Fimela.com, Jakarta Keikutsertaan Paviliun Indonesia di Expo 2025 Osaka, Jepang jadi salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam mendorong potensi wisata lokal. Menteri Widi Wardhana pun menyebut pameran megah yang berlangsung selama enam itu turut membuka potensi wellness tourism di Indonesia.
"Lebih dari sekadar pameran, ini adalah undangan terbuka untuk berkolaborasi dan membuka potensi penuh wellness tourism Indonesia. Pengunjung akan memahami mengapa Wonderful Indonesia adalah masa depan mindful travel dan memulai perjalanan mereka menuju permata khatulistiwa," kata Menteri Widi Wardhana dalam rilis yang diterima Fimela.com.
Expo 2025 yang mengusung tema "Designing Future Society for Our Lives," merupakan wadah ideal bagi Indonesia untuk menampilkan sinergi antara kekayaan alam, pengetahuan budaya, dan kemajuan teknologi yang dimilikinya. Oleh karena itu, Paviliun Indonesia mengangkat tema “Thriving in Harmony – Nature, Culture, Future” yang terinspirasi dari Tri Hita Karana, filosofi luhur dari Bali yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Salah satu sorotan utama dari Paviliun Indonesia adalah kehadiran kuat para seniman kontemporer Indonesia ternama yang karya-karyanya menghidupkan Nature Zone. Di antaranya: Indieguerillas, Nasirun, Nyoman Nuarta, Naufal Abshar, Mang Moel, dan Arkiv Vilmansa. Para seniman ini menafsirkan kembali spesies asli yang terancam punah—seperti Harimau Sumatra, Macan Tutul Jawa, Orangutan, dan Komodo—melalui gaya seni yang khas, yang berbicara tentang tradisi sekaligus futurisme.
Manjakan visual dan emosional
"Dipilih karena mampu menggabungkan kekayaan tradisi dengan gaya kontemporer, khususnya dalam menggambarkan spesies langka khas Indonesia melalui pendekatan yang visual dan emosional," kata Menteri Pariwisata Widi Wardhana kepada Fimela.
Sementara itu, visual artists Ign. Raditya Bramantyo dan Isha Hening menciptakan pengalaman sinematik imersif “Nusantara Odyssey,” yang membawa pengunjung melintasi lanskap Indonesia melalui narasi visual dari kedalaman bumi hingga ke langit.
Begitu juga pameran fotografi Wajah Nusantara karya Davy Linggar, yang menggarisbawahi kekayaan dan keberagaman budaya kita. Ditambah lagi film tentang dalang Wayang garapan Garin Nugroho dan Titimangsa. Pemilihan mereka mencerminkan keinginan Paviliun untuk menghadirkan karya yang tidak hanya estetis, tetapi juga menyentuh secara filosofis dan sensorik.
Hidupkan warisan lewat pertunjukkan
Di bidang wastra, Menteri Pariwisata menghadirkan ikat tenun tangan karya Obin yang menggunakan pewarna alami. Dipajang pada layar yang terinspirasi dari kapal Phinisi tujuh layar. Selain itu, tekstil hasil binaan Cita Tenun Indonesia menampilkan keterampilan pengrajin lokal dengan menggabungkan tradisi dan desain kontemporer untuk penggunaan sehari-hari.
Di Culture Zone, Pavilion menghidupkan kerajinan tradisional lewat pembuatan obat herbal Indonesia, kosmetik tradisional, dan teknik tenun yang telah diwariskan turun-temurun. Pertunjukan tari tradisional dan seni bela diri akan digelar secara rutin yang menampilan seni dan tradisi gerak dari Indonesia.
Dibuat dengan bahan ramah lingkungan
Sebagai wajah Indonesia di paviliun, dipilih Tumtum sebagai maskot resmi. Tumtum terinspirasi dari motif Batik Truntum yang melambangkan cinta abadi dan terus berkembang. Diwakili oleh tiga karakter, Tumala, Tumbaya, dan Tumasa, masing-masing mewakili aspek utama identitas Indonesia.
Dibangun dengan prinsip desain ramah lingkungan, paviliun ini menggunakan kayu Plana, yang terbuat dari 60% sisa sekam padi, 30% limbah plastik daur ulang, dan 10% aditif, menawarkan alternatif berkelanjutan dari kayu konvensional. Struktur ini juga mengintegrasikan sistem pencahayaan dan pendinginan yang hemat energi untuk mengurangi emisi karbon, serta bahan-bahan daur ulang dan berkelanjutan untuk membatasi limbah. Selain itu, paviliun ini memanfaatkan sumber energi terbarukan dan mengoptimalkan pemanfaatan cahaya alami, semakin memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan.
Setelah Expo 2025, elemen-elemen terpilih dari Paviliun akan dipergunakan kembali atau dipindahkan untuk menjadi aset budaya dan edukasi. Beberapa komponen akan dipamerkan di Kedutaan Besar Indonesia di Jepang, sementara yang lainnya akan didaur ulang atau dimanfaatkan kembali untuk memastikan warisan yang terus hidup setelah acara.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.