Melihat Jalan Damai Prajurit TNI yang Akan Dikirim ke Kongo: Misi Tanpa Letusan

2 weeks ago 22

BOGOR — Pukul 07:20 WIB Teriakan Garuda terdengar di dalam barak Satuan Tugas Indonesia Regional Development Battalion (Satgas INDO RDB) 39G Monusco, di daerah latihan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025).

Ada 10 Jurnalis yang terlibat dalam misi ini, dua Jurnalis masuk ke dalam Kompi C Bogoro (Nama kota di Kongo red) dengan diantar mobil dari  Pusat Informasi PBB (UNIC), sebagian lagi menyebar ke Kompi-kompi lain. Situasi berjalan dengan aman, sejumlah prajurit mempersiapkan kegiatan masing-masing. Pukul 08:00 WIB Dimulai rapat persiapan patroli jalan kaki atau foot patrol.

Tepat pukul 08:23 WIB 18 personel Kompi C Bogoro Satuan Tugas Indonesia Regional Development Battalion (Satgas INDO RDB) 39G Monusco ditambah dua jurnalis mulai meninggalkan markas. 

Awal perjalan tidak menemukan hal menonjol. Tepat pukul 08:31 WIB pasukan Kompi C Bogoro mendengar rentetan tembakan peluru di dalam hutan. Secara serentak semua tim menepi termasuk dua wartawan yang berlindung di balik pepohonan dengan pengawalan ketat 4 prajurit.

Sebelum Negosiasi berlangsung, teriakan UN UN (PBB) terdengar dari Komandan Tim pasukan garuda. Suara peluru terus terdengar dari milisi. Tidak memerlukan waktu lama Milisi langsung melarikan diri dan perjalan kembali dilanjutkan.

“Anda aset kami, tetap berada didalam pengawasan. Silahkan ambil gambar tetapi dengan cara yang tepat,”terang salah seorang prajurit yang menempel kepada dua wartawan.

Misi Tanpa Letusan

Gejolak, ketidakpastian, dan medan yang menantang nyali diciptakan persis seperti di Kongo, mobil berjalan dengan menggunakan lajur kanan dengan setir kiri. Jantung dua wartawan berdenyut keras saat tembakan kembali diletuskan.

Untungnya tidak satupun pasukan garuda dari prajurit  Kompi C Bogoro melepaskan tembakan. “Dalam misi kita di Kongo nanti, tembakan keluar adalah hal yang tidak diinginkan. Boleh keluar tapi itu jalan terakhir. Misi kita perdamaian, “terang salah seorang Komandan Kompi. 

Setelah berjalan sekitar 10 menit. Tepat pukul 08:41 WIB suara tembakan kembali terdengar. Dengan sigap dua jurnalis disuruh kembali ke semak belukar. Dengan senapan SS2-V1 masing-masing 4 prajurit yang menempel bersiaga sambil berjongkok. 

Tembakan kembali reda setelah komandan tim teriakan UN UN. Dalam skenario latihan tembakan tersebut muncul sesama milisi yang sedang berkonflik. Namun, setelah pasukan garuda hadir, mereka membubarkan diri, dan kami kembali melanjutkan perjalanan.

Skenario latihan pra tugas dibuat dengan situasi sebenarnya, bahkan komunikasi dengan bahasa asing. Ketika bertemu dengan warga sipil sejumlah Prajurit mengatakan “jambo” (Hallo).

Tepat pukul 08:47 WIB pasukan kembali tiba ke Markas. Setelah berada di dalam markas, Komandan Tim memerintahkan pasukan melakukan pengecekan prajurit untuk mengeluarkan amunisi hampa dari senapan serbu mereka masing-masing.

“Kita evaluasi kecil-kecil saja, terima kasih kepada tim yang sudah tidak ada kontak (Tembakan), kita maju tadi kibarkan bendera UN biar tidak ada kontak lagi (Antar milisi),”terang komandan kompi pada saat evaluasi kegiatan.

“Semua lengkap, cek cek amunisi,”singkat komandan tim.

Tepat pukul 09:10 WIB dua jurnalis kembali kembali diajak untuk sesi latihan pra tugas ke Kongo berikutnya, satu pleton dari Kompi C mendapatkan Frago atau perintah fragmentaris dari PBB untuk melaksanakan misi Cordon and Search.

Misi ini, diawali dengan menggunakan kendaraan ke lokasi operasi penyisiran dan pencarian orang. Tiga kendaraan beriringan menuju lokasi. Pukul 09:18 WIB Pasukan tiba di lokasi tepatnya Desa Comiya.

Komandan Tim Letnan Satu (Inf) Muhammad Tauhid Romadhan langsung bergegas menemui prajurit anggota Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC).

Dengan cakap, perwira lulusan Akmil 2011 yang menjabat sebagai komandan tim (Dantim) III Bogoro ini bernegosiasi dengan prajurit partisi untuk menunjukan lokasi tahanan yang ditahan milisi. 

 Komandan Tim Letnan Satu (Inf) Muhammad Tauhid Romadhan Saat bernegosiasi dengan prajurit anggota Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo (FARDC). 

Setelah mendapatkan akses dan dukungan, tentara FARDC kemudian mengantarkan pasukan menuju desa yang diduga menjadi lokasi di mana orang yang dicari berada.

Setelah berada di rumah kepala desa, pasukan kemudian membentuk perimeter pengamanan di sekeliling. Sementara itu, Komandan Tim didampingi tentara FARDC berbincang dengan Kepala Desa.

Terjadi perdebatan sengit dalam Bahasa Inggris, karena Kepala Desa enggan memberikan akses kepada pasukan Garuda untuk masuk ke desanya.

Kepala Desa tampak marah karena menurutnya desanya adalah tempat yang aman dan kehadiran Pasukan PBB di sana membuatnya gusar.

Namun, dengan kearifan lokal yang dimiliki Pasukan Garuda, akhirnya hati kepala desa luluh. Terlebih pasukan garuda memberikan barang asli dari Indonesia sebagai tanda niat baik.

Kepala desa itu pun memberikan akses dan mengantar Pasukan Garuda “menyisir” kampung tersebut untuk menemukan orang yang mereka cari.

Tepat diatas gedung berlantai III pasukan Garuda menemukan terduga orang yang dicari sedang dalam keadaan terikat dan mulut yang dibungkam. 

Benar saja sosok laki-laki yang sedang ditawan tersebut adalah Mr. Hanix yang menjadi target yang harus dibebaskan dalam misi tersebut.

Terjadi perdebatan panjang. Situasi kembali panas saat terjadi tembakan di lokasi tidak jauh di lokasi. Orang yang menawan Mr. Hanix panik dan mengancam akan membunuh sandra.

Halaman: 1 2

Read Entire Article
Information | Sukabumi |