SUKABUMI – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Sukabumi kembali menyelenggarakan kegiatan kuliah pakar pada Senin, (26/5/ 2025), bertempat di kampus STIKes yang berlokasi di Jalan Keramat, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Kegiatan ilmiah ini diikuti dengan antusias oleh sekitar 250 peserta yang terdiri dari seluruh dosen pengajar dan mahasiswa dari empat Program Studi yang berada di lingkungan STIKes Sukabumi.
Kuliah Pakar STIKes Sukabumi kembali membuktikan komitmennya dalam mencetak tenaga kesehatan yang tangguh, kompeten, dan siap menghadapi tantangan global maupun lokal. Dengan membekali peserta dengan ilmu palliative care dalam konteks kegawatdaruratan, STIKes Sukabumi tidak hanya membangun kapasitas individu, tetapi juga menanamkan semangat kemanusiaan yang mendalam kepada seluruh civitas akademika.
Kuliah pakar kali ini menghadirkan narasumber internasional, yaitu Sofyan Hadi Hasibuan, seorang Senior Orthopedic Nurse di Al-Razi Hospital, Ministry of Health, Kuwait. Dengan pengalaman panjang di bidang keperawatan internasional, Sofyan membawakan topik yang sangat relevan dan penting yaitu “Strategi Komprehensif Palliative Care dalam Penanganan Kegawatdaruratan pada Situasi Bencana: Peran Keperawatan dan Kebidanan secara Holistik.”
Menurut Ketua Panitia sekaligus dosen STIKes Sukabumi, Ghulam Ahmad, kuliah pakar merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap semester oleh masing-masing program studi. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam upaya peningkatan keilmuan sivitas akademika serta sebagai wujud komitmen terhadap visi dan misi institusi dalam mencetak lulusan yang unggul, profesional, dan berdaya saing global.
“Kami tidak hanya menghadirkan pakar dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri agar mahasiswa dan dosen mendapatkan perspektif global dalam bidang kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan,” ujar Ghulam.
Topik kuliah pakar yang diangkat kali ini sangat penting, mengingat Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan letusan gunung berapi. Dalam kondisi darurat seperti itu, pendekatan palliative care sangat dibutuhkan, terutama bagi korban bencana yang mengalami kondisi terminal atau trauma berat.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menanamkan pemahaman mendalam kepada mahasiswa dan dosen tentang pentingnya pendekatan palliative care dalam situasi kegawatdaruratan. Ini bukan hanya soal teknik medis, tapi juga mencakup pendekatan emosional, spiritual, dan sosial terhadap korban bencana,” ujar Ghulam.
Dalam sesi pemaparan, narasumber menjelaskan pentingnya identifikasi kebutuhan pasien secara cepat dan tepat, serta penyusunan rencana intervensi berbasis komunitas yang mampu menjawab berbagai tantangan dalam situasi darurat.
Yang menarik, kuliah pakar kali ini juga menjadi momentum untuk membuka peluang kerja sama internasional, khususnya dengan rumah sakit di Kuwait. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini mengarah pada kemungkinan besar kerja sama pengiriman tenaga kerja kesehatan ke luar negeri—sebuah langkah strategis dalam memperluas kontribusi dan peran alumni STIKes Sukabumi di kancah global.
Tak hanya berhenti pada penguatan akademik, kuliah pakar ini juga diarahkan untuk mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam kegiatan nyata melalui program pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa dan dosen tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku langsung dalam menerapkan palliative care di tengah masyarakat yang terdampak bencana.
“Setelah kuliah pakar ini, kami berharap mahasiswa mampu menyusun dan melaksanakan intervensi yang tidak hanya berbasis teori, tetapi benar-benar bermanfaat dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama dalam situasi bencana,” tambah Ghulam.
Sementara itu, melalui paparan yang disampaikan, Sofyan Hadi Hasibuan menekankan pentingnya strategi palliative care yang komprehensif dan terintegrasi, yang tidak hanya mencakup aspek medis semata, tetapi juga psikososial, spiritual, dan budaya pasien. Hal ini sejalan dengan prinsip pelayanan kesehatan yang holistik, di mana perawat dan bidan berperan sebagai garda terdepan dalam memberikan perawatan yang penuh empati dan bermakna.
“Palliative care bukan hanya tentang menghadapi kematian, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup pasien di masa sulit. Dalam konteks bencana, peran perawat dan bidan sangat krusial dalam memastikan pasien tetap mendapatkan layanan yang manusiawi dan bermartabat,” jelas Sofyan dalam pemaparannya. (wdy)