalah sebuah pawai yang penuh semarak dan kegembiraan, sering diadakan di Kaimana, Papua Barat, serta di Jayapura. Pawai ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, baik yang beragama Islam maupun yang non-Muslim. Dengan iringan musik tradisional seperti kendang, tifa, dan rebana, para peserta pawai melantunkan salawat sambil berkeliling dan menjalin silaturahmi. Suasana yang tercipta sangat harmonis, mencerminkan betapa kuatnya toleransi antaragama di Papua.
Pawai Hadrat bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan juga simbol kebersamaan dan moderasi dalam beragama di Papua. Peserta dari berbagai latar belakang agama merayakan Lebaran dengan sukacita, menunjukkan bahwa perbedaan tidak menghalangi terciptanya suasana damai dan penuh keharmonisan. Tradisi ini telah menjadi bagian penting dari perayaan Idul Fitri di wilayah tersebut, menegaskan nilai-nilai persatuan dan saling menghormati.
Tradisi Bakar Batu Halal: Masak Bersama dengan Cara Tradisional
Tradisi Bakar Batu merupakan salah satu cara memasak unik dari Papua yang juga diadaptasi oleh komunitas Muslim di sana. Walaupun dalam tradisi aslinya Bakar Batu menggunakan daging babi, umat Muslim menggantinya dengan ayam atau hewan lain yang halal agar sesuai dengan syariat Islam. Teknik memasak ini tetap mempertahankan metode membakar batu dan menguburnya dalam tanah, yang menghasilkan cita rasa makanan yang khas dan menggugah selera.
Bakar Batu versi halal ini bukan sekadar metode memasak, tetapi juga menjadi momen berharga untuk berkumpul bersama keluarga dan masyarakat. Semua orang bergotong royong dalam proses memasak dan kemudian menikmati hidangan secara bersama-sama. Dengan mempraktikkan cara tradisional ini, masyarakat Papua dapat menjaga kearifan lokal sekaligus menghormati ajaran agama.
Tradisi Ziarah Kubur Bersama: Doa dan Refleksi Setelah Shalat Id
Ziarah kubur bersama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Papua setelah merayakan Shalat Idul Fitri. Dalam suasana yang penuh kekhidmatan, keluarga-keluarga berkumpul untuk mengunjungi makam leluhur mereka. Di sana, mereka mendoakan arwah yang telah tiada dan membersihkan makam, sebuah tindakan kasih yang mengingatkan akan pentingnya menghormati para pendahulu. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen refleksi tentang makna hidup dan kematian, tetapi juga memperkuat tali persaudaraan di antara anggota keluarga.
Lebih dari sekadar ritual, ziarah kubur bersama mengandung makna spiritual yang mendalam. Ini adalah pengingat bagi setiap individu untuk selalu mengingat keberadaan kehidupan setelah mati. Kesempatan berharga ini dimanfaatkan oleh keluarga untuk berkumpul, berdoa bersama, dan menjaga hubungan yang erat dengan leluhur. Tradisi ini menegaskan betapa pentingnya menjaga hubungan spiritual dalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya sebagai jembatan penghubung antara dunia fana dan alam baka.
Berbagi dengan Tetangga: Membuka Pintu untuk Semua
Tradisi berbagi makanan dengan tetangga merupakan salah satu wujud kebersamaan yang dipraktikkan oleh umat Muslim di Papua. Saat perayaan Lebaran, pintu rumah umat Muslim selalu terbuka lebar untuk siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama. Hidangan khas Lebaran, seperti ketupat dan opor ayam, dibagikan kepada tetangga, termasuk yang bukan Muslim, sebagai lambang saling menghormati dan berbagi kebahagiaan.
Tradisi ini menjadi cara yang sangat efektif untuk mempererat hubungan antar tetangga, menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat, dan memelihara kerukunan dalam masyarakat. Melalui saling berbagi, umat Muslim di Papua tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga menunjukkan semangat toleransi dan persaudaraan lintas agama.
People Also Ask (FAQ)
1. Apa itu tradisi silaturahmi rebana di Papua?
Silaturahmi rebana adalah tradisi yang dilakukan oleh pemuda Muslim di Abepantai, Jayapura, di mana mereka mengunjungi rumah warga sambil mengiringi dengan musik rebana sebagai bentuk saling memaafkan dan mempererat hubungan sosial.
2. Apa yang dimaksud dengan tradisi Peta di Papua?
Peta atau Pegang Tangan adalah tradisi di Biak Numfor yang melibatkan umat Muslim dan non-Muslim untuk saling berjabat tangan dan berbagi makanan saat Lebaran, sebagai simbol toleransi antarumat beragama.
3. Apa itu tradisi Bakar Batu Halal di Papua?
Tradisi Bakar Batu Halal adalah cara memasak tradisional dengan memanaskan batu dan menguburnya untuk memasak makanan. Umat Muslim di Papua mengganti daging babi dengan ayam atau daging halal lainnya, menjaga kearifan lokal sesuai dengan syariat Islam.
4. Mengapa tradisi ziarah kubur bersama penting di Papua?
Ziarah kubur bersama adalah tradisi di Papua yang dilakukan setelah Shalat Idul Fitri, di mana keluarga mengunjungi makam leluhur untuk mendoakan dan membersihkan makam, memperkuat ikatan keluarga, dan mengingat kehidupan setelah mati.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
InfoJangan Sampai Salah! Begini Cara Membedakan Telur Segar dan Busuk Tanpa Dibuka
Mau masak tapi ragu apakah telur di kulkas masih segar atau sudah busuk? Yuk, coba trik sederhana ini untuk membedakan telur segar dan busuk tanpa harus memecahkannya!
Info50 Ucapan Sungkeman dalam Bahasa Jawa saat Lebaran untuk Orang yang Lebih Tua, Tunjukkan Rasa Hormat Tulus
Dalam budaya Jawa, sungkem bukan sekadar formalitas belaka, melainkan sarat dengan makna penghormatan dan ketulusan hati.
InfoApakah Sungkem Lebaran Wajib? Ini Tata Cara dan Hukumnya Menurut Islam
Meminta maaf dan menghormati orang tua adalah ajaran penting dalam Islam, dan sungkeman menjadi salah satu perwujudannya.
InfoKumpulan Ucapan Lebaran Idul Fitri 2025 yang Formal, Hangat, Islami, dan Penuh Keharmonisan
Ucapan selamat Idul Fitri bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga merupakan ungkapan kebersamaan, doa, dan harapan baik bagi orang-orang terdekat.
InfoMengetahui Keutamaan dan Tata Cara Mandi Wajib Sebelum Sholat Idul Fitri
Rasulullah SAW sendiri menganjurkan mandi pada hari raya, seperti yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab.