Shabrina Ayu Fadzila Dari Hobi Menulis Sejak SD Hingga Menjadi Novelis Thriller Romance

2 months ago 78

Menulis dengan Hati, Berkarya Tanpa Batas

Menulis adalah seni yang tidak hanya membutuhkan kreativitas, tetapi juga dedikasi dan ketekunan. Salah satu penulis yang telah membuktikan hal tersebut adalah Shabrina Ayu Fadzila, yang lebih dikenal dengan nama Shazia Shabrina. Sejak kecil, ia telah menunjukkan minat dan bakat luar biasa dalam dunia kepenulisan.

Lahir dan besar di Bandung, Shabrina sudah mulai menulis cerpen sejak duduk di bangku sekolah dasar. Karyanya sempat dimuat di salah satu surat kabar di kota tersebut. Tak hanya menulis, masa remajanya juga diisi dengan aktivitas seni lainnya seperti pertunjukan drama musikal, shooting mini series, serta siaran.

Widi Fitria– Sukabumi

Dunia literasi sudah akrab bagi Shabrina Ayu Fadzila, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Shazia Shabrina, sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar, ia telah menulis cerpen untuk salah satu surat kabar di kota tersebut. Seiring bertambahnya usia, Shabrina semakin aktif di dunia seni, termasuk dalam pertunjukan drama musikal, shooting mini series, dan siaran.

Motivasi utama Shabrina dalam menulis novel adalah untuk mengembangkan diri secara kreatif. Ia ingin menuangkan ide-ide yang terus bermunculan dalam pikirannya ke dalam sebuah cerita yang lebih panjang dan mendalam.Meski belum menuangkan pengalaman pribadi ke dalam novelnya, beberapa pengalamannya telah diadaptasi dalam skenario film yang sedang ia garap. Ide-ide cerita sering datang secara acak, bahkan saat ia hanya berdiam diri.

Proses kreatif Shabrina dalam menemukan ide cerita terbilang unik. Ia sering mendapatkan inspirasi secara spontan, bahkan ketika sedang berdiam diri. Hal ini membantunya dalam menciptakan novel-novel yang menarik dan penuh kejutan.

Dalam dunia kepenulisan, ia terinspirasi oleh berbagai penulis ternama, seperti Julie James, J.K. Rowling, dan Arthur Conan Doyle. Selain itu, ia juga mengenal Hilman Hariwijaya, penulis serial “Lupus,” yang sejak kecil sering memperkenalkan cerita-ceritanya kepadanya.

“Sejak ecil memang senang dunia literasi, karena kebetulan Hilman Hariwijaya, penulis serial “Lupus,” itu kenalan tante saya, almarhum sering mengenalkan tulisan-tulisannya kepada saya dari situ saya mulai akrab dengan dunia tulis menulis,” terangnya.

Selain menjadi penulis, Shabrina juga mengelola Shazia Academy, sebuah akademi yang berfokus pada pembelajaran bahasa Inggris dan Korea serta bimbingan belajar umum. Ia juga turut mengurus berbagai acara yang diselenggarakan oleh akademinya. Kesibukannya tidak menghalanginya untuk tetap menulis. Biasanya, ia meluangkan waktu untuk menulis di pagi hari setelah menyelesaikan pekerjaan rumah atau di malam hingga dini hari.

Menulis novel tidak selalu berjalan mulus bagi Shabrina. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah ketika mengalami writer’s block setelah menyusun plot per scene atau per bab. Meski begitu, ia tetap berusaha menyelesaikan karyanya dalam kurun waktu sekitar 3 hingga 5 bulan, terutama jika tidak melibatkan editor pribadi.

Dalam hal penerbitan, Shabrina memiliki pengalaman dengan dua metode, yaitu melalui penerbit indie dan self-publishing. Saat ini, ia telah menerbitkan empat novel; tiga melalui penerbit indie dan satu secara mandiri. Ia kerap mempromosikan e-novel yang sedang berjalan melalui media sosial, hingga akhirnya ada penerbit yang tertarik untuk menerbitkannya dalam bentuk cetak.

Menjadi seorang penulis sekaligus ibu rumah tangga tentu bukan hal yang mudah. Tantangan terbesar yang ia hadapi adalah menjaga kesehatan dan mengatur waktu tidur yang sering kali berantakan. Selain itu, mendalami karakter dalam novel juga memengaruhi suasana hatinya sehari-hari.

Meski begitu, Shabrina mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya. Bahkan, beberapa anggota keluarganya merupakan lulusan Sastra Indonesia yang juga aktif menulis. Dukungan ini menjadi salah satu faktor yang membuatnya terus bersemangat dalam berkarya.

“Alhamdulilah keluarga, lingkungan dan teman sangat mendukung sekali,” imbuhnya.

Dampak dari karya-karyanya tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri tetapi juga oleh orang-orang di sekitarnya. Menulis membantunya mengembangkan imajinasi, sementara bagi para pembacanya, karyanya menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk melakukan perubahan positif dalam hidup.

Sejak kecil, Shabrina sudah menyukai dunia kepenulisan, tetapi ia baru benar-benar serius menekuninya sejak tahun 2019. Novel-novelnya umumnya bertema thriller romance dengan latar hukum, di mana tokoh utamanya sering kali berprofesi sebagai pengacara atau jaksa.

“Untuk saat ini sudah ada 4 novel yang aku luncurkan dan dikomersilkan,” terangnya.

Selain menulis novel, Shabrina juga aktif dalam dunia perfilman. Saat ini, ia tengah menggarap naskah untuk mini series dan film layar lebar. Dengan berbagai pengalaman dan kesibukan yang dijalani, Shabrina terus membuktikan bahwa kecintaan pada dunia literasi mampu membawanya meraih berbagai pencapaian luar biasa.

Bagi Shabrina, menulis bukan sekadar hobi, melainkan panggilan jiwa yang terus ia tekuni dan kembangkan. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, ia siap melahirkan lebih banyak karya yang mampu menginspirasi banyak orang.(*)

Read Entire Article
Information | Sukabumi |